Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, February 28, 2017

Rombongan Tamu Rm. Gito


Sore itu sekitar jam 17.30, Minggu 26 Februari 2017, Domus Pacis termasuk yang terkena hujan amat deras. Tetapi di ruang tamu dan teras rumah induk Domus bagian Timur terdengar suara ramai banyak orang berkelakar. Rm. Bambang dengan kursi rodanya keluar dari kamar menghampiri mereka. Maka banyak yang langsung menyalaminya karena sebagian dari mereka sudah mengenal Rm. Bambang. Apalagi 2 orang ibu muda adalah adik-adik almarhum Rm. Martono yang juga pernah tinggal di Domus Pacis. "Menika saking Lingkungan?" (Apakah ini dari satu Lingkungan?) tanya Rm. Bambang yang dijawab oleh salah satu tamu "Inggih, rama. Lingkungan Lukas" (Ya, rama. Kami dari Lingkungan Santo Lukas). Rm. Bambang meneruskan dengan pertanyaan "Kampung pundi, nggih?" (Itu meliputi kampung mana?) yang dijawab "Gunung Ketur". Rombongan Lingkungan ini, yang termasuk Paroki Bintaran, berjumlah 24 orang yang didominasi oleh para ibu. Mereka datang di Domus Pacis untuk mengunjungi Rm. Gito yang sebelum di Domus sejak Januari 2017 tinggal di Paroki Bintaran selama 12 tahun. Oleh Rm. Gito mereka diterima di ruang pertemuan dalam. Sejak sekitar jam 16.30 Rm. Bambang hanya mendengar suara meriah penuh gelak tawa. Menjelang minta diri Rm. Bambang mendengar ada doa yang tampaknya ditutup dengan suara Rm. Gito yang menyampaikan berkat. Tetapi ketikapara tamu sudah meninggalkan ruang pertemuan, Rm. Gito masuk di kamarnya. Maka Rm. Bambang berinisiatif untuk menunggu mereka sampai meninggalkan Domus dengan 3 mobil dan 2 motor.

Sabda Hidup



Rabu, 01 Maret 2017
RABU ABU Pantang & Puasa
warna liturgi Ungu
Bacaan
Yl. 2:12-18; Mzm. 51:3-4,5-6a,12-13,14,17; 2Kor. 5:20-6:2; Mat. 6:1-6,16-18. BcOYes 58:1-14

Matius 6:1-6,16-18:
1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." 5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Renungan:
Bertobatlah dan percayalah pada Injil. Kalimat ini bergema kala kita menerima tanda abu di dahi kita. Kita memasuki hari Rabu Abu. Awal masa pantang dan puasa bagi umat Katolik. Masa untuk memasuki kenangan iman akan wafat dan kebangkitan Kristus. Masa Prapaskah.
Hari Sabtu-Minggu yang lalu telah dibacakan Surat Gembala. Makna Prapaskah, tema Prapaskah dan aturan puasa dan pantang tekah disampaikan. Hari ini kita mendengar bagaimana Tuhan menghendaki cara berpuasa. Hal utama adalah kita tidak menunjukkan diri sebagai orang berpuasa. “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga” (Mat 6:1).
Gereja kudus mengajak pantang dan puasa kita bernuansa solidaritas. Kala kita berpantang dan berpuasa uang yang biasanya kita gunakan untuk membeli yang kita pantangi dan puasai kita kumpulkan. Ada kotak APP. Setelah terkumpul akan dimanfaatkan untuk karya karitatif dan pemberdayaan mereka yang membutuhkan. Dengan demikian puasa dan pantang kita berarti bagi diri sendiri dan sesama kita.

Kontemplasi:
Bayangkan gayamu kala berpantang dan berpuasa.

Refleksi:
Apa yang akan kaulakukan sebagai perwujudan pantang dan puasamu?

Doa:
Tuhan semoga banyak orang merasakan berkat dari pantang dan puasa yang dijalankan umat-Mu. Semoga makin banyak orang merasakan penebusan-Mu. Amin.

Perutusan:
Aku akan menghayati pantang dan puasaku dengan gembira. -nasp-

Lamunan Hari Rabu Abu

Rabu, 1 Maret 2017

Matius 6:1-6.16-18

6:1. "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
6:5. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
6:16. "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, setiap agama memiliki tata kewajibannya. Secara umum kewajiban hidup beragama menyangkut kegiatan berdana, berdoa, dan berpuasa.
  • Tampaknya, di dalam agama juga ada gerakan agar umat serius menjalani kewajiban-kewajiban itu. Banyak kegiatan-kegiatan bersama untuk pengembangan umat dalam berdana, berdoa, dan berpuasa.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, segiat apapun bentuk-bentuk gerakan kegiatan bersama untuk pelaksanaan kewajiban-kewajiban hidup keagamaan, itu semua mudah jatuh dalam kemunafikan apabila tidak dilandasi pelaksanaan personal yang sungguh sesuai dengan kondisi masing-masing individu yang luput dari perhatian umum. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati kesejatian hidup beragama adalah rambu-rambu penyadaran untuk penghayatan yang sungguh personal individual.
Ah, kalau sudah menjalani kegiatan bersama dalam hidup keagamaan, mengapa masih harus rebut penghayatan pribadi.

Monday, February 27, 2017

Segala Sesuatu yang Ingin Kalian Ketahui tentang Masa Prapaskah

diambil dari http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id352.htm
oleh: P. Francis J. Peffley

Apa itu Masa Prapaskah? Masa Prapaskah adalah masa 40 hari sebelum Paskah, yang digunakan Gereja untuk mempersiapkan diri dalam merayakan Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus pada hari Minggu Paskah.
Bilamanakah Masa Prapaskah dimulai? Masa Prapaskah dimulai pada hari Rabu Abu, yaitu hari di mana umat beriman menerima tanda Salib dari abu di dahinya. Masa Prapaskah berakhir pada siang hari Sabtu Suci. Lima hari Minggu Prapaskah tidak terhitung dalam masa 40 hari tersebut.

Mengapa orang Katolik membubuhi dahinya dengan tanda salib pada hari Rabu Abu?  Sebab menurut Injil tanda di dahi adalah lambang kepemilikan seseorang. Dengan tanda salib didahinya melambangkan bahwa orang tersebut adalah milik Yesus Kristus, yang wafat di Kayu Salib. Tanda itu serupa dengan tanda rohani atau meterai yang dimeteraikan dalam Baptisan Kristiani, yaitu ketika manusia dibebaskan dari perbudakan dosa, serta dijadikan hamba kebenaran. (Roma 6:3-18). Tanda itu juga serupa dengan gambaran orang-orang benar dalam Kitab Wahyu: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!" (Why 7:3)

Mengapa diberi tanda dengan abu? Karena abu adalah lambang biblis dari sesal dan tobat. Dalam jaman Kitab Suci, umat Allah mempunyai kebiasaan untuk berpuasa, mengenakan kain kabung, duduk di atas abu, serta menaburi kepala mereka dengan abu. Sekarang kita tidak lagi mengenakan kain kabung atau duduk di atas abu, tetapi kita masih meneruskan kebiasaan berpuasa dan membubuhkan abu pada kening kita sebagai tanda sesal dan tobat. Sesungguhnya, Hari Rabu Abu bukanlah hari sekedar membubuhi dahi kita dengan abu, tetapi juga adalah hari puasa.

Adakah makna lain dari abu? Ya. Abu juga melambangkan kematian, dan dengan demikian mengingatkan kita akan ketidakabadian kita. Karenanya, ketika imam dengan ibu jarinya membubuhkan abu di kening umat, ia akan berkata, “Ingatlah, manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu", seperti yang difirmankan Tuhan kepada Adam (Kej 3:19, Ayb 34:15; Mzm 90:3; Mzm 104:29; Pengkhotbah 3:20). Perkataan tersebut diucapkan juga dalam pemakaman, “Abu menjadi abu; debu menjadi debu,” sesuai firman Tuhan kepada Adam, dan sesuai dengan pengakuan Abraham, “Aku debu dan abu” (Kej 18:27). Demikianlah abu menjadi tanda ketidakabadian kita serta mengingatkan kita akan pentingnya bertobat sebelum hidup kita di dunia ini berakhir dan kita menghadap Sang Pencipta.

Berasal dari manakah abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu? Abu tersebut dibuat dengan membakar daun-daun palma yang berasal dari hari Minggu Palma tahun sebelumnya. Daun-daun palma itu kemudian diberkati oleh imam - abu yang diberkati telah digunakan dalam ritual keagamaan sejak jaman Musa (Bil 19:9-10,17).

Mengapa daun-daun palma yang berasal dari Hari Minggu Palma tahun sebelumnya yang digunakan? Sebab hari Minggu Palma adalah saat rakyat bersukacita menyambut Yesus yang memasuki Yerusalem dengan jaya. Mereka menyambut kedatangan-Nya dengan melambai-lambaikan daun-daun palma, sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa Ia datang untuk wafat guna menebus dosa-dosa mereka. Dengan menggunakan daun-daun Minggu Palma, Gereja hendak mengingatkan bahwa kita selayaknya tidak hanya bersukacita atas kedatangan Yesus, tetapi juga menyesali kenyataan bahwa karena dosa-dosa kitalah maka Ia harus wafat bagi kita guna menyelamatkan kita dari api neraka.

Mengapa Hari Minggu tidak terhitung dalam 40 hari Masa Prapaskah? Sebab hari Minggu adalah hari Kebangkitan Kristus, jadi hari Minggu bukanlah saat yang tepat untuk berpuasa dan menyesali dosa-dosa kita. Pada hari Minggu kita wajib merayakan Kebangkitan Kristus demi keselamatan kita. Pada hari Jumat-lah kita mengenang wafat-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Hari Minggu sepanjang tahun adalah hari-hari pesta dan hari Jumat sepanjang tahun adalah hari-hari tobat.

Mengapa Masa Prapaskah berlangsung empat puluh hari lamanya? Sebab 40 hari adalah angka yang diyakini dalam Kitab Suci sebagai waktu untuk pendisiplinan diri, penyembahan serta persiapan. Musa tinggal di gunung Allah selama 40 hari (Kel 24:18; 34:28), Elia berkelana selama 40 hari sebelum ia tiba di gua di mana ia mendapat penglihatan (1Raj 19:8), Niniwe diberi waktu selama 40 hari untuk bertobat (Yun 3:4), dan yang terutama, sebelum memulai karya pewartaan-Nya, Yesus melewatkan 40 hari di padang gurun untuk berdoa dan berpuasa (Mat 4:2).

Karena Masa Prapaskah adalah masa untuk berdoa dan berpuasa, maka selayaknyalah umat Kristiani meneladani Tuhan mereka dengan masa 40 hari lamanya. Kristus menghabiskan 40 hari dengan berdoa dan berpuasa untuk mempersiapkan karya pewartaan-Nya, yang mencapai puncaknya dengan wafat serta kebangkitan-Nya, jadi selayaknyalah umat Kristiani meneladani-Nya dengan masa 40 hari berdoa dan berpuasa untuk mempersiapkan perayaan puncak karya pewartaan-Nya, yaitu Jumat Agung (Penyaliban-Nya) dan Minggu Paskah (Kebangkitan-Nya).

Katekismus Gereja Katolik menyatakan: “'Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa' (Ibr 4:15). Oleh masa puasa selama empat puluh hari setiap tahun, Gereja mempersatukan diri dengan misteri Yesus di padang gurun.” (Katekismus Gereja Katolik 540).

Apa itu hari puasa dan pantang? Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik, hari puasa adalah hari di mana umat Katolik yang berumur 18 sampai awal tahun ke-60 diwajibkan berpuasa. Puasa berarti makan kenyang (normal) satu kali sehari dengan dua kali makanan kecil, selama porsi kedua makanan kecil tersebut jika dijumlahkan tidak menjadi satu porsi makanan normal. Anak-anak tidak diwajibkan berpuasa, namun demikian para orangtua wajib menjamin bahwa anak-anak mereka memperoleh pendidikan rohani yang selayaknya dalam hal berpuasa. Mereka yang mempunyai masalah kesehatan dan karenanya membutuhkan porsi makanan yang lebih besar atau makanan normal seperti biasanya, dapat dengan mudah memperoleh dispensansi dari imam. Hari pantang adalah hari di mana umat Katolik yang berumur genap 14 tahun keatas wajib berpantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya. Sekali lagi, mereka yang mempunyai masalah kesehatan dan karenanya mempunyai kebutuhan makanan yang khusus dapat dengan mudah memperoleh dispensasi dari imam.   
Adakah dasar Kitab Sucinya yang mengatakan bahwa berpantang daging adalah tanda tobat? Ya. Dalam Kitab Daniel dinyatakan:
“Pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia … aku, Daniel, berkabung tiga minggu penuh:  makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh.” (Daniel 10:1-3). Dengan berpantang hal-hal yang enak serta menolaknya, kita terpacu untuk bersikap rendah hati, membebaskan diri dari keterikatan kepada hal-hal tersebut, mengembangkan disiplin rohani dengan bersedia melakukan silih-silih pribadi, serta mengingatkan diri kita akan pentingnya hal-hal rohani di atas hal-hal duniawi. Karena Gereja Katolik hanya menetapkan pantang pada hari-hari tertentu, jelaslah bahwa Gereja tidak melarang umatnya menyantap daging. Sebaliknya, Gereja menganggapnya sebagai berpantang dari hal-hal yang nikmat (di mana di daerah-daerah yang tingkat ekonominya rendah, daging amatlah mahal harganya dan karenanya hanya disantap dalam pesta-pesta saja, sehingga daging menjadi tanda kegembiraan) - untuk mencapai tujuan rohani.

Atas dasar apakah Gereja mempunyai wewenang untuk menentukan hari-hari puasa dan pantang? Dengan wewengang dari Yesus Kristus yang berfirman kepada para pemimpin Gereja-Nya, “Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:19, 18:18). Istilah terikat dan terlepas adalah cara rabinnic untuk menunjukkan kuasa untuk menetapkan halakah atau peraturan dalam memimpin komunitas iman. Atau secara sederhana dapat digambarkan bahwa setiap keluarga memiliki wewenang untuk menetapkan waktu doa bersama bagi anggota-anggota keluarganya. Jadi, jika orangtua menetapkan bahwa doa bersama dalam keluarga akan dilakukan pada waktu tertentu (misalnya saja, membaca Kitab Suci setelah makan malam), adalah dosa bagi anak-anak untuk tidak mentaatinya serta mangkir dari doa bersama tanpa alasan yang tepat. Demikian juga, Gereja sebagai keluarga Allah memiliki wewenang untuk menetapkan doa bersama dalam keluarganya, dan adalah dosa bagi anggota-anggota Gereja jika tidak mentaati serta mangkir dari doa bersama tanpa alasan yang tepat (tentu saja jika seseorang mempunyai alasan yang tepat, Gereja akan segera memberikan dispensasi kepadanya).

Selain dari Hari Rabu Abu, adakah hari-hari puasa dan pantang yang lain selama Masa Prapaskah? Ya. Semua hari Jumat selama Masa Prapaskah adalah hari pantang. Juga, Jumat Agung, hari di mana Yesus disalibkan, adalah hari puasa dan pantang. Semua hari dalam Masa Prapaskah adalah hari yang tepat untuk berpuasa atau berpantang, tetapi Kitab Hukum Kanonik tidak mewajibkan puasa pada hari-hari tersebut. Jadi boleh berpuasa atau berpantang secara sukarela.

Mengapa setiap hari Jumat selama Masa Prapaskah ditetapkan sebagai hari pantang? Karena Yesus wafat untuk menebus dosa-dosa kita pada hari Jumat, sehingga hari Jumat merupakan hari yang amat tepat untuk menyesali dosa-dosa kita (sama seperti hari Minggu, hari di mana Yesus bangkit demi keselamatan kita adalah hari yang amat tepat untuk bersukacita) dengan menyangkal diri dari sesuatu yang kita sukai. Di luar Masa Prapaskah, umat Katolik diperbolehkan untuk melakukan bentuk tobat yang lain pada hari Jumat di sepanjang tahun sebagai ganti pantang. Semua hari Jumat adalah hari tobat di mana kita wajib melakukan sesuatu untuk menyatakan sesal atas dosa-dosa kita, seperti hari Minggu adalah hari kudus di mana kita wajib beribadat serta merayakan karunia keselamatan Allah yang luar biasa.

Apakah sikap tobat baik juga dilakukan pada hari-hari lain sepanjang Masa Prapaskah? Ya. Karenanya Hukum Kanonik menyatakan:

“Seluruh hari Jumat sepanjang tahun dan selama Masa Prapaskah adalah hari-hari tobat….”
(CIC 1250).

Kegiatan apa sajakah yang cocok dilakukan pada hari-hari biasa sepanjang Masa Prapaskah? Menyangkal diri dari sesuatu yang kita sukai selama Masa Prapaskah, melakukan tindakan amal kasih baik secara jasmani ataupun rohani bagi sesama, berdoa, berpuasa dan berpantang, memenuhi kewajiban-kewajiban kita secara lebih setia, menerima Sakramen Tobat dan tindakan-tindakan lain yang menyatakan tobat secara umum.

Mengapa sikap tobat amat tepat dilakukan pada Masa Prapaskah? Karena Masa Prapaskah berpuncak pada peringatan wafatnya Tuhan kita demi menebus dosa-dosa kita dan perayaan kebangkitan-Nya demi keselamatan kita. Oleh sebab itu amatlah tepat untuk menyesali dosa-dosa kita yang menyebabkan kematian-Nya. Manusia mempunyai pembawaan kejiwaan untuk berdukacita atas peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, dan dosa-dosa kita adalah peristiwa-peristiwa yang paling menyedihkan. Karena sifat manusia yang lemah, manusia juga memerlukan waktu yang tetap untuk melakukan kegiatan tertentu (itulah sebabnya kita menetapkan hari Minggu sebagai waktu yang dikhususkan untuk beristirahat dan beribadat, karena jika tidak, kemungkinan besar kita akan lupa untuk meluangkan cukup waktu untuk beristirahat serta beribadat), karenanya sangatlah tepat memiliki waktu tetap untuk bertobat. Masa Prapaskah adalah salah satu dari waktu-waktu yang ditetapkan tersebut.

Apakah kebiasaan menyangkal diri dari hal-hal tertentu selama Masa Prapaskah itu wajib? Tidak. Namun demikian, kebiasaan itu adalah kebiasaan yang baik serta bermanfaat, dan para orangtua atau wali boleh menerapkannya kepada anak-anak untuk mendorong perkembangan latihan rohani mereka, yang adalah tugas utama mereka dalam membesarkan anak-anak.    

Karena hari Minggu tidak terhitung dalam empat puluh hari Masa Prapaskah, apakah kebiasaan menyangkal diri dari hal-hal tertentu juga berlaku? Biasanya, tidak. Tetapi, karena menyangkal diri dari hal-hal tertentu bermula dari sesuatu yang sifatnya sukarela, tidak ada peraturan resmi mengenai hal ini. Namun demikian, karena hari Minggu adalah hari perayaan, lebih tepat untuk menunda penyangkalan diri tersebut pada hari Minggu. Dengan iman dan tidak dengan berhura-hura, kita merayakan hari kebangkitan Tuhan kita, sehingga hari itu dan peristiwa itu dapat dibedakan dari hari-hari lain sepanjang Masa Prapaskah dan dari pesta-pesta lainnya. Perbedaan yang mencolok ini memperdalam pelajaran rohani yang diajarkan sepanjang Masa Prapaskah.

Mengapa menyangkal diri dari hal-hal tertentu selama Masa Prapaskah merupakan kebiasaan yang baik serta bermanfaat? Dengan menyangkal diri dari hal-hal yang kita sukai, kita mendisiplinkan kehendak kita sehingga kita tidak diperbudak oleh kesenangan-kesenangan kita itu. Seperti misalnya dengan selalu memperturutkan kata hati dalam menyantap makanan akan mengakibatkan kelemahan jasmani, jika keterikatan itu semakin besar, kita juga tidak akan mampu menghadapi situasi-situasi yang sulit lainnya. Terbiasa memperturutkan kata hati dalam segala kesenangan akan mengakibatkan kelemahan rohani, dan jika keterikatan itu semakin besar, kita juga tidak akan mampu menghadapi situasi-situasi rohani yang sulit. Misalnya, kita wajib mengorbankan kesenangan-kesenangan tertentu (seperti hubungan intim di luar ikatan pernikahan) atau menanggung penderitaan (seperti dihina atau dianiaya karena iman). Dengan mendisiplinkan kehendak kita untuk menolak kesenangan-kesenangan pada saat kesenangan-kesenangan tersebut tidak menimbulkan dosa, maka kita membentuk kebiasaan agar kehendak kita menolak kesenangan-kesenangan jika kesenangan-kesenangan itu mengakibatkan dosa. Ada cara-cara yang lebih baik agar kita dapat menempatkan prioritas dengan benar daripada hanya pada waktu-waktu tertentu saja melakukan penyangkalan diri terhadap hal-hal yang bukan prioritas untuk menunjukkan kepada kita bahwa hal-hal tersebut kurang penting dan kita lebih memusatkan perhatian pada apa yang penting.

Apakah menyangkal diri terhadap kesenangan adalah akhir dari kesenangan itu sendiri? Tidak. Penyangkalan diri hanyalah suatu cara untuk mengakhirinya. Dengan melatih diri kita untuk menolak godaan-godaan ketika godaan-godaan itu tidak mengakibatkan dosa, kita melatih diri kita sendiri untuk menolak godaan-godaan ketika godaan-godaan itu mengakibatkan dosa. Dengan penyangkalan diri, kita juga mengungkapkan keprihatinan kita karena telah gagal menolak godaan-godaan yang mengakibatkan dosa di masa lalu.

Bagaimana jika kita terlalu keras melakukan penyangkalan diri? Pertama, Tuhan membuat hidup manusia bergantung pada barang-barang tertentu, seperti makanan, dan menolak menikmati cukup makanan membawa akibat yang membahayakan. Sebagai contoh, jika kita tidak menyantap cukup makanan dapat mengakibatkan kerusakan tubuh atau bahkan kematian. Haruslah ada keseimbangan antara menyantap terlalu banyak makanan dan tidak menyantap cukup makanan. Demikian juga haruslah ada keseimbangan dalam hal-hal lain. Kedua, jika kita tidak dapat menetapkan keseimbangan yang benar dan menyangkal diri dari barang-barang yang Tuhan ingin kita memilikinya, maka hal tersebut dapat menyebabkan kesedihan Tuhan, yang secara rohani adalah sama berdosanya dengan menggunakan barang-barang tersebut secara berlebihan. Jadi seseorang dapat berdosa, baik dengan menggunakan barang-barang secara berlebihan atau dengan kurang mendayagunakan barang-barang yang berguna tersebut. Ketiga, hal tersebut dapat mengurangi keefektifan kita dalam mewartakan Injil kepada sesama. Keempat, menyia-nyiakan barang-barang yang Tuhan berikan kepada kita agar kita dapat memuliakan-Nya. Kelima, merupakan dosa tidak tahu berterima kasih dengan menolak menikmati barang-barang yang Tuhan ingin kita miliki karena Ia mengasihi kita. Jika seorang anak menolak setiap pemberian dari orangtuanya, maka orangtuanya akan bersedih hati. Dan jika kita menolak karunia-karunia yang Tuhan berikan kepada kita, maka Tuhan akan bersedih hati karena Ia sangat mencintai kita dan ingin kita memperoleh karunia-karunia-Nya tersebut.   

Selain dari Hari Rabu Abu, yang mengawali Masa Prapaskah, adakah perayaan-perayaan penting lainnya dalam Masa Prapaskah? Ada banyak pesta para kudus dalam Masa Prapaskah, dan beberapa di antaranya berubah dari tahun ke tahun karena tanggal berlangsungnya Masa Prapaskah sendiri juga berubah-ubah sesuai dengan tibanya Perayaan Paskah (lihat: Mengapa perayaan Paskah jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahun?). Hari-hari Minggu dalam Masa Prapaskah kita mengenangkan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Tuhan Yesus, seperti Transfigurasi-Nya dan Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya pada Hari Minggu Palma yang menjadi tanda dimulainya Pekan Suci. Pekan Suci mencapai puncaknya pada hari Kamis Putih - di mana Kristus merayakan Misa pertama, Jumat Agung - di mana Yesus disalibkan, dan Sabtu Suci - hari terakhir dari Masa Prapaskah - di mana Tuhan Yesus terbaring di Makam sebelum Kebangkitan-Nya pada hari Minggu Paskah, yaitu hari pertama sesudah Masa Prapaskah.

sumber : "Everything You Wanted to Know about Lent" by Fr Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley.”

Lamunan Pekan Biasa VIII

Selasa, 28 Februari 2017

Markus 10:28-31

10:28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"
10:29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,
10:30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.
10:31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, hidup ini memang membutuhkan harta. Kalau sudah mampu memperoleh, orang akan menjaga dan berusaha mengembangkannya syukur dapat berlimpah.
  • Tampaknya, hidup ini juga membutuhkan penghargaan. Status dan kehormatan menjadi penting sehingga kalau sudah mendapatkannya orang akan menjaga agar tetap diperhitungkan dalam percaturan sosial.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, yang paling pokok adalah pengembangan sikap lepas bebas dengan menjaga diri setia pada nurani sehingga orang akan tetap mengalami keseimbangan jiwani entah ketika terpandang entah kala hilang dari percaturan umum. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa status duniawi ini bukan satu-satunya sarana mendapatkan harga diri.
Ah, orang harus selalu berusaha selalu diperhitungkan agar hidupnya mudah meraih kesejahteraan.

Sabda Hidup



Selasa, 28 Februari 2017
Hari biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
Sir. 35:1-12;h; Mrk. 10:28-31. BcO1Kor 15:20-34

Markus 10:28-31:
28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" 29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, 30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Renungan:
Ada seorang isteri bertanya kepada suaminya, “Pak siang malam kamu bantu Rama di Gereja itu dapatnya apa?” Sang bapak pun sempat kebingungan. Ia memang tidak mendapat apa-apa dari Rama. Malah seringnya dia nombok. Setelah terdiam sejenak sang bapak pun menjawab, “Ibu ingat kala kita pergi ke daerah A, B, C?” “Iya ingat kenapa?” “Bagaimana sapaan orang di sana?” “Mereka sangat ramah dengan bapak, kayak saudara.” “Itu yang bapak dapat!”
Kala Petrus bertanya apa yang ia dapat karena telah mengikuti Yesus. Yesus pun menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat” (Mrk 10:29-30).
Ketika kita memberikan diri untuk pelayanan maka rasanya tidak ada yang hilang. Banyak hal yang rasanya hilang akan kembali berlipat-lipat. Tuhan tidak akan pernah membiarkan mereka yang membantunya mengalami kesulitan melebihi kemampuannya.

Kontemplasi:
Bayangkan apa yang kaudapatkan karena melayani Tuhan.

Refleksi:
Bagaimana menghidupkan semangat mengikuti Tuhan?

Doa:
Tuhan semoga aku mempunyai kepercayaan akan rahmat kala mengikuti-Mu. Semoga semangatku tak kendor. Amin.

Perutusan:
Aku akan semangat melayani Tuhan. -nasp-