Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, October 31, 2019

Percikan Nas Jumat, 01 November 2019

HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS
warna liturgi Putih

Bacaan-bacaan:
Why. 7:2-4,9-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh. 3:1-3; Mat. 5:1-12a.
BcO Why. 4:1-11 atau Why. 5:1-12.

Bacaan Injil:
1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: 3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Memetik Inspirasi:
Hari ini adalah Hari Raya Semua Orang Kudus. Ada banyak orang kudus di Gereja kita. Tidak semua dari mereka sempat dirayakan dalam liturgi Gereja. Mungkin di antara kita pun tidak tahu kapan Santo-santa pelindung kita dirayakan.
Hari ini menjadi kesempatan bagi kita untuk mensyukuri karena kita mempunyai pelindung santo-santa dalam hidup kita. Tentu pemilihan tersebut mempunyai latar belakang dan harapan. Bagaimana kita meneladan santo-santa pelindung kita tersebut.
Kiranya pada hari ini baik kalau kita membaca kembali kisah santo-santa pelindung kita. Kita bisa mencari kisah mereka dengan menulis namanya di hp kita masing-masing. Membaca kisahnya bisa memberi inspirasi bagi pejiarahan hidup kita. Maka mari kita mensyukuri pelindung kita sekaligus menimba daya yang mereka miliki.

Refleksi:
Apa kekhasan santo/santa pelindungmu?

Doa:
Tuhan, terima kasih Engkau telah menghadirkan para kudus dalam kehidupan kami. Teladan imannya kepada-Mu menuntun perjalanan iman kami. Semoga kami pun bisa hidup dalam kesucian hidup para kudus-Mu. Amin.

Meneladan Para Kudus
MoGoeng
Wates

Lamunan Hari Raya

Semua Orang Kudus
Jumat, 1 November 2019

Matius 5:1-12a

5:1. Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
5:12a Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,”.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, tidak sedikit yang mengaitkan kesucian dengan keagamaan. Bahkan ada yang berpikir bahwa agama menjamin orang menjadi suci.
  • Tampaknya, dengan beragama orang dapat yakin hidup berada dalam nanungan ilahi. Makin taat orang menjalani apa saja yang diatur oleh agama, makin dia mengalami kesucian.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun amat cermat dan taat menjalani apapun yang ada dalam tatanan hidup beragama, orang belum tentu mengalami kesucian kalau hidup hariannya tidak mengkiblatkan diri pada yang bertahta di dalam relung nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengangema relung hati orang akan selalu memperhatikan kata-kata yang muncul dalam nurani dan menjadikan segala perilakunya sebagai ungkapan dan wujudnya.
Ah, untuk hidup suci jelas agamalah jaminannya.

Percikan Nas Kamis, 31 Oktober 2019

Alfonsus Rodriguez
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan:
Rm. 8:31b-39; Mzm. 109:21-22,26-27,30-31; Luk. 13:31-35.
BcO Yer. 27:1-15.

Bacaan Injil: 
31 Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." 32 Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. 33 Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. 34 Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 35 Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!"

Memetik Inspirasi:
Dalam berita kita sering menemukan betapa sengsaranya mereka yang hidup di medan perang. Mereka berada dalam situasi was-was, terancam, takut, penuh curiga satu sama lain dan tidak sedikit pula yang kekurangan makanan dan harus mengungsi. Kesombongan dan keegoan yang memicu perang mengorbankan kebersatuan dan keeratan jalinan hidup bersama. Hidup menjadi sepi dan lonely.
Yesus menangisi Yerusalem. Di sanalah banyak nabi mati dibunuh. Para nabi adalah orang-orang yang dipilih Allah untuk membawa umat manusia pada pertobatan. Namun ternyata banyak orang yang tidak terima pewartaannya dan tega membunuhnya. Yerusalem pun menjadi sepi dan penuh duka. “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi” (Luk 13: 34-35).
Apapun bentuknya, konflik dan peperangan pasti hanya akan menimbulkan luka dan menguatkan duka. Pelajaran telah banyak. Kiranya layak kita memperhitungkan sungguh bahwa baik kalau kita membangun kebersamaan daripada membangun lawan. Tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan. Keterbukaan untuk menerima perbedaan mengubah sikap ego dan sombong kita menjadi egaliter dan rendah hati.

Refleksi: 
Apa yang akan anda lakukan untuk menghindari terjadinya “peperangan"?

Doa: 
Tuhan, kadang secara manusiawi umat manusia gampang terluka dan gampang marah. Suasana itu menghadirkan ketidakdamaian dan rasa permusuhan. Semoga para putera-Mu sanggup mengelola sikap hidup mereka untuk tidak gampang menghadirkan permusuhan namun mudah membawa perdamaian. Amin.

Menghapus Ego Perang
MoGoeng
Wates

Hari Raya Orang Kudus & Hari Arwah

diambil dari http://www.katolisitas.org/; ilustrasi dari koleksi Blog Domus

1. Sejarah perayaan All Saints Day/ Hari orang kudus 1 November

Pada hari raya orang kudus (1 November) Gereja Katolik merayakan hari para orang kudus, baik mereka yang telah dikanonisasikan/ diakui Gereja sebagai Santo/ Santa, maupun para orang kudus lainnya yang tidak/ belum dikenal. Gereja telah mulai menghormati para Santo/ Santa dan martir sejak abad kedua. Hal ini terlihat dari catatan kemartiran St. Polycarpus di abad kedua sebagai berikut: “Para Prajurit lalu,…. menempatkan jenazahnya [Polycarpus] di tengah api. Selanjutnya, kami mengambil tulang- tulangnya, yang lebih berharga daripada permata yang paling indah dan lebih murni dari emas, dan menyimpannya di dalam tempat yang layak, sehingga setelah dikumpulkan, jika ada kesempatan, dengan suka cita dan kegembiraan, Tuhan akan memberikan kesempatan kepada kita untuk merayakan hari peringatan kemartirannya, baik untuk mengenang mereka yang telah menyelesaikan tugas mereka, maupun untuk pelatihan dan persiapan bagi mereka yang mengikuti jejak mereka.” (St. Polycarpus, Ch. XVIII, The body of Polycarp is burned, 156 AD). Para Bapa Gereja, antara lain St. Cyril dari Yerusalem (313-386) mengajarkan demikian tentang penghormatan kepada para orang kudus: “Kami menyebutkan mereka yang telah wafat: pertama- tama para patriarkh, nabi, martir, bahwa melalui doa-doa dan permohonan mereka, Tuhan akan menerima permohonan kita …. (Catechetical Lecture 23:9)
Pada awalnya kalender Santo/Santa dan Martir berbeda dari tempat yang satu ke tempat lainnya, dan gereja-gereja lokal menghormati orang-orang kudus dari daerahnya sendiri. Namun kemudian hari perayaan menjadi lebih universal. Referensi pertama untuk merayakan hari para orang kudus terjadi pada St. Efrem dari Syria. St. Yohanes Krisostomus (407) menetapkan hari perayaannya yaitu Minggu pertama setelah Pentakosta, yang masih diterapkan oleh Gereja-gereja Timur sampai sekarang. Gereja Barat, juga kemungkinan pada awalnya merayakan demikian, namun kemudian menggeserkannya ke tanggal 13 Mei, ketika Paus Bonifasius IV mengkonsekrasikan Pantheon di Roma kepada Santa Perawan Maria dan para martir pada tahun 610. Perayaan hari para orang kudus pada tanggal 1 November sekarang ini kemungkinan ditetapkan sejak zaman Paus Gregorius III (741) dan pertama kali dirayakan di Jerman. Maka hari perayaan ini tidak ada kaitannya dengan perayaan pagan Samhain yang dirayakan di Irlandia. Perayaan 1 November sebagai hari raya (day of obligation) ditetapkan tahun 835 pada jaman Paus Gregorius IV. Tentang oktaf perayaan (1-8 November) ditambahkan oleh Paus Sixtus IV (1471-1484) (C. Smith The New Catholic Encyclopedia 1967: s.v. “Feast of All Saints”, p. 318.)

2. Perayaan All Souls Day/ Hari Arwah, 2 November

Sehari setelah hari perayaan orang kudus disebut sebagai hari arwah (All Souls day) yaitu hari yang ditetapkan untuk mengenang dan mempersembahkan doa-doa atas nama semua orang beriman yang telah wafat. Mengingat makna antara keduanya demikian dekat, maka tak mengherankan bahwa Gereja merayakannya secara  berurutan. Setelah kita merayakan hari para orang kudus, kita mendoakan para saudara-saudari kita yang telah mendahului kita, dengan harapan agar mereka pun dapat bergabung dengan para orang kudus di surga.
Umat Kristiani telah berdoa bagi para saudara/saudari mereka yang telah wafat sejak masa awal agama Kristen. Liturgi-liturgi awal dan teks tulisan di katakomba membuktikan adanya doa-doa bagi mereka yang telah meninggal dunia, meskipun ajaran detail dan teologi yang menjelaskan praktek ini baru dikeluarkan kemudian oleh Gereja di abad berikutnya. Mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal telah tercatat dalam 2 Makabe 12:41-42. Di dalam kitab Perjanjian Baru tercatat bahwa St. Paulus berdoa bagi kawannya Onesiforus  (lih. 2 Tim 1:18) yang telah meninggal dunia. Para Bapa Gereja, yaitu Tertullian dan St. Cyprian juga mengajarkan praktek mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa jemaat Kristen perdana percaya bahwa doa-doa mereka dapat memberikan efek positif kepada jiwa- jiwa yang telah wafat tersebut. Berhubungan dengan praktek ini adalah ajaran tentang Api Penyucian. Kitab Perjanjian Baru secara implisit mengajarkan adanya masa pemurnian yang dialami umat beriman setelah kematian.  Yesus mengajarkan secara tidak langsung bahwa ada dosa-dosa yang dapat diampuni setelah kehidupan di dunia ini, (lih. Mat 12:32) dan ini mengisyaratkan adanya tempat/ keadaan yang bukan Surga - karena di Surga tidak ada dosa; dan bukan pula neraka - karena di neraka sudah tidak ada lagi pengampunan dosa. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita diselamatkan, “tetapi seolah melalui api” (1 Kor 3:15). Para Bapa Gereja, termasuk St. Agustinus (dalam Enchiridion of Faith, Hope and Love dan City of God), merumuskannya dalam ajaran akan adanya pemurnian jiwa setelah kematian.
Pada hari-hari awal, nama-nama jemaat yang wafat dituliskan di atas plakat diptych. Di abad ke-6, komunitas Benediktin memperingati jiwa-jiwa mereka yang meninggal pada hari perayaan Pentakosta. Perayaan hari arwah menjadi peringatan universal, di bawah pengaruh rahib Odilo dari Cluny tahun 998, ketika ia menetapkan perayaan tahunan di rumah-rumah ordo Benediktin pada tanggal 2 November, yang kemudian menyebar ke kalangan biara Carthusian. Sekarang Gereja Katolik merayakannya pada tanggal 2 November, seperti juga gereja Anglikan dan sebagian gereja Lutheran.
Dari keterangan di atas, tidak disebutkan mengapa dipilih bulan November dan bukan bulan-bulan yang lain. Namun jika kita melihat kepada kalender liturgi Gereja, maka kita mengetahui bahwa bulan November merupakan akhir tahun liturgi, sebelum Gereja memasuki tahun liturgi yang baru pada masa Adven sebelum merayakan Natal (Kelahiran Kristus). Maka sebelum mempersiapkan kedatangan Kristus, kita diajak untuk merenungkan terlebih dahulu akan kehidupan sementara di dunia; tentang akhir hidup kita kelak, agar kita dapat akhirnya nanti tergabung dalam bilangan para kudus di surga. Kita juga diajak untuk merenungkan makna kematian, dengan mendoakan para saudara- saudari kita yang telah mendahului kita. Juga, pada bulan November ini, bacaan-bacaan Misa Kudus adalah tentang akhir dunia, yaitu untuk mengingatkan kita tentang akhir hidup kita yang harus kita persiapkan dalam persekutuan dengan Kristus. Harapannya adalah, dengan merenungkan akhir hidup kita di dunia, kita akan lebih dapat lagi menghargai Misteri Inkarnasi Allah (pada hari Natal) yang memungkinkan kita untuk dapat bergabung dalam bilangan para kudus-Nya dalam kehidupan kekal di surga.

Wednesday, October 30, 2019

Santo Foillan

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2851 Diterbitkan: 15 August 2013 Diperbaharui: 04 May 2017

  • Perayaan
    31 Oktober
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-7
  •  
  • Wilayah karya
    Irlandia, Inggris, Perancis
  •  
  • Kota asal
    Irlandia
  •  
  • Wafat
    Martir | Dibunuh pada 31 Oktober 655 dalam hutan dekat Nivelles, Belgia. Tubuhnya ditemukan tiga bulan kemudian. Dimakamkan di Biara Fosses, Belgia
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Foillan adalah seorang biarawan Irlandia yang hidup pada abad ketujuh. Kedua saudaranya juga telah dimaklumkan sebagai santo. Mereka adalah sebagian dari banyak santo dari Irlandia yang berkobar-kobar dalam semangat. Mereka meninggalkan tanah air guna membantu negeri-negeri lain yang memiliki lebih sedikit imam dibandingkan Irlandia.
St Foillan, St Fursey dan St Ultan terlebih dahulu pergi ke Inggris. Mereka mendirikan sebuah biara di Benteng Burgh. Dari tempat ini, mereka melakukan karya-karya misionaris di kalangan penduduk East Angles. Ketika para penyerang wilayah itu merampok segala yang dimiliki biara, St Foillan dan St Ultan memutuskan untuk mewartakan Injil di Perancis. Saudara mereka yang lain, St Fursey, telah bekerja sebagai seorang misionaris dan wafat di sana.
Raja Clovis II menyambut kedua misionaris kudus itu sebagaimana ia menyambut saudara mereka yang datang sebelumnya. Beata Itta dan puterinya memberikan sebidang tanah kepada Foillan. Santa Getrudis memintanya untuk berkhotbah kepada para biarawati di biara di mana ia menjabat sebagai pemimpin biara. Foillan melakukannya dan mendatangkan pengaruh besar atas mereka. Ia juga melakukan karya misionaris di tengah masyarakat. Sesungguhnya, Foillan adalah seorang santo Irlandia yang sangat terkenal di Eropa.
Suatu hari, seusai mempersembahkan Misa untuk Santa Gertrude dan para biarawatinya, Foillan berangkat bersama tiga orang rekan untuk suatu perjalanan. Mereka hendak menengok St Ultan yang tengah mewartakan Injil di daerah lain. Sementara melintasi suatu hutan, mereka diserang oleh segerombolan penyamun dan mati terbunuh. Tiga bulan kemudian barulah tubuh mereka diketemukan. St Getrudis memakamkannya dengan penuh hormat di biara yang didirikan Foillan.

Lamunan Pekan Biasa XXX

Kamis, 31 Oktober 2019

Lukas 13:31-35

13:31. Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau."
13:32 Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.
13:33 Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.
13:34 Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.
13:35 Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!"

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, sebaik apapun perjuangan seseorang, hal ini dapat menjadi gangguan bagi orang yang berjiwa buruk. Apalagi dihadapan orang yang gila status, perjuangan baik membuat perasaan benci.
  • Tampaknya, karena perjuangan baik demi umum, orang justru dapat mengalami ancaman dari kaum pejabat. Kalau terancam untuk dibunuh, seorang pejuang kebaikan dapat saja menyembunyikan diri agar selamat.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sebesar apapun ancamannya, pejuang sejati tak akan menghentikan perbuatan luhurnya yang merupakan proses menghadirkan daya bebas bagi kebaikan umum. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu menghadirkan kebaikan sekalipun ada orang buruk yang menghalang.
Ah, sebaik apapun kalau terancam ya hentikan saja kebaikannya.

Percikan Nas Rabu, 30 Oktober 2019

Angelus dari Arci, Dominikus Collins, dkk
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan:
Rm. 8:26-30; Mzm. 13:4-5,6; Luk. 13:22-30.
BcO Yer. 24:1-10.

Bacaan Injil: 
22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. 23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" 24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. 25 Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. 26 Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. 27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! 28 Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. 29 Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. 30 Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."

Memetik Inspirasi:
Suatu kali saya ikut antri untuk nonton suatu pertunjukan. Ada ribuan calon penonton berbaris mengular menuju pintu masuk. Semua orang sabar mengantri untuk mencapai gerbang teater tersebut. Di kesempatan lain saya turut berdesak-desakan dengan para calon penonton pertandingan sepak bola. Orang berebut mendapatkan tiket pertandingan, karena tiket dijual di tempat. Mereka yang tak mendapatkan tiket pun meluapkan amarahnya dengan aneka macam cara.
Tuhan menggambarkan  keselamatan seperti masuk melalui pintu yang sempit. Orang mesti berjuang. Tidak semua bisa mendapatkan pintu tersebut. “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat” (Luk 13: 24).
Terasa sungguh bahwa hidup ini adalah suatu perjuangan. Perjuangan tersebut seringkali tidak mudah. Selain pintu masuk yang sempit, di tengah perjalanan pun ada banyak halangan dan rintangan yang siap menggagalkan. Namun rasanya konsentrasi pada tujuan yang mau dicapai penting untuk dimiliki. Selain itu pegangan akan menjadi penopang ketika badai menghadang. Pegangan kita adalah Yesus.

Refleksi: 
Bagaimana anda memperjuangkan hidup untuk meraih keselamatan?

Doa:
Bapa, kenalilah kami sebagai anak-Mu. Semoga ketika kami mencapai pintu keselamatan-Mu, Engkau pun tahu kami dan mengijinkan kami memasuki pintu keselamatan-Mu. Amin.

Pintu Keselamatan
MoGoeng
Wates

Masih Proses Pemulihan?


Pada pagi ini, Rabu 30 Oktober 2019, Rm. Sapta datang ke Domus Pacis Puren. Sebagai Pastor Paroki Pringwulung beliau juga merangkap sebagai pengurus Domus. "Nyuwun pangapunten, kala wingi kula terus ajeng mimpin misa" (Maaf, kemarin saya langsung pergi akan memimpin misa) kata Rm. Sapta di kamar Rm. Bambang. Karena saat makan pagi sudah datang, Rm. Bambang mengajak beliau menuju kamar makan untuk makan pagi bersama. Ketika melewati kamar Rm. Harta, pintu kamarnya masih tertutup. "Rm. Harta kok isih tutupan?" (Mengapa kamar Rm. Harta masih tertutup?) tanya Rm. Bambang kepada para karyawan yang siap melayani makan pagi. Terhadap pertanyaan itu Mas Ardi menjawab "Tasih sare" (Masih tidur). Rm.Yadi, Rm. Jaya, Rm. Ria, dan Rm.Tri Hartono juga sudah siap untuk bersama makan pagi. "Njing Rebo sonten tanggal 6 Rm. Harto kontrol dokter teng Semarang" (Besok Rabu sore 6 November Rm. Harto kontrol dokter di Semarang) kata Rm. Sapta yang akan mengantar dan menginap semalam. Pada Selasa sore 29 Oktober 2019 Rm. Harta sudah kembali di Domus Pacis Puren sesudah menjalani operasi otak yang kedua dengan metode khusus di RS Tlagareja, Semarang. Sekalipun wajahnya tampak segar dan kedua tangan dapat terangkat, ternyata beliau masih dalam proses pemulihan. Hingga tulisan ini dibuat dia belum dapat memiliki artikulasi baik ketika berbicara.

Tuesday, October 29, 2019

Santo Marcellus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 6494 Diterbitkan: 13 August 2014 Diperbaharui: 14 March 2017

  • Perayaan
    30 Oktober
  •  
  • Lahir
    Akhir abad ke-3
  •  
  • Wafat
    Martir - Dipenggal pada tahun 298 di Tangiers, Morocco
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Santo Marcellus adalah sorang perwira pasukan kekaisaran Romawi yang bertugas di  Tingis Afrika Utara  (sekarang bernama Tangier - Maroko).  Pada tahun 298 Marcellus menolak untuk berpartisipasi dalam upacara mempersembahkan korban untuk memuja kaisar dan dewa-dewa Romawi dalam perayaan ulang tahun Kaisar Maximianus.  Marcellus melemparkan ikat pinggang militer, seragam dan senjatanya lalu dengan lantang berkata : "Aku hanya akan mengabdi kepada Raja Abadi, Tuhanku Yesus Kristus".
Seketika Ia langsung ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Dalam persidangan, Marcellus dengan berani memaklumkan dirinya sebagai seorang pengikut Kristus. Ia tetap menolak untuk mempersembahkan korban bagi dewa-dewa Romawi,  meskipun diancam dengan hukuman mati.  Keteguhan iman Santo Marcellus membuat Cassianus, Juru  tulis steno di pengadilan itu,  menolak untuk menuliskan jalannya persidangan dan melemparkan alat tulisnya. Dihadapan persidangan itu secara terbuka Cassianus menyatakan bahwa ia juga adalah seorang Kristen.
Santo Marcellus dan Santo Cassianus kemudian dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal.
Relikwi Santo Marcellus  kemudian dibawa dan disemayamkan di kota León, dimana ia diangkat menjadi menjadi santo pelindung kota tersebut.  Di kota ini namanya juga diabadikan di  The Plaza de San Marcello dan Gereja San Marcelo, sebuah gereja dari abad ke – 10.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Pekan Biasa XXX

Rabu, 30 Oktober 2019

Lukas 13:22-30

13:22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
13:23. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"
13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
13:25 Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.
13:26 Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.
13:27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!
13:28 Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.
13:29 Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
13:30 Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, dalam hidup keagamaan ada yang yakin bahwa keselamatan adalah rahmat. Yang dimaksudkan dengan rahmat adalah anugerah cuma-cuma dari Tuhan.
  • Tampaknya, bagaimanapun juga orang tak akan punya kekuatan sendiri untuk masuk surga. Sebesar apapun kekuatannya orang tak dapat mengandalkan amal baiknya untuk meraih surga.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun keselamatan untuk masuk surga adalah anugerah ilahi dan bukan karena usaha manusia, orang tetap dituntut untuk berjuang membiasakan diri memfokuskan diri dalam relung kalbu. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan berjuang menghayati hidup harian berdasarkan kebiasaan mendengarkan gema nurani.
Ah, asal banyak berdana orang pasti masuk surga.

Percikan Nas Selasa, 29 Oktober 2019

Mikael Rua, Gaetemo Errico
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan:
Rm. 8:18-25; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 13:18-21.
BcO Yer. 36:1-10,21-32.

Bacaan Injil:
18 Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? 19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya." 20 Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? 21 Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."

Memetik Inspirasi:
Ketika kita menanam sesuatu atau memelihara binatang sering terasa tidak tampak pertumbuhannya. Namun ketika lama kita tinggalkan kita pun bisa heran mereka sudah menjadi besar. Bagi kita yang melihat setiap hari perkembangan sesuatu sering tidak terlihat.
Tuhan pun mengumpamakan Kerajaan Allah dengan pertumbuhan pohon. Pertumbuhan tersebut tak terasa, namun pada saatnya kita akan melihat besarnya pohon yang dulu berasal dari bibit yang kecil. Kerajaan Allah pun bertumbuh sampai pada saatnya terasa menaungi dan memberi rasa bagi kehidupan ini.
Kiranya kita pun tidak perlu tergesa-gesa mau melihat hasil dari segala yang kita upayakan. Sering prosesnya sangat lambat dan tidak tampak. Namun ketekunan akan memberikan hasil yang luar biasa. Kesabaran mengerjakan dan menikmati akan memberi kepuasan akan hasil yang dianugerahkan.

Refleksi: 
Bagaimana ketahananmu menjalani proses kehidupan ini?

Doa: 
Tuhan bantulah kami agar mampu menikmati proses hidup ini dengan tekun. Semoga kami tidak segera ingin melihat hasilnya. Semoga kami pun tidak mudah putus asa ketika seakan tidak melihat perkembangannya. Amin.

Proses
MoGoeng
Wates

Monday, October 28, 2019

Santo Narcissus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3137 Diterbitkan: 15 August 2013 Diperbaharui: 27 October 2016

  • Perayaan
    29 Oktober
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 99
  •  
  • Kota asal
    Yerusalem
  •  
  • Wafat
    Tahun 215 – sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Narcissus hidup pada abad kedua dan awal abad ketiga. Ia sudah lanjut usia ketika ditahbiskan sebagai Uskup Yerusalem. Namun walau sudah uzur ternyata Narcissus  adalah seorang uskup yang sungguh luar biasa. Semua orang mengagumi kebajikan-kebajikannya, terkecuali mereka yang memilih untuk hidup jahat.
Suatu hari tiga orang jahat bersekutu dan bersaksi dusta tentang uskup Narcissus dan mendakwanya melakukan suatu kejahatan yang mengerikan. Seorang dari mereka mengatakan, “Biar aku mati terbakar jika apa yang kukatakan tidak benar!” Yang kedua mengatakan, “Biar aku terjangkit kusta jika apa yang kukatakan tidak benar!” Dan yang ketiga mengatakan, “Biar aku menjadi buta jika apa yang kukatakan tidak benar!” Namun demikian, tiada seorang pun yang mempercayai dusta mereka. Orang banyak telah melihat sendiri kebajikan hidup Narcissus. Mereka tahu orang macam apa Narcissus itu.
Meski tak seorang pun percaya pada fitnah keji yang dilontarkan terhadapnya, Narcissus mempergunakannya sebagai alasan untuk pergi mengasingkan diri dan menjadi pertapa di padang gurun. Segenap kepercayaannya ada pada Tuhan, yang ia layani dengan penuh cinta. Dan Tuhan menunjukkan bahwa fitnah yang diceritakan orang-orang itu sama sekali tidak benar. Narcissus kembali menjadi Uskup Yerusalem, sehingga umatnya bersukacita.
Meski ia semakin bertambah tua, tampaknya ia semakin berkobar-kobar dari sebelumnya. Sesungguhnya, ia tampak lebih kuat dari sebelumnya pula, selama beberapa tahun sesudahnya. Lalu, ia menjadi terlalu lemah untuk melanjutkan karyanya. Ia memohon kepada Tuhan agar mengutus seorang uskup untuk membantunya. Tuhan kita mengirimkan kepadanya seorang kudus lain, Alexander dari Cappadocia. Dengan semangat kasih yang bernyala-nyala, mereka berdua memimpin keuskupan bersama. Narcissus berusia hingga 116 tahun lebih. Ia wafat pada tahun 215.

Lamunan Pekan Biasa XXX

Selasa, 29 Oktober 2019

Lukas 13:18-21

13:18. Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?
13:19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."
13:20 Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
13:21 Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, kaum agamawan berkeyakinan bahwa Tuhan itu maha segalanya. Sebesar apapun yang ada di dunia dapat hanya merupakan sebutir debu di hadapan-Nya.
  • Tampaknya, apa pun yang besar akan menghadirkan kekuatan yang menjanjikan. Yang kecil akan amat mudah dilindas dan dilibas.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun Tuhan itu Mahabesar di atas segala ciptaan-Nya, tetapi daya dahsyatnya justru tampak dalam realitas kecil dan alami yang mampu menumbuhkembangkan segala kehidupan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan amat menghargai kehidupan sebagai proses tumbuh dan berkembang dari yang kecil-kecil.
Ah, tanpa modal besar mana bisa membuat hasil besar.

Santo Simon Rasul

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 5708 Diterbitkan: 15 August 2013 Diperbaharui: 13 October 2019

  • Perayaan
    28 Oktober
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Wilayah karya
    Mesir, Persia
  •  
  • Kota asal
    Galilea - Israel
  •  
  • Wafat
    Menurut Tradisi Wafat sebagai martir di Persia pada akhir abad pertama
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Simon orang Zelot adalah salah satu dari 12 rasul pertama Yesus Kristus menurut catatan dalam Alkitab Perjanjian Baru.  Jejak kerasulannya tidak banyak dikenal dan sedikit sekali tulisan mengenai rasul ini.
Untuk membedakannya dengan Simon Petrus, ia disebut Kananious atau Kananites (Matius 10:4; Markus 3:18) dan dalam daftar rasul di Lukas 6:15, diulang di Kisah Para Rasul 1:13. Kata "Zelot" diturunkan dari bahasa Ibrani, qana, yang berarti "orang yang tekun" ini mungkin untuk menggambarkan bahwa Simon adalah orang yang sangat patuh pada hukum Yahudi. Kata Zelot sendiri juga bisa berarti kota Kana atau daerah Kanaan.
Bersama para rasul yang lain, Simon menerima karunia Roh Kudus pada hari Pentakosta. Kemudian, menurut tradisi, ia pergi ke Mesir untuk mewartakan iman. Selanjutnya, ia pergi ke Persia bersama dengan rasul St. Yudas Tadeus, dan keduanya wafat sebagai martir di sana.

Sunday, October 27, 2019

Percikan Nas Senin, 28 Oktober 2019

Pesta St. Simon dan St. Yudas
warna liturgi Merah

Bacaan-bacaan:
Ef. 2:19-22; Mzm. 19:2-3,4-5; Luk. 6:12-19.
BcO Kis. 5:12-32 atau 1Kor. 1:17-2:5 atau 1Kor. 4:1-16.

Bacaan Injil: 
12 Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. 13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: 14 Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, 15 Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, 16 Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. 17 Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. 18 Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. 19 Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

Memetik Inspirasi: 
Memilih orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Beberapa hari yang lalu Presiden memilih menteri-menterinya. Ia pun minta maaf mungkin ada yang kecewa karena tidak terpilih. Kepada para menteri ia mengatakan bahwa tidak ada visi menteri, yang ada visi presiden dan wakil presiden.
Yesus memilih 12 orang untuk dijadikan rasulnya. Dari 12 itu pun nanti ada yang mengkhianati-Nya. Memang awalnya para rasul mempunyai harapan-harapan sendiri. Simon dan Yudas pun mau jadi rasul karena berharap Yesus akan membawa pembebasan bangsa Israel dari Roma. Mereka berharap Yesus jadi penguasa yang hebat. Namun dalam perjalanan bersama Yesus para rasul pun memurnikan harapannya. Mereka mengikuti Yesus sebagai penguasa kerajaan Allah.
Ketika kita dipilih kita pun mesti berani untuk mengikuti alur pemimpin kita. Kita mesti berani melepaskan ego kita dan menyatukan diri dengan jalur yang dibangun sang pemimpin. Pemimpin pun tidaklah mudah memilih. Mungkin yang dipilih tidak tepat karena tidak mau di jalur yang sama. Mereka yang mau berjalan di jalur yang sama akan berkembang dan bertumbuh dengan baik.

Refleksi:
Apa anda orang yang bisa beradaptasi dengan jalur pemimpin anda?

Doa:
Tuhan semoga kami bisa berada dalam kesatuan dengan jalur-Mu. Semoga aku segera sadar dan memperbaiki diri ketika keluar dari jalur-Mu. Amin.

Mengikuti Jalur Pemimpin
MoGoeng
Wates

Percikan Nas Minggu, 27 Oktober 2019

Hari Minggu Biasa XXX
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan:
Sir. 35:12-14,16-18; Mzm. 34:2-3,17-18,19,23; 2Tim. 4:6-8,16-18; Luk. 18:9-14.
BcO Yer. 23:9-17,21-29.

Bacaan Injil: 
9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: 10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. 13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Memetik Inspirasi:
Seseorang dikenal salah satunya karena kebiasaannya. Kebiasaan ini bisa dimiliki seseorang karena ia biasa dengan hal tersebut. Ketika yang biasa dia lakukan baik maka ia pun mempunyai kebiasaan baik. Sebaliknya ketika biasa buruk maka ia pun mempunyai kebiasaan buruk.
Orang Farisi biasa mengawasi tindakan orang lain. Kala mereka salah langsung ditegur atau dirasani. Ia biasa menilai diri tinggi dan orang lain rendah. Maka dalam doa pun ia menilai diri tinggi dan meremehkan yang lain. Doa seperti itu tidak berkenan bagi Tuhan.
Kiranya kita pun perlu waspada dengan hal-hal yang biasa kita lakukan. Baik kalau kita biasa dengan hal-hal baik. Kala kita biasa baik maka kita pun akan mempunyai kebiasaan baik. Orang bisa mengenal kita sebagai orang baik.

Refleksi: 
Apa yang biasa anda lakukan dan menjadi kebiasaanmu?

Doa:
Tuhan Engkau selalu baik. Sejarah menunjukkan bahwa Engkau mahabaik. Semoga kami pun selalu menghidupi yang baik dalam ziarah hidup kami supaya kebaikan menjadi kebiasaan kami. Amin.

Kebiasaan
MoGoeng
Wates

Lamunan Pesta

Santo Simon dan Santo Yudas, Rasul
Senin, 28 Oktober 2019

Lukas 6:12-19

6:12. Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
6:13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:
6:14 Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,
6:15 Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,
6:16 Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
6:17 Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.
6:18 Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.
6:19 Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat merasa bangga karena banyak orang kagum padanya. Dimanapun dia hadir di situpun banyak orang berbondong.
  • Tampaknya, orang dapat merasa senang karena hidupnya bagaikan selebritis. Kemanapun dia pergi tak pernah dia menemukan sepi manusia.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, seterkenal dan semengagumkan apapun sehingga banyak orang selalu mengerumuni, dia belum sungguh hebat kalau kehadirannya tak membawa keteduhan jiwa-raga dan terang nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan sadar bahwa kesejahteraan sejati selalu menyingkirkan hawa jahat.
Ah, kalau terkenal ya pasti mudah meraup hasil berlimpah.

Beato Contardo Ferini

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2558 Diterbitkan: 15 August 2013 Diperbaharui: 23 October 2016
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    27 Oktober
  •  
  • Lahir
    4 April 1859
  •  
  • Kota asal
    Milan, Italy
  •  
  • Wafat
    17 October 1902 di Suna, Verbano-Cusio-Ossola, Italy | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    8 Februari 1931 oleh Paus Pius XI
  •  
  • Beatifikasi
    13 April 1947 oleh Paus Pius XII

Contardo dilahirkan pada tahun 1859. Ayahnya seorang guru matematika dan fisika. Ayahnya ini sejak dini telah menanamkan pada putera kecilnya kecintaan untuk belajar. Sebagai seorang pemuda, Contardo fasih berbicara dalam banyak bahasa asing di samping bahasa ibunya, bahasa Italia. Ia amat cemerlang di setiap sekolah dan universitas tempat ia belajar. Kecintaannya untuk belajar dan kecintaannya pada iman Katoliknya membuat teman-teman menjulukinya “St. Aloysius” mereka. (St Aloysius Gonzaga adalah seorang santo muda Yesuit yang dikenal karena kebajikan dan kemurahan hatinya.) Contardo-lah yang pertama-tama memulai kelompok-kelompok bagi teman-teman mahasiswa guna membantu mereka menjadi seorang Kristiani yang saleh.
Ketika usianya duapuluh satu tahun, kepadanya ditawarkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Universitas Berlin di Jerman. Sungguh berat baginya meninggalkan rumahnya di Italia, tetapi ia senang juga bertemu dengan orang-orang Katolik yang saleh di universitas itu. Ia menuliskan dalam sebuah buku kecil apa yang dirasakannya ketika untuk pertama kalinya ia menyambut Sakramen Rekonsiliasi di negeri asing. Sungguh menggetarkan hatinya menyadari bahwa Gereja Katolik sungguh sama di mana pun dan kemana pun orang pergi.
Tahun berikutnya, Contardo berusaha memutuskan entahkah sebaiknya ia menjadi seorang imam atau seorang biarawan, atau hidup berkeluarga. Ia terus-menerus bertanya pada dirinya sendiri apa yang sebaiknya dilakukannya. Nyatalah kemudian bahwa ia mengucapkan ikrar untuk mempersembahkan dirinya hanya bagi Tuhan saja. Ia mengamalkan ikrarnya ini sebagai seorang awam Fransiskan (anggota ordo ketiga Fransiskan).  Ia tetap mengajar dan menulis namun senantiasa berupaya untuk menjadi seorang Kristiani yang terlebih sempurna.
Sementara menikmati olahraga favoritnya, mendaki gunung, ia akan berpikir tentang Tuhan, Pencipta segala keindahan yang ia lihat. Orang banyak melihat bahwa ada sesuatu yang berbeda pada diri Profesor Ferrini. Ia amat kudus, lembut dan rendah hati hingga setiap orang yang bertemu dengannya akan selalu merasakan aura kesucian di antara senyum hangatnya yang khas.  Bahkan saat ia masih hidup orang-orang sudah memanggilnya dengan sebutan “santo..”
Tanggal 17 Oktober 1902  Contardo Ferrini wafat karena demam tipus  pada usia empat puluh tiga tahun. Warga Suna segera menyatakan dirinya suci. Rekan-rekannya di University of Pavia menulis surat kepada Paus di mana mereka menggambarkan ia  sebagai seorang suci. Pada tahun 1909 Paus Pius X  menunjuk Kardinal Ferrari untuk memulai proses penyelidikan terhadap kasus Contardo Ferini.  39 tahun kemudian  tepatnya pada  tanggal 13 April 1947  Contardo Ferini  dibeatifikasi oleh Paus Pius XII.  Tubuhnya sekarang dimakamkan  dalam kapel Milan Universitas Katolik.

Saturday, October 26, 2019

Lamunan Pekan Biasa XXX

Minggu, 27 Oktober 2019

Lukas 18:9-14

18:9. Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat beranggapan bahwa kalau benar hidupnya dia akan mengalami keselamatan. Agar benar orang harus taat aturan.
  • Tampaknya, agar benar hidupnya orang akan cermat mempelajari dan mencermati aturan. Dalam hidup beragama pun dia akan menjalani dengan teliti agar benar di hadapan Tuhan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun taat dan cermat dalam menjalani tata aturan dalam bidang apapun, orang dapat tetap tidak benar kalau terlalu puas terhadap diri dan mencemooh kekurangan orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa sekalipun banyak kesalahan tetapi menerima kerendahan karena kebusukannya dia akan berada dalam kebenaran yang menyelamatkan.
Ah, era global adalah jaman persaingan sehingga orang harus berjuang mengatasi yang lain.