Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, February 2, 2017

Gairah Ultah Imamat


Sebetulnya sebagai acara, peristiwa 31 Januari 2017 di Domus Pacis adalah hal rutin. Ini adalah acara yang selalu terjadi setahun empat kali yang dimulai pada Desemebr 2011: Januari, Juli, Agustus, dan Desember. Yang terjadi adalah ulang tahun imamat. Untuk Januari 2017 yang dirayakan adalah ulang tahun imamat Rm. Harto yang ke 33 dan Rm. Bambang yang ke 36. Berkaitan dengan besar anggaran yang disediakan, sebenarnya setiap rama yang dirayakan mendapat jatah 25 orang untuk diundang. Tetapi sekitar pertengahan Januari 2017 Rm. Bambang bertanya kepada Rm. Harto "Njenengan ngersakke ngundang pinten?"(Anda ingin mengundang berapa orang?) yang mendapat jawaban "Seket" (50 orang). Inilah yang menyebabkan Rm. Bambang tidak mengundang seorang pun dari sanak keluarganya. Hal ini dilandasi oleh pertimbangan sudang banyak yang diundang. Yang masuk dalam undangan adalah umat Lingkungan Fransiskus Asisi Puren, para relawan Domus yang kebanyakan membantu penyediaan masakan harian Komunitas, keluarga rama yang dirayakan, kelompok kor, dan salah satu Lingkungan pilihan. Dalam Misa Ulang Tahun Imamat hari itu kor yang datang adalah kelompok The Blero Choir, dan lingkungan pilihan adalah Lingkungan Santa Yohana Sleman Timur.

Para tamu yang hadir berjumlah lebih dari 200 orang. Dari kursi plastik sebanyak 225 hanya ada beberapa yang tak diduduki. Padahal disamping 8 orang rama Domus ada rama-rama tamu, yaitu Rm. FX Sukendar (Administrator Keuskupan), Rm. Purwatmo (Rektor Domus yang tinggal di Seminari Tinggi Kentungan), Rm. Subiyanto (dari Pastoran Pringwulung), Rm. Kirjito (dari PPSM Muntilan), dan Rm. Jayasewaya (dari Wisma Petrus Kentungan). Acara ultah imamat ini dibuka oleh Rm. Agoeng sebagai pengacara. Sambutan disampaikan oleh Rm. C Hadiyanta sebagai Minister Domus Pacis. Rm. Hadi, yang tinggal di Pastoran Pringwulung, adalah minister baru yang menggantikan Rm. Toto yang pindah ke Paroki Bantul. Sesudah sambutan Misa dilaksanakan dengan Rm. Sukendar sebagai selebran utama. Selebran lainnya adalah Rm. Harto, Rm. Bambang, Rm. Purwatmo, Rm. Rm. Gito, dan Rm. Hadiyanta. Misa saat itu sungguh terasa amat menggembirakan. The Blero Choir sungguh tampil amat bagus dengan lagu-lagu yang diiringi musik nada kroncong oleh Pak Loly yang menjadi koordinator sekaligus pelatih. Seragam merah kor memberikan nuansa Imlek yang baru 3 hari telewati. Rm. Kendar memimpin dengan suara dan tampilan yang terasa mengungkapkan perhatian dan sukacita relung hati.

Ketika sampai bagian pada homili, Rm. Kendar meminta Rm. Harto dan Rm. Bambang menyampaikan sharing pengalaman imamatnya. Sharing kedua rama ini menghadirkan suasana segar dan membuat semua yang hadir tertawa terpingkal-pingkal.
  • Rm. Harto lebih menekankan pengalaman di masa kanak-kanak hingga ada tawaran masuk seminari dari almarhum Rm. Natasusila "Suk kowe dadi rama, ya?" (Besok jadi rama, ya?). "Mboten" (Tidak) jawab Rm. Harto yang membuat semua tertawa. Karena menekankan pengalaman masa kanak-kanak, cukup banyak mantan teman Rm. Harto di SD Tarakanita mendapatkan undangan. Ketika Rm. Kendar meminta mereka berdiri, Rm. Bambang berkomentar "Akeh wedoke" (Banyak perempuanna). Kisah kanak-kanak Rm. Harto ternyata banyak yang lucu termasuk ketika beliau menunggu adik di tempat tidur sambil mendoakannya. Tiba-tiba adiknya terjatuh dan tidak bernafas lagi. Baru kemudian datang seorang tetangga tua dan menolong doa dan adiknya bernafas lagi.. 
  • Rm. Bambang memanfaatkan kisah  Rm. Bambang ketika mulai bersharing membuka dengan memanfaatkan kisah itu "Aja njaluk sembahyang Rm. Harto. Ndhak mati" (Jangan minta doa Rm. Harto. Nanti dapat mati). Rm. Bambang dalam sharing menekankan salah satu cap yang disandang dalam berkarya, yaitu "ngawur" sehingga ketika bingung tentang tugas membangun Museum yang Hidup, Mgr. Haryo mengatakan "Njenengan pun kulina ngawur, ta. Tandangi mawon. Yes sae kula melu seneng, yen awon kula apunten" (Jalankan saja. Kalau baik saya ikut senang, kalau keliru saya ampuni). Rm. Bambang juga berceritera tentang bagaimana menjalani proses ikut menggerakkan acara Temu Pastoral yang mulai mewajibkan hadirnya para rama paroki. Terhadap sharing Rm. Harto dan Rm. Bambang, Rm. Administrator menyimpulkan bahwa ada kekayaan rohani dan pola pastoral yang ada dalam Gereja.

Sehabis misa ternyata ada pemotongan kue tart yang disediakan oleh para tamu dari Lingkungan SlemanTimur. Ketika Rm. Agoeng selesai memimpin doa pembuka makan dan meminta para tamu menuju kedalam bangunan induk Domus Pacis, kebanyakan tamu malah menyerbu Rm. Harto dan Rm. Bambang untuk memberikan salam. Tidak sedikit tamu yang meminta berfoto baik perorangan maupun bersama. Para rama seperti mengalami reuni kecil antar rama dengan makan bersama di refter Domus. Tetapi beberapa rama kemudian menghampiri kerumunan umat yang menikmati santap malam secara prasmanan dari catering Bu Iskak yang biasa membantu dengan memberi diskon khusus untuk Komunitas Rama Domus Pacis. Dalam makan bersama ini juga terjadi foto-foto bersama. Beberapa relawan membagikan dos snak untuk para tamu yang meninggalkan Domus. Para relawan termasuk Bu Iskak tampak puas menyaksikan persediaan konsumsi tinggal sedikit dan menerima ucapan "Matur nuwun nggih. Eco sanget dhaharanipun" (Terima kasih. Masakannya enak sekali).

0 comments:

Post a Comment