Jumat, 17 Juli 2015
St. Maria Magdalena
Postel, Magdalena Albrici dr Como, Teresia dr St. Agustinus
warna liturgi Hijau
Bacaan
Kel. 11:10-12:14; Mzm.
116:12-13,15-16bc,17-18; Mat. 12:1-8. BcO 2Sam. 11:1-17,26-27
Matius
12:1-8:
1 Pada waktu itu, pada
hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya
memetik bulir gandum dan memakannya. 2 Melihat itu, berkatalah orang-orang
Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak
diperbolehkan pada hari Sabat." 3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka:
"Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang
mengikutinya lapar, 4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana
mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka
yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? 5 Atau tidakkah kamu baca dalam
kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di
dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? 6 Aku berkata kepadamu: Di sini ada
yang melebihi Bait Allah. 7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang
Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak
menghukum orang yang tidak bersalah. 8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas
hari Sabat."
Renungan:
Siapa dari kita yang
belum pernah merasa lapar? Pasti tidak ada. Semua dari kita pernah merasa
lapar. Dan ada banyak macam sikap yang terjadi kala lapar. Ada yang lalu
uring-uringan. Kalau anak-anak mungkin menangis. Ada pula yang diam aja tapi perutnya
selalu berbunyi dll.
Para murid Yesus yang
lapar memetik bulir gandum dan memakannya (lih Mat 12:1). Kalau terbayang
seberapa kenyang makan dari bulir gandum itu. Para murid tampak iseng banget.
Namun sayangnya mereka melakukan itu pada hari Sabat sehingga disalahkan oleh
orang-orang Farisi. Yesus pun mesti menanggapi dengan menunjukkan apa yang
dilakukan Daud kala menghadapi kelaparan.
Kita mungkin lapar dan
mempunyai harapan ada santapan, hanya menunggu saatnya. Namun banyak juga orang
yang lapar namun harapannya akan tersedia makanan tipis. Mereka sungguh-sungguh
tidak memiliki apa-apa untuk disantap. Hanya uluran kasih orang atau juga
kadang sisa-sisa makanan orang lain yang menjadi harapannya. Marilah kita
menghargai santapan yang tersedia bagi kita dan peka pada mereka yang tipis
harapannya akan makanan.
Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang.
Pejamkan matamu sejenak. Bayangkan kala dirimu lapar. Rasakan. Lalu lihatlah ada
makanan di depanmu dan ada orang-orang lain yang sungguh kelaparan.
Refleksi:
Bagaimana anda menyikapi
rejeki santapan yang disediakan bagimu?
Doa:
Tuhan, ampunilah aku yang
sering menyia-nyiakan santapan yang tersedia bagiku. Semoga aku sungguh peduli
akan santapan yang tersedia dan peka pada mereka yang membutuhkan. Amin.
Perutusan:
Aku akan menghabiskan
makanan yang telah kuambil, tanpa menyisakannya. -nasp-
*selamat hari raya
lebaran*
0 comments:
Post a Comment