Tuesday, March 14, 2017
Kursi Roda Bukan Hambatan
Sekalipun kerap membawa krug untuk berjalan, Rm. Bambang tetap merasakan capek tidak enak apabila harus berjalan sekalipun hanya sejauh 100 meter. Barangkali hal itu karena faktor tubuh tambunnya. Apalagi kalau harus berada di suatu tempat dengan naik beberapa tangga, dia akan menolaknya. Dalam acara apapun yang menghendaki kedatangannya, Rm. Bambang biasa akan bertanya "Nganggo munggah undhak-undhakan ora?" (Apakah harus naik beberapa tangga?). Hal itu tidak akan menjadi masalah bagi penyelenggara apabila di tempat acara terdapat fasilitas lift. Tetapi yang terjadi akhir-akhir ini sungguh berbeda. Hal ini terutama dirasakan oleh Rm. Bambang ketika harus memimpin Misa Malam Natal di Wonosari, Gunung Kidul. Panitia tidak mempermasalahkan kondisi Rm. Bambang. Ketika Rm. Bambang bilang "Aku kudu nganggu kursi roda, lho" (Aku harus berada pada kursi roda), Rama Paroki dan juga seorang anggota Panitia mengatakan "Mboten napa-napa" (Tidak masalah). Ternyata dalam pelaksanaan memang ada 4 orang Prodiakon Paroki yang secara khusus bertugas mengangkat Rm. Bambang dengan kursi rodanya untuk naik beberapa tangga mencapai panti imam. Tentu saja ketika turun kegiatan usung-mengusung terjadi lagi. Peristiwa seperti ini kembali lagi pada tanggal 11-12 Maret 2017 di Kaliurang.
KoDoKAMI (Komunitas Doa Keluarga Aktif Mendalami Iman) dari Paroki Banyumanik, Semarang, pada tanggal 11-12 Maret 2017 mengadakan rekoleksi di Kaliurang, Yogyakarta. Permintaan kepada Rm. Bambang untuk menjadi pembicara sudah disampaikan cukup lama sebelumnya. Pelaksanaan rekoleksi terjadi di Hotel Anugerah. Karena pernah mengalami tempat itu, Rm. Bambang sudah tahu bahwa untuk mencapai ruang makan dari halaman parkir orang akan berjalan lewat lorong naik cukup panjang. Dari ruang makan ada jalan dengan beberapa tangga naik untuk masuk di ruang pertemuan. Ketika seseorang sebagai utusan datang di kamarnya, Rm. Bambang berkata "Panjenengan pirsa kondisi kula, ta? Kula mawi kursi roda. Kula mboten saget dumugi ruang pertemuan piyambak" (Bukankah Anda tahu kondisi saya? Saya memakai kursi roda. Saya tidak dapat sendiri mencapai ruang pertemuan). Seperti ketika Misa Malam Natal di Wonosari, hal itu tidak dipandang sebagai halangan untuk meminta Rm. Bambang. Di Kaliurang 2 orang mendorong Rm. Bambang dengan kursi roda dan juga ada 4 orang menjunjung ketika menaiki tangga-tangga mencapai ruang pertemuan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment