Jumat, 10 Maret 2017
Hari biasa Pekan I Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan
Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat.
5:20-26. BcO Ul 15:1-18
Matius
5:20-26:
20 Maka
Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup
keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada
nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi
Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke
Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka
yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di
atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu
terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan
pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan
persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau
bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan
engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan
engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai
lunas.
Renungan:
Beberapa bulan terakhir istilah kafir seakan bergema kuat. Orang mudah
mengucapkan itu untuk mengatai sesamanya. Tidak jarang kata itu diucapkan
dengan nada kebencian. Rasanya suasana itu menggores luka yang belum sembuh. Perih
hati mereka yang terkena umpatan tersebut.
Tuhan pernah mengingatkan, “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum;
siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama
dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang
menyala-nyala” (Mat 5:22). Tuhan melihat bahwa kata-kata itu akan melukai
mereka yang dikenai.
Kiranya boleh-boleh saja kita
mempunyai pandangan tertentu. Namun kiranya kita pun perlu menjaga ruang
persaudaraan yang ada. Menjaga persaudaraan akan membuat hidup lebih damai
daripada merusak persaudaraan. Kita hindari kata dan kalimat yang merusak
kerukunan persaudaraan. Kita haturkan kata-kata sejuk, damai dan penuh rahmat
demi kerukunan hidup.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Hadirkan dan doakan mereka yang mengumpati dirimu.
Refleksi:
Bagaimana menjaga kerukunan persaudaraan?
Doa:
Tuhan semoga aku mampu membawa kerukunan persaudaraan dan sikap menjaga
kebersamaan. Bebaskanlah orang-orang dari dorongan kebencian. Amin.
Perutusan:
Aku akan menata kata dan kalimat yang akan kusampaikan supaya tidak
melukai saudaraku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment