Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, June 30, 2018

Menjamah Tuhan


Minggu, 1 Juli 2018
Minggu Biasa XIII
Markus 5:21-43

Seberapa sering kita berusaha menjangkau dan menjamah Tuhan seperti wanita yang menderita pendarahan dalam Injil hari ini?! Imannya luar biasa. Semua yang dia ingin lakukan adalah menjamah Tuhan, hanya sebentar saja. Kadang-kadang hidup ini berjalan begitu cepat sehingga kira tidak mau mencari Tuhan dan menjamahNya meski barang sekejap. Kita sering khawatir tentang hidup kita, dan begitu terperangkap dalam masalah kita sehingga kita tidak berpikir untuk mencari dan menjamah Tuhan. 

Seperti perempuan yang dua belas tahun menderita pendarahan itu, aku ingin menjamah Tuhan supaya seketika sembuh. Sembuh dari penyakit pendarahan dosa-dosaku! Aku ingin menjamah Tuhan minimal menjamah jubahNya yang suci dalam Sakramen-SakramenNya. Namun, mungkin kadang-kadang Tuhan begitu jauh tak terjangkau bukan karena Tuhan yang jauh tapi aku yang menjauh dariNya! 

Tuhan, iman kepadaMu, itulah yang mengilhami perempuan untuk menjamah jubahMu. Dia percaya bahwa Engkau akan membuatnya baik. MenjamahMu adalah doanya. Dia tahu siapa dirinya: makhluk yang dibuat Bapa, jiwa miskin yang membutuhkan pertolongan. Dia telah mencoba melakukannya sendirian, mencari obat dalam pengobatan namun semua itu hanya memperburuk kondisinya. Sekarang dia meminta bantuanMu hanya dengan menjamah jubahMu dan Engkau tak hanya membantunya, tetapi menyelamatkannya. Tuhan, aku datang padaMu dalam doa, meditasi, Ekaristi dan Adorasi serta karya pelayananku untuk menjamahMu. Sembuhkan dan selamatkanlah aku kini dan selamanya. Amin.

JoharT Wurlirang, 1/7/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Percikan Nas Minggu, 01 Juli 2018

Hari Minggu Biasa XIII
warna liturgi Hijau

Minggu, 01 Juli 2018

Bacaan-bacaan:
Keb. 1:13-15; 2:23-24; Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; 2Kor. 8:7,9,13-15; Mrk. 5:21-43 (Mrk. 5:21-24,35-43). BcO Neh 4:1-23.
Nas Injil:
21 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, 22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya 23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” 24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. 35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” 36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!” 37 Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. 38 Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. 39 Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” 40 Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. 41 Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” 42 Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. 43 Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
Percikan Nas:
Yairus seorang kepala rumah ibadat tidak merasa malu untuk bersujud di hadapan Yesus demi kesembuhan anaknya. Ia percaya sungguh bahwa Yesus pasti mampu menyembuhkan anaknya. Statusnya sebagai kepala rumah ibadat diabaikan. Ia pun tidak peduli akan komentar orang-orang terhadapnya. Yang utama baginya adalah anaknya sembuh.
Saya teringat kala ingin mengecat pastoran Wates. Mungkin salah satu yang membaca tulisan ini pun akan senyum-senyum. Kala itu ada umat Paroki yang menawarkan membelikan catnya dan paroki diminta membiayai tukang. Saya berterima kasih namun tidak berani menerima itu karena paroki sedang tidak punya dana untuk membayari tukang sekalipun. Kondisi itu saya sampaikan kepada si penyumbang. Akhirnya si penyumbang itu membantu cat sekaligus biaya tukangnya. Mungkin dia geli melihat diriku yang tidak tahu malu atau tidak tega melihat kondisi pasturan. Akhirnya pastoran pun beliau cat dan sekarang jadi tampak bersih dan baru.
Tampaknya kala kita perlu sesuatu atau pun tidak mampu akan sesuatu kita tidak perlu malu, apalagi sesuatu itu bukan untuk diri sendiri. Yairus tidak malu bersujud di hadapan Yesus demi kesembuhan anaknya. Agoeng tidak malu demi pasturan yang bersih dengan cat baru. Keterusterangan dan kepercayaan tersebut memberikan kebahagiaan. Maka kita pun tidak perlu malu di hadapan Tuhan.
Doa:
Bapa berikanlah rahmat-Mu pada kami hari ini. Sudilah Engkau menyembuhkan saudara-saudari kami yang sedang sakit. Kami percaya kalau Engkau mau Engkau pasti bisa melakukannya. Pada-Mu kami percaya. Amin.
Tidak perlu malu
(goeng).

Lamunan Pekan Biasa XIII

Minggu, 1 Juli 2018

Markus 5:21-43

5:21. Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau,
5:22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya
5:23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup."
5:24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.
5:25 Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
5:26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.
5:27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
5:28 Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
5:29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.
5:30 Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?"
5:31 Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?"
5:32 Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.
5:33 Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.
5:34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
5:35. Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?"
5:36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!"
5:37 Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
5:38 Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.
5:39 Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"
5:40 Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.
5:41 Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
5:42 Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.
5:43 Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di era global orang akan berhadapan dengan persaingan untuk memperoleh kebutuhan. Tanpa kekuatan yang dapat dihandalkan orang dapat tersisih oleh berbagai kekuatan yang mendesaknya.
  • Tampaknya, bagi kaum papa dan menderita peluang untuk bersaing menjadi amat sangat langka. Seandainya sudah berjuang dengan tekad membara, hasilnya juga akan amat sangat kecil.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun tak ada kekuatan sepadan berhadapan dengan berbagai desakan persaingan untuk mendapatkan kebutuhan, kalau dilandasi dengan keyakinan sikap yang kuat, sentuhan perolehan yang amat sangat kecil sudah membuat orang memperoleh kesejahteraan amat besar. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati walau tak punya daya kemampuan besar orang dapat bertindak yang menghasilkan sukacita amat besar.
Ah, daya kecil ya hanya akan terpuruk berhadapan dengan daya-daya besar.

Friday, June 29, 2018

Ulasan Eksegetis Bacaan Kitab Suci Minggu Biasa XIII/B

diambil dari http://www.mirifica.net oleh A. Gianto


Dahsyatnya Berharap

Rekan-rekan yang baik!
Kali ini ada kisah mukjizat yang unik susunannya. Kisah mengharukan mengenai kesembuhan seorang perempuan dari sakit pendarahan (Mrk 5:25-34) terbingkai di dalam kisah Yesus menghidupkan kembali anak perempuan Yairus (Mrk 5:21-24, 35-43). Kedua peristiwa itu terjalin satu sama lain lewat harapan yang kuat dan penuh kepercayaan dari orang-orang yang mendekat kepada Yesus, baik Yairus maupun perempuan tadi. Kekuatan penyembuh dalam diri Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan yang sebesar itu dan kepercayaan yang selugu itu.
Menghidupkan Harapan
Ketika Yesus kembali dari seberang danau dengan perahu, orang banyak datang berbondong-bondong mengerumuninya. Mereka ingin mendengarkan pengajarannya. Seperti biasa, orang-orang itu juga memintanya menyembuhkan orang sakit. Seorang di antara mereka bernama Yairus, kepala rumah ibadat. Orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang ini datang ke hadapan Yesus dan bersujud. Ini tindakan penghormatan yang luar biasa, apalagi bila dilakukan oleh seorang kepala rumah ibadat. Dimintanya dengan sangat agar Yesus datang menumpangkan tangan pada anak perempuannya yang sedang sakit, katanya, “agar selamat” dan “tetap hidup”. Permintaan ini mengungkapkan harapan yang amat besar pada Yesus. Boleh diduga, sudah macam-macam upaya dijalankannya tetapi tanpa hasil. Kini ia amat khawatir anak perempuannya itu tidak bakal sembuh. Tidak diceritakan apa jawaban Yesus. Hanya disebutkan bahwa ia pergi bersama Yairus diikuti orang banyak yang berdesak-desakan. Markus kiranya hendak mengungkapkan betapa besarnya harapan Yairus dan rasa ingin tahu orang banyak itu. Apa yang bakal dilakukan Yesus? Dapatkah ia menyembuhkan seperti biasa? Sampai saat ini memang belum ditampilkan perkataan Yesus sendiri.
Di antara kerumunan itu ada seorang perempuan yang menderita penyakit pendarahan. Semacam haid yang berkepanjangan dan tak teratur. Ada hal penting yang jelas bagi pembaca waktu itu walaupun tidak dituliskan dalam kisah ini. Menurut hukum agama Yahudi, perempuan dalam keadaan ini dianggap menajiskan tempat yang dipakainya berbaring atau tikar tempat duduknya. Juga siapa saja, laki atau perempuan, yang bersentuhan dengan barang-barang tadi akan ikut najis. Mereka harus menjalankan upacara pembersihan diri. Lihat peraturan yang terperinci dalam Im 15:25-30. Jadi perempuan itu harus disingkiri dan dijauhi. Boleh jadi juga ia sendiri memisahkan diri. Hidupnya terkucil. Ia sudah menerima nasib. Putus asa. Tak ada tabib yang bisa menyembuhkannya dan uangnya sudah habis dipakai berobat. Tapi kali ini ada sesuatu yang lain. Banyak telah didengarnya mengenai Yesus.
Hanya Markuslah yang menuliskan hal ini, seakan-akan ia dapat menyelami batin perempuan itu. Dan kita diajak ikut merasakan yang dirasakan Markus. Matius dan Lukas tidak merasa perlu memasuki batin perempuan itu. Perempuan tadi datang mendekat kepada Yesus, kendati ada orang banyak yang dalam keadaan biasa tentu menjauhi dan dijauhi perempuan itu. Kabar tentang Yesus yang sampai ke telinganya ternyata menghidupkan kembali harapan yang sudah berangsur-angsur pudar dan mati. Perempuan itu menemukan keberanian mendekat ke tokoh tenar dan penyembuh hebat ini. Ia juga tidak membiarkan diri terhalang oleh rambu-rambu yang telah menyingkirkan dirinya.
Menyentuh Jubah
Maka kata perempuan tadi dalam hati, “Asal kusentuh saja jubahnya, aku akan sembuh!” Dan terjadilah demikian. Menarik diamati, dalam kisah ini, peristiwa menyentuh jubah itulah yang membuat Yesus mulai berbicara, “Siapa menyentuh jubahku?” Pertanyaan aneh. Juga bagi orang zaman itu. Karena itulah murid-murid menyahut, lihat sendiri, kan ada banyak orang berdesak-desakan, kok bertanya siapa menyenggol jubah segala! Gimana sih Bapak Guru ini. Tetapi tidak aneh bagi Yesus – ia merasa ada kekuatan dari dirinya tertarik keluar.
Pakaian yang paling luar, jubah, memberi bentuk pada orang yang memakainya. Bagi orang zaman itu, pakaian membuat orang yang memakainya bisa dikenal secara khusus. Motif seperti ini sering dijumpai: di sebuah gunung nanti pakaian Yesus jadi putih berkilauan, di bawah salib nanti pakaian luarnya diundi, di kubur nanti ada sosok yang berpakaian jubah putih – dan juga kisah penuh tanda tanya mengenai pemuda yang akan ikut ditangkap di Getsemani tapi berhasil meloloskan diri dengan melepaskan pakaiannya yang hanya sehelai itu. Ia tidak lagi dikenali karena tak berpakaian lagi. Dalam peristiwa kali ini, perempuan yang sakit pendarahan tadi melihat Yesus yang sudah banyak didengarnya itu dengan mata kepala sendiri dan mengenali siapa dia: tumpuan harapan satu-satunya. Dan sisi Yesus yang dikenalinya itulah yang disentuhnya. Dan ada kekuatan yang keluar daripadanya yang mengubah keadaannya.
Setelah mendengar reaksi Yesus, perempuan itu menjadi takut dan gemetar, lalu bersujud kepada Yesus. Ini pengakuan akan siapa Yesus itu. Tetapi apa yang dikatakan Yesus kepadanya? Sapaannya penuh perhatian, “Nak, imanmu telah menyelamatkanmu." Bukan hanya kesembuhan dari pendarahan belaka diperoleh oleh perempuan itu. Berita tentang dia yang telah banyak didengar, itulah yang menyelamatkannya dari apatisme dan keputusasaan serta pengucilan diri dari masyarakat. Yesus masih menambahkan, “Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!” Harapan sembuh dari penyakit yang diidap 12 tahun itu menjadi kenyataan dan bukan hanya itu, ia mendapat tambahan lebih besar lagi, bisa hidup damai dengan diri sendiri dan dengan orang lain, dan akan tetap begitu. Inilah yang didapat oleh perempuan yang mengenali siapa Yesus itu dan berani mendekat kepadanya. Keluguan dan keberanian perempuan seperti itu masih bisa dijumpai kini juga dan perlu lebih diakui.
Tetap percaya!
Pada saat itu beberapa orang dari keluarga Yairus datang dan mengatakan bahwa anak perempuannya sudah mati. Tak perlu lagi merepotkan sang Guru. Mereka tidak melihat siapa dia sesungguhnya. Memang ia bisa menyembuhkan, tapi menghidupkan yang sudah mati? Mana bisa. Tak usah saling mempermalukan nanti. Begitulah jalan pikiran mereka. Pembaca bagaimana? Kisah penyembuhan perempuan berpendarahan tadi membuat pembaca tahu bahwa Yesus dapat menghidupkan harapan yang sudah mati. Memang Markus bermaksud membuat pembaca melihat perkara ini sambil mengikuti jalan peristiwa yang dituturkannya.
Pembaca boleh ikut merasakan yang dialami Yairus. Nasi sudah jadi bubur! Apa permintaannya menumpangkan tangan dan menyembuhkan anaknya masih ada artinya? Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Jangan takut, percaya saja!” Dan ia berjalan ke rumahnya untuk menemui anak perempuannya. Dalam Injil, “jangan takut” dipakai untuk mengisyaratkan kekuasaan ilahi. Dan ditambahkannya “percaya saja!”. Bila teks aslinya diikuti, maka perlu diterjemahkan “Terus percaya saja!” (Lukas memakai bentuk yang bisa diterjemahkan “Percayalah saja!”, tapi ia juga menambahkan, “maka ia akan diselamatkan!” Luk 8:50).
Orang-orang mulai menertawakan Yesus ketika ia berkata bahwa anak perempuan itu hanya tidur, tidak mati, maka tak usahlah ribut-ribut menangisinya. Mereka tak bisa percaya. Apa sebetulnya yang terjadi? Apakah Yesus yakin anak itu tidur. Tidak usah kita menduga-duga. Baginya hidup atau mati itu urusan yang di atas sana.. Nanti, seperti dikisahkan dalam Injil Yohanes, ia memanggil keluar Lazarus yang sudah empat hari mati. Baik anak perempuan tadi maupun Lazarus memang sudah mati, tetapi kematian pun kiranya tidak dapat bertahan di hadapan Yesus. Inilah yang ditampilkan bagi kita.
Hanya Markuslah yang menyebut anak itu berusia 12 tahun. Pembaca diingatkan bahwa perempuan yang sakit pendarahan itu telah menderita 12 tahun juga sebelum berjumpa dengan sang pemberi kehidupan baru. Tapi ada juga alasan lain. Pada usia itu seorang anak mulai menjadi dewasa menurut hukum Taurat. Hingga umur ini seorang anak ada di bawah pengajaran bapaknya, yakni Yairus. Pada umur 12 seorang anak akan diserahkan kepada Taurat sendiri. Di dalam kisah ini anak perempuan itu dipanggil bangun oleh sang Taurat yang hidup. Dalam kisah ini anak itu tidak menjawab dengan kata-kata. Ia mendengar. Dan yang didengarnya pertama kali dari Taurat hidup ini ialah panggilan penuh perhatian “Talita”, artinya domba betina yang masih kecil, tapi dalam bahasa Aram juga dipakai untuk menyapa anak perempuan, seperti “Nak!”. Kemudian didengarnya pula perintah “Qum” (=Bangunlah!) dari dia yang menyapa dengan penuh perhatian tadi. Dan anak perempuan Yairus itu menurut dan hidup kembali.
Ketiga murid terdekat, yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes, ikut menyaksikan bagaimana kematian pun tidak bisa bertahan di hadapan perkataan dia yang membawakan kehidupan baru ini. Mereka melihat sendiri bagaimana harapan dan kepercayaan Yairus menjadi hidup dalam diri anak perempuannya. Dan inilah yang dibagikan tokoh-tokoh yang paling berwibawa itu kepada kita semua lewat Markus dalam Injil hari ini.
Pada awal ulasan disebutkan Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan yang sebesar itu dan kepercayaan yang selugu itu. Dan yang diberikannya kepada mereka ialah perhatian yang nyata. Ini kasih. Dan inilah yang menyembuhkan, yang menghidupkan. Itulah dahsyatnya berharap padanya.  Di situlah letak mukjizatnya.
Salam hangat,
Kredit Foto: https://www.google.co.id/

Kerendahan Hati Itu Buah Iman yang Menggerakkan Hati Tuhan


Sabtu, 30 Juni 2018
Pekan Biasa XII
Mateus 8:5-17

Injil hari ini menunjukkan kepada kita bahwa perwira itu tak hanya memiliki iman yang luar biasa; dia memiliki juga kerendahan hati yang besar. Kerendahan hatinya asli sejati, tidak palsu. Keadaannya terlalu berat baginya untuk berpura-pura menjadi rendah hati, terutama karena Yesus telah setuju untuk datang menyembuhkan hambanya. Ia percaya sepenuhnya dengan segala kerendahan hati kepada Yesus. Itulah sebabnya ia merasa tidak layak menerima Yesus di rumahnya hingga ia berani berkata, "Tuhan aku tidak layak menerima Tuhan. Bersabdalah sepatah kata saja, maka hambaku pasti sembuh." Maka, kerendahan hatinya asli sejati. Itu juga bukan hasil dari harga diri yang rendah, melainkan karena ada kepercayaan yang luar biasa dalam berurusan dengan Yesus. Kerendahan hatinya adalah kerendahan hati yang lahir dari iman yang mengerti siapa Yesus sesungguhnya. 

Gereja Katolik pun belajar dari kerendahan hati perwira ini. Itulah sebabnya, kita mengutip kalimat iman dan kerendahan hati dalam liturgi Ekaristi kita. Sungguh, adalah suatu kerendahan hati bahwa Gereja Katolik mengundang kita untuk menyerukan kalimat iman perwira itu sebagai doa kita sesaat sebelum kita menyambut Komuni Suci. Kita berseru, "Ya Tuhan, tak pantas aku menyambutMu, bersabdalah sepatah kata saja, maka aku akan sembuh!" Dengan doa itu kita belajar rendah hati atas dasar iman kepada Kristus. Dengan doa itu kita hendak mengatakan, “Tuhan, Engkau terlalu dahsyat untuk datang kepadaku, maka terima kasih telah datang padaku dan aku boleh menyambutMu karena tanpaMu, aku akan mati binasa.”

Ya Tuhan, ampunilah aku atas pelanggaranku. Engkau tahu betapa aku percaya kepadaMu dan terus berusaha membaktikan diri kepadaMu. Aku tak layak menyambutMu bersabdalah sepatah kata saja maka aku akan sembuh. TanpaMu aku bukan apa-apa, bahkan pasti binasa. Aku percaya padaMu, tolonglah ketidakpercayaanku.

JoharT Wurlirang, 30/6/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Percikan Nas Sabtu, 30 Juni 2018

Raimundus Lullus, Martir Pertama di Roma
warna liturgi Hijau

Senin, 25 Juni 2018

Bacaan-bacaan:
Rat. 2:2,10-14,18-19; Mzm. 74:1-2,3-5a,5b-7,20-21; Mat. 8:5-17. BcO Neh. 2:9-20.

Nas Injil:
5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, 12 sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." 13 Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. 14 Setibanya di rumah Petrus, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. 15 Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan melayani Dia. 16 Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. 17 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."

Percikan Nas:
Seorang perwira yang bertenu dengan Yesus mengatakan, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (Mat 8:8). Ia seorang perwira, dari bangsa Roma berkenan datang menemui Yesus. Saat Yesus hendak ke rumah-Nya ia mengatakan kalimat tersebut. Ini menjadi tanda kerendahan hati dan kepercayaan yang luar biasa. Kerendahan hati dan kepercayaannya membuahkan mukjijat penyembuhan hambanya.
Banyak rahmat bisa dirasakan oleh mereka yang rendah hati. Mereka yang rendah hati mampu mesyukuri segala sesuatu yang ditemui, tidak mudah mengeluh dan marah, menata kata dengan baik dan membangun tindakan dengan penuh kasih. Kebalikan dengan rendah hati adalah sombong. Mereka yang sombong tidak mudah untuk bersyukur, gampang mengeluh dan marah, pilihan katanya kasar menyakitkan dan melakukan tindakan dengan arogansi kekuasaan.
Diakui atau tidak kerendahan hati dan kesombongan selalu ada bersamaan dalam hidup manusia. Tinggal mana yang prosentasenya besar dalam hidup kita. Kiranya meneladan perwira di bacaan Injil hari ini maka marilah kita menumbuhkan sikap rendah hati dalam diri kita dan mengikis kesombongan kita. Tuhan berkenan pada mereka yang rendah hati.

Doa:
Tuhan terima kasih Engkau telah memberi teladan kerendahan hati dalam diri perwira. Semoga aku pun mempunyai jiwa rendah hati dan tidak sombong. Semua yang kumiliki berasal dari-Mu. Aku tunduk dan berserah pada-Mu. Amin.

Rendah hati
(goeng).

Lamunan Pekan Biasa XII

Sabtu, 30 Juni 2018

Matius 8:5-17

8:5. Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya:
8:6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita."
8:7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya."
8:8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
8:9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
8:10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.
8:11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,
8:12 sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
8:13 Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
8:14. Setibanya di rumah Petrus, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam.
8:15 Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan melayani Dia.
8:16 Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit.
8:17 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa orang akan mendapatkan kepantasan hidup kalau tekun beragama. Agama apapun akan membuat orang layak di hadapan yang ilahi dan sesama.
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa yang layak di hadapan ilahi akan hidup tanpa cela. Dengan rajin berdoa dan mendalami agama akan mengalami kepantasan hidup karena bebas dari segala kelemahan dan kekurangan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, walau rajin menjalani agama, orang belum tentu layak di hadapan ilahi kalau tak memiliki kesadaran jiwani akan kerapuhan diri dan berperilaku peduli pada yang papa. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang secara alami akan sadar kelemahan diri dan selalu mengutamakan yang papa dan menderita.
Ah, yang amat dekat Tuhan itu ya yang taat pada agama.

Thursday, June 28, 2018

Engkaulah Kristus, Putra Allah!


Jumat, 29 Juni 2018
HR St Petrus dan Paulus
Mateus 16:13-19

Dari Injil hari ini, kita membaca bahwa Yesus tidak tertarik pada apa yang dipikirkan "orang lain" tentang diriNya. Tampaknya, Yesus justru ingin tahu apa yang  kupikirkan tentang Dia. Tes hubungan apa pun adalah seberapa besar komitmen seorang satu sama lain. Demikianlah, Tuhan kita bertanya-tanya tentang kita. Apa arti Kristus bagi saya? Apakah Dia memiliki tempat yang nyata dalam hidupku? Dialah yang menyelamatkan kita. Bagaimana kebenaran itu mempengaruhi imanku padaNya?

Mari kita belajar dari Petrus yang mengakui dan mengimani bahwa Yesus adalah Kristus, Mesias. Dan Yesus pada gilirannya mengatakan kepadanya bahwa pengetahuan ini tidak berasal dari dunia. Itu berasal dari Allah Bapa. Pengakuan Yesus sebagai Kristus melibatkan tindakan iman. Sepanjang sejarah, para skeptis telah mencoba untuk mencari tahu Yesus, hanya menggunakan alasan dan alat penelitian mereka. Semua dilakukan tanpa iman. Bagaimana dengan kita?

Ya Yesus, Engkau memberi Petrus, kekuatan untuk mengikat dan melepaskan dalam kaitannya dengan dosa dan kejahatan bukan sebagai pemaksaan melainkan sebuah pelayanan. Anugerahilah daku iman seperti dia, iman dan pengakuan bahwa Engkaulah, Kristus, Putera Allah yang Mahatinggi, kini dan selamanya. Amin.

JoharT Wurlirang, 29/6/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Percikan Nas Jumat, 29 Juni 2018

HARI RAYA 
St. PETRUS dan St. PAULUS RASUL
warna liturgi Merah

Jumat, 29 Juni 2018

Bacaan-bacaan:
Kis. 12:1-11; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; 2Tim. 4:6-8,17-18; Mat. 16:13-19. BcO Gal. 1:15-2:10.
Nas Injil:
13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” 14 Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” 15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” 16 Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” 17 Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Percikan Nas:
Pernahkah dalam hidup anda tiba-tiba anda bisa omong sesuatu yang sangat hebat dan dahsyat? Mungkin pernah. Saat itu kita tidak tahu kok tiba-tiba bisa mengeluarkan kalimat-kalimat yang memukau orang-orang di sekitar kita. Setelah diam kita pun tidak tahu bagaimana kita bisa omong seperti itu.
Petrus pun bisa menyebut Yesus sebagai “Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16:16). Sebutan untuk Yesus ini terlontar begitu saja dari mulut Petrus. Tuhan tahu kata-kata itu tidak muncul dari mulut Petrus sendiri, tetapi , “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 16:17).
Tuhan selalu bekerja dalam hidup kita. Pada saat-saat tertentu karya Tuhan terasa sangat istimewa bagi kita. Kita yang sederhana dan tak banyak pengetahuan dipakai Tuhan untuk sesuatu yang menakjubkan. Maka kiranya kita tidak perlu ragu dalam hidup kita. Kala harus menyampaikan suatu kebenaran Tuhan akan membuka mulut kita dan Dia akan bekerja membantu kita.
Doa:
Tuhan, karya-Mu selalu hadir dalam hidupku. Engkau pun selalu memberikan daya padaku, terutama kala aku kesulitan. Kauurai kesulitanku. Kauperkenankan aku menyampaikan warta baik. Terima kasih Tuhan. Amin.
Tuhan bekerja
Di hari ultah perkawinan ke-60 bapak ibuku.
(goeng).

Lamunan Hari Raya

Santo Petrus dan Santo Paulus, Rasul
Jumat, 29 Juni 2018

Matius 16:13-19

16:13. Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa yang mau paham akan yang ilahi harus belajar agama. Dalam agama ada ajaran-ajaran tentang Tuhan.
  • Tampaknya, di kalangan agamawan ada juga pujangga-pujangga ahli ketuhanan. Mereka memahami yang ilahi dengan pemikiran sistematis berdasarkan berbagai ajaran dan literatur dalam ilmu keagamaan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun tekun mendalami ajaran agama bahkan jadi ahli teologi, kalau tidak terbiasa mengatakan kata-kata nurani dalam keheningan orang tak akan sampai pada pemahaman kesejatian ilahi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mendapatkan percikan pemahaman tentang Dia.
Ah, yang tahu sungguh tentang Tuhan adalah para ahli teologi.

Ulang Tahunan


"Berkah dalem romo nyuwun pangapunten dalem badhe nyuwun pirsa asmane lengkap romo2 ingkang lenggah wonten Domus Pacis sinten kemawon njih romo ..... Kula ingkang sowan kala wingin misa sareng Domus saking Prambanan romo" (Berkah Dalem, rama, maaf saya akan bertanya nama lengkap para rama yang tinggal di Domus Pacis. ..... Saya adalah yang kemarin datang ikut Misa Domus dari Prambanan) kata pengirim pesan di WA Rm.Bambang pada Minggu 10 Juni 2018. Rm. Bambang menjawab "Asma rama2 Domus: Rm. Yadi, Rm. Ria, Rm. Bambang, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, Rm. Tri Wahyono, Rm. Wito" dan dia menanggapi "Matur nuwun romo baptisipun romo nyuwun  pangapunten badhe kangge oleh 2 dateng kudus ngaten ....." (Terima kasih, rama. Lalu nama-nama baptisnya? Maaf, ini akan saya oleh-olehkan ke Kudus). Ketika Rm.menulis "Wadhuh boten patosa apal" (aduh saya tak hafal) muncul jawaban "Njih sampun romo matur nuwun badhe pamer menawi sampun nate dateng Domus pacis margi dateng pabrik Djarum nika wonten paguyuban kristiani" (Ya sudah, rama, terima kasih. Ini akan saya pamerkan bahwa saya pernah ke Domus Pacis. di pabrik rokok Djarum. Di sana ada paguyuban kristiani).

Pengirim WA itu adalah salah satu dari 20an orang yang pada Sabtu tanggal 9 Juni 2018 sore jam 05.00 ikut Misa Domus. Mereka adalah keluarga Tionghoa anak, cucu, dan cicit dari satu nenek yang pada hari itu berusia 95 tahun. Sebenarnya mereka telah berpesan jauh hari sebelumnya untuk kehadiran Rm. Bambang memimpin misa di Prambanan. Keluarga meminta misa diselenggarakan pada jam 05.00 sore. Tetapi ternyata di Paroki Kalasan, dimana Prambanan menjadi wilayahnya, ada aturan bahwa untuk misa ujub di keluarga pada Sabtu sore hanya diperkenankan sesudah jam 07.00. Sementara itu Rm. Bambang berkeberatan kalau memulainya sudah terlalu malam. Rm. Bambang menganjurkan untuk mencari rama lain. Tetapi mereka mendesak agar yang memimpin tetap Rm. Bambang. Kemudian Rm. Bambang menawarkan bagaimana kalau penyelenggaraan dilaksanakan di Domus Pacis sehingga bisa gembira bersama para rama tua. Keluarga setuju. Sehingga pada Sabtu sore itu ada misa ulang tahun di Kapel Domus yang oleh keluarga mendapatkan hiasan bunga di altarnya. "Rama, apakah keluarga boleh makan bersama para rama?" tanya Bu Rini, relawati Domus, ketika usai misa yang dijawab oleh Rm. Bambang "Bisa aja." Keluarga memang sudah membawa santap malam dan snak untuk mereka sendiri dan seluruh penghuni Domus. Maka makan malam itu sungguh meriah. Apalagi para tamu kemudian minta berfoto ria dengan rama-rama bergantian.

Wednesday, June 27, 2018

Iman Harus Mewujud dalam Perbuatan Baik


Kamis, 28 Juni 2018
Pekan Biasa XII
PW S. Ireneus, Uskup dan Martir
Mat 7:21-29

Menghayati dan menghidupi iman kita melalui karya-karya kita sangat penting. St. Yakobus pernah menulis dan mengingatkan, "Iman tanpa perbuatan itu tidak berguna, mati!" (Yakobus 2:20). Maka, tidak cukup ikut Misa pada hari Minggu, atau Misa Harian, atau memiliki Alkitab di rak, atau  menggantung rosario di kaca spion mobil. Semua itu perlu, penting dan harus dilakukan. 

Namun iman kepada Kristus berarti pertobatan setiap hari, mengubah hidup kita sesuai dengan kehendaknya. Karenanya, Yesus mengingatkan dalam Injil hari ini, "Tidak semua orang yang berkata kepadaku, 'Tuhan, Tuhan,' akan masuk ke kerajaan surga, tetapi hanya orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga." (Matius 7:21). Melakukan kehendak Bapa berarti karya kasih, kesabaran, pelayanan yang tidak kita minati. Ekspresi nyata dari iman kita menuntut agar kita mau berkorban dalam perbuatan. Iman sejati tidak membuat kita merasa puas diri, melainkan terus berbuat setiap saat.
Tuhan, bersumber dari Ekaristi Suci, bantulah aku mewujudkan imanku dalam perbuatan baik dalam hidup sehari-hari kini dan selamanya. Amin.

JoharT Wurlirang, 28/6/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Percikan Nas Kamis, 28 Juni 2018

Peringatan Wajib St. Ireneus
warna liturgi Hijau

Kamis, 28 Juni 2018

Bacaan-bacaan:
2Raj. 24:8-17; Mzm. 79:1-2,3-5,8,9; Mat. 7:21-29; Sore menjelang Hari Raya : Kis. 3:1-10; Mzm. 19:2-3,4-5; Gal. 1:11-20; Yoh. 21:15-19. BcO Ezr. 9:1-9,15-10:5.
Nas Injil:
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” 24 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” 28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.
Percikan Nas:
Kalau meliat orang membangun pekerjaan awal terasa berat banget. Para tukang mesti membersihkan lahan, menggali lobang pondasi di bawah terik matahari, memecah-mecah batu agar bisa dipasang untuk pondasi. Melihat saja rasanya cape apalagi melaksanakannya. Namun semua itu mesti dikerjakan dengan baik agar bangunan di atasnya dapat berdiri dengan kokoh.
Dasar yang kokoh penting untuk menopang bangunan yang kita impikan. Kala dasar itu kokoh maka bangunan kita pun akan tahan terhadap banjir dan topan. Kita perlu sungguh bergerak untuk menyiapkannya bukan sekedar berteriak-teriak.
Menyiapkan dasar memang butuh energi yang luar biasa. Seringkali akan ditemui tantangan-tantangan yang bisa melemahkan semangat. Rasanya kelelahan itu tidak akan menyurutkan daya kala mimpi sudah kita batinkan dalam diri kita. Impian dan imaginasi yang akan selalu menguatkan saat daya terasa melemah.
Doa:
Tuhan semoga aku tidak lelah untuk menyiapkan dasar yang kokoh. Semoga karena rahmat-Mu aku bisa membangun dasar yang baik supaya bisa menata bangunan dengan mudah dan baik. Amin.
Menyiapkan dasar.
(goeng).

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Ireneus, Uskup dan Martir
Kamis, 28 Juni 2018

Matius 7:21-29

7:21. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
7:28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
7:29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, dalam hidup keagamaan ada keyakinan bahwa doa dan ibadat akan menghadirkan keteguhan hidup. Orang akan memiliki kekokohan karena tekun beragama.
  • Tampaknya, dengan rajin berdoa dan beribadat orang akan mendapatkan topangan dalam berhadapan dengan segala tantangan dan ancaman. Segala bahaya kehidupan tak akan membuatnya terpuruk.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun rajin berdoa dan beribadat, hal itu tak akan menjamin orang memiliki ketangguhan hidup berhadapan dengan segala bahaya kalau perilakunya tidak menjadi pewujudan komitmen dalam menjalani dorongan nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tak hanya menjadi pendengar kebaikan tetapi juga menjadi pelakunya.
Ah, ikut Tuhan itu ya menjalani kebiasaan ritual keagamaan.

Tuesday, June 26, 2018

Lihat Saja Buahnya Begitulah Pohonnya


Rabu, 27 Juni 2018
Pekan Biasa XII
Mat 7:15-20

Yesus memberi kita kriteria yang baik untuk mengukur pekerjaan dan hidup seseorang. Caranya sederhana sekali. Lihat dan perhatikan saja yang dihasilkan. Lihat saja karya-karyanya. Itu laksana buah dari suatu pohon. Dari buahnya tampak pohonnya. Buah yang baik pasti berasal dari pohon yang baik. Pohon yang baik pasti menghasilkan buah yang baik.

Pertanyaannya: Buah abadi apa yang kita hasilkan untuk Tuhan? Apakah kita menghadirkan buah-buah dalam semangat inklusif, inovatif dan transformatif? Apakah kita sudah mendedikasikan cukup banyak waktu untuk melayani orang lain? 

Tuhan, semoga aku menjadi pohon yang baik dan menghasilkan buah yang baik dalam kehidupan ini kini dan selamanya. Amin.

JoharT Wurlirang, 27/6/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Lamunan Pekan Biasa XII

Rabu, 27 Juni 2018

Matius 7:15-20

7:15. "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
7:16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
7:17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
7:18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
7:19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
7:20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada yang menggambarkan bahwa kebaikan orang dapat diukur dari tata bicaranya. Dalam masyarakat Jawa tempo dulu muncul kata-kata ”Ajining diri iku saka lati” (Martabat seseorang itu ditentukan oleh mulutnya dalam berbicara).
  • Tampaknya, kesantunan dalam berpakaian juga bisa dipandang sebagai tolok ukur baik atau buruk jiwa seseorang. Orang yang baik tidak akan mengumbar lekuk-lekuk tubuhnya menjadi pameran untuk dilihat orang lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun tekun menata diri dalam berbicara dan bertingkah sesuai dengan tatanan umum, hal itu belum menunjukkan kebaikan orang yang sejatinya harus merupakan pancaran nurani yang terwujud jadi tindakan ambil bagian dalam pengembangan kebaikan umum. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mengembangkan kebaikan terutama sebagai olah kejiwaan dan bukan soal kemasan berperilaku.
Ah, baik atau buruk itu adalah soal perilaku.