Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, January 15, 2021

Santo Arnoldus Janssen

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 20 Mei 2014 Diperbaharui: 16 Januari 2020 Hits: 14614

  • Perayaan
    15 Januari
  •  
  • Lahir
    5 November 1837
  •  
  • Kota asal
    Goch, North Rhein-Westphalia, Jerman
  •  
  • Wafat
  •  
  • 15 Januari 1909 di Steyl, Belanda - Oleh sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    10 Mei 1973 oleh Paus Paulus VI
  •  
  • Beatifikasi
    19 Oktober 1975 oleh Paus Paulus VI
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 5 Oktober 2003 oleh Santo Paus Yohanes Paulus II

Arnoldus Janssen lahir pada tanggal 5 November 1837 di Goch, North Rhein-Westphalia, sebuah kota kecil dekat perbatasan Jerman dan Belanda.  Ia adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara dalam sebuah keluarga katolik yang saleh. Ayahnya bernama Gerald Janssen dan ibunya adalah Anna Katharina Janssen. Kedua orang tua ini selalu menanamkan semangat pengabdian bagi Gereja pada anak-anak mereka. Tidak heran apabila sejak kecil, Arnoldus dan saudara-saudaranya sudah bercita-cita untuk menjadi imam dan misionaris. Dan Tuhan pun memanggil beberapa anggota keluarga yang saleh ini untuk menjadi pekerja-Nya. Selain Arnoldus; dua orang saudaranya yaitu William Janssen dan Johannes Janssen juga masuk biara dan menjadi imam.  William bergabung dengan Biara Fransiskan Kapusin sedangkan Johannes masuk Konggregasi SVD yang didirikan oleh Arnoldus.

Pada tahun 1855 Arnoldus masuk Seminari Collegium Borromeum.  Arnoldus belajar dengan tekun di seminari tersebut hingga ia dapat lulus dengan sempurna. Ia kemudian melanjutkan studinya di Bohn; dan berkat ketekunannya dalam belajar, ia meraih gelar sarjana dan memperoleh fakultas docendi (wewenang untuk mengajar) dari Fakultas Ilmu Pasti dan Alam.

Di samping keberhasilan yang diperolehnya itu, Arnoldus tidak pernah melupakan cita-cita dan panggilannya untuk menjadi seorang imam. Karena itu, dia melanjutkan studi teologinya di Muenster. Sampai akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1861 Arnoldus ditahbiskan menjadi imam. Ia mempersembahkan Misa pertamanya di Muenster pada tanggal 17 Agustus 1861.  Selesai misa perdananya,  Arnoldus memberikan berkat kepada ayahnya yang menerimanya dengan linangan airmata.

Tugas pertama Arnoldus adalah berkarya bagi Keuskupan Muenster dan mengajar ilmu pengetahuan alam dan matematika di sebuah sekolah menengah Katolik di Bocholt.  Karena kesalehan hidupnya;  pada tahun 1867 Arnoldus diangkat menjadi Direktur Kerasulan Doa untuk Jerman dan Austria.  Kerasulan ini mendorong Arnoldus untuk membuka dirinya untuk orang-orang Kristen dari denominasi lain.  Sedikit demi sedikit ia menjadi lebih sadar akan kebutuhan rohani orang luar batas keuskupannya sendiri, mengembangkan keprihatinan yang mendalam bagi misi universal gereja. Dia lalu memutuskan untuk mempersembahkan seluruh hidupnya untuk membangkitkan kembali kehidupan rohani dan semangat missionaris dalam Gereja Katholik Jerman.

Dengan semangat ini, pada tahun 1873 Arnoldus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pengajar dan menerbitkan sebuah majalah dengan nama "Utusan Hati Kudus".  Majalah bulanan ini segera menjadi sangat populer di seluruh Jerman.  Materi utama dari majalah ini adalah tentang kegiatan misionaris dan berusaha membangkitkan semangat umat Katolik Jerman untuk berbuat lebih banyak dalam membantu karya misi.

Saat itu adalah waktu yang sulit bagi Gereja Katolik di Jerman. Pemimpin Jerman; Otto Van Bismark mengeluarkan sebuah Undang-undang yang sangat anti Katolik yang disebut "Kulturkampf”.  Undang-undang ini telah menyebabkan pengusiran para imam dan para biarawan-biarawati, serta  pemenjaraan banyak uskup di Jerman.  Dalam situasi kacau-balau ini,  Arnold Janssen memperoleh ide yang cemerlang bagi imam-imam yang telah diusir keluar Jerman oleh pemerintah. Ia kemudian mengupayakan agar para imam yang terusir itu untuk dapat berangkat dan berkarya di tanah misi atau setidaknya dapat membantu dan mendukung karya misionaris. Arnoldus segera menyadari bahwa saat ini Tuhan tengah memanggilnya untuk melakukan tugas yang sangat sulit di masa yang juga sulit ini. Banyak orang mengatakan bahwa ia bukan orang yang tepat untuk pekerjaan itu, atau bahwa dalam keadaan yang kacau balau ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengorganisir pengiriman para misionaris.  Namun dengan penuh keyakinan Arnoldus menjawab, "Tuhan tengah menguji iman kita untuk dapat melakukan sesuatu yang baru, khususnya pada saat-saat seperti ini ketika begitu banyak tantangan tengah dihadapi oleh Gereja. "

Dengan dukungan dari sejumlah uskup, Arnoldus mendirikan sebuah Konggregasi dan Rumah Misinya yang pertama pada tanggal 8 September, 1875 di Steyl, Belanda. Kongregasi ini diberi nama, Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah, yang secara khusus menghormati Hati Kudus Yesus. Semangat itu ditandai oleh penyerahan diri seutuhnya kepada Allah, semangat iman, kesetiaan, kerendahan hati, dan penyangkalan diri. Semakin hari semakin banyak orang yang datang dan bergabung dengan Arnoldus. Pada tahun 1878 Konggregasi ini kemudian mendapat persetujuan dari Paus Leo XIII.

Hanya satu tahun setelah konggregasinya direstui oleh takhta suci,  Arnoldus Janssen telah mengirimkan dua missionaris pertamanya ke China; yaitu Yohanes Baptis von Anzer, SVD dan Joseph Freinademetz, SVD. Setelah itu, setiap tahunnya Arnoldus Jansen terus mengirimkan para misionaris ke seluruh penjuru dunia.  

Beberapa tahun kemudian para Missionaris Fransiskan dari Italia meminta bantuan kepada Arnoldus agar membantu karya mereka di wilayah Shantung Selatan - China. Arnoldus kemudian mengirimkan beberapa imam terbaiknya untuk berkarya disana.  Kesuksesan para missionaris SVD ini membuat Paus Leo XII memberi mereka wilayah misi yang lebih luas di wilayah Afrika dan Asia Tenggara, termasuk wilayah Indonesia yang saat itu merupakan wilayah kekuasaan Belanda. 

Menyadari pentingnya publikasi untuk mempromosikan panggilan imamat  Arnoldus segera memulai karya percetakan dan penerbitan. Rumah misinya kemudian menerbitkan majalah-majalah seperti “Stadt Gottes”, Michaëls-Almanak, St. Michaëlskalender, dan Katholieke Missiën.

Benih-benih panggilan yang ditebarkan oleh Santo Arnoldus mulai bertumbuh dan berkembang. Banyak pemuda Jerman dan Belanda terpanggil dan bergabung dalam konggregasinya. Saking banyaknya sehingga Santo Arnoldus kemudian harus membuka sebuah biara lagi untuk para anggota baru yang terdiri dari para calon imam dan calon bruder.

Atas saran dari uskup Comboni; pada tanggal 8 Desember 1889 Arnold Janssen mendirikan sebuah kongregasi suster-suster misionaris yang diberi nama: Konggregasi Suster Misi: Abdi Roh Kudus (SSpS).Orang pertama yang menjadi suster dari konggregasi ini adalah Beata Maria Helena Stollenwerk.

Selanjutnya  pada tahun 1896 Santo Arnoldus memilih beberapa orang dari para suster SSpS untuk membentuk sebuah kelompok khusus para suster yang kontemplatif,  yang dikenal sebagai  "Konggregasi Suster Abdi Roh Kudus Adorasi Abadi", SSpSAP.  Tugas mereka adalah untuk ber-adorasi dengan tidak terputus pada Sakramen Mahakudus;  berdoa sepanjang hari,  siang dan malam  bagi  gereja dan terutama bagi para misionaris SVD dan karya mereka diseluruh penjuru dunia.

Santo Arnoldus Jansen  tutup usia pada tanggal 15 Januari 1909 dalam usia 77 tahun.  Orang Kudus ini dimakamkan di taman biara yang pertama ia dirikan; yaitu biara SVD di Styeil– Belanda.

Saat ini terdapat lebih dari 6.000 imam dan bruder Misionaris Serikat Sabda Allah yang berkarya di 63 negara;  lebih dari 3.800 anggota misi Suster Abdi Roh Kudus;  dan lebih dari 400 suster Abdi Roh Kudus Adorasi abadi.

Pada tanggal 5 Oktober 2003 Arnoldus Jansen,SVD dan Sahabatnya Joseph Freinademetz, SVD di Kanonisasi oleh Santo Paus Yohanes Paulus II.

0 comments:

Post a Comment