Hari biasa
Pekan IV Prapaskah
warna
liturgi Ungu
Bacaan
Keb.
2:1a,12-22; Mzm. 34:17-18,19-20,21,23; Yoh. 7:1-2,10,25-30. BcO Ibr
10:1-10
Yohanes 7:1-2,10,25-30:
1 Sesudah
itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea,
karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. 2Ketika itu
sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. 10 Tetapi
sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ,
tidak terang-terangan tetapi diam-diam. 25Beberapa orang Yerusalem berkata:
"Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? 26Dan lihatlah, Ia berbicara
dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah
pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? 27Tetapi tentang
orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak
ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya." 28Waktu Yesus mengajar di
Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana
asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus
oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. 29Aku kenal Dia, sebab Aku datang
dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." 30Mereka berusaha menangkap Dia,
tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Renungan:
Dalam peperangan kita mengenal
strategi gerilya maupun penyamaran. Jendral Sudirman dikenal dengan
kemampuannya bergerilya. Pasukannya secara diam-diam memata-matai dan mengalahkan
lawan. Selain itu kita pun sering menyaksikan orang menyamar untuk bisa
memasuki area lawan. Penyamaran yang sukses menghadirkan keberhasilan
perjuangan.
Yesus mesti memasuki kembali kota
Yudea karena saudara-saudaranya ke sana untuk merayakan hari raya Pondok Daun.
Namun Ia memasuki kota itu dengan diam-diam. “Tetapi sesudah saudara-saudara
Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan
tetapi diam-diam” (Yoh 7:10). Banyak orang di sana hendak membunuh Dia. Yesus
pun berhasil dan bahkan sempat mengajar dan berdiskusi dengan banyak orang di
situ.
Kadang kita pun perlu hadir secara
diam-diam. Orang-orang sekarang sering menyebut tampil di belakang layar. Bisa
juga kita menjadi sutradara di suatu pertunjukan. Walau tidak terlihat, peran
tersebut penting bagi keberhasilan sebuah pentas. Maka pada saat-saat tertentu
baik kalau kita pun juga berperan diam-diam.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Yoh
7:1-2,10,25-30. Bandingkan dengan pengalamanmu.
Refleksi:
Kapan kita perlu hadir dan tampil
secara diam-diam?
Doa:
Tuhan semoga aku mampu menempatkan
diri secara tepat dengan situasi yang kuhadapi. Semoga aku bisa menahan diri
kala aku harus menahan diri. Amin.
Perutusan:
Aku akan hadir secara diam-diam bila
hal tersebut diperlukan. -nasp-
0 comments:
Post a Comment