Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, November 30, 2015

Sabda Hidup


Rabu, 02 Desember 2015
Maria Angela Astorch,
Edmund Campion, Robertus Southwell
Warna Liturgi Ungu 
Bacaan
Yes 25:6-10a, Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6, Mrk 15:29-37

Markus 15:29-37:    
29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, 30 turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" 31 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! 32 Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga. 33 Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. 34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia." 36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia." 37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.

Renungan:
Suatu kali ada orang yang sangat baik. Dia sering berbagi. Orang-orang pun datang kepadanya. Di sekitarnya selalu banyak orang berkumpul. Ia pun selalu berbaik hati pada mereka. Tidak jarang ia pun berbagi uang kepada mereka. Namun setelah ia sakit dan tidak bisa lagi berbagi, orang-orang yang dulu selalu mendekatinya pergi satu per satu. Makin hari ia mengalami kesendirian. Para sahabatnya yang dulu sudah tidak ada yang menampakkan diri lagi.
Banyak orang pun mengolok-olok Yesus kala Ia berada di gantungan salib. Salah satunya mengatakan, "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya" (Mrk 15:31-32).
Bersahabat dengan yang berjaya itu gampang. Namun mempertahankan persahabatan dengan mereka yang berada dalam kesulitan tidak mudah. Padahal mereka yang sedang kesulitan itulah yang membutuhkan kehadiran sahabat. Marilah kita menjaga persahabatan kita dengan mereka yang menderita. Kita temani mereka yang lagi kesulitan.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Bayangkan orang yang ditinggalkan para sahabatnya karena lagi menderita kesulitan. Datang dan temanilah dia.

Refleksi:
Apa yang mengikat persahabatanmu?

Doa:
Tuhan semoga aku bisa menjadi sahabat yang baik bagi mereka yang sedang mengalami kesulitan. Amin.

Perutusan:
Aku akan menemani mereka yang sedang menderita dan kesulitan. -nasp-

TLISIPAN


Pada sore sekitar jam 17.00 Minggu 22 November 2015 Mas Abas masuk kamar Rm. Bambang dan bilang "Rama, wau onten tamu madosi rama" (Rama, tadi ada tamu mau berjumpa dengan rama). Rm. Bambang ganti bertanya "Wong pira?" (Berapa orang) yang langsung dijawab "Kathah" (Banyak). Mas Abas kemudian menjelaskan bahwa mereka datang untuk melihat pembuatan talud. Ketika Rm. Bambang bertanya apakah mereka juga turun ke Sungai Gajah Wong, Mas Abas menjawab "Inggih. Wau terus sami kepanggih Rm. Hantoro" (Ya. Tadi mereka kemudian menjumpai Rm. Hantoro). Ketika Rm. Bambang masuk ruang makan pada kesempatan makan malam, dia melihat dos dengan label "Endang Jaya" di bagian meja makannya. "Seka Mas Djoko, ya?" (Ini dari Ms Djoko pemilik toko Endang Jaya, Magelang) tanya Rm. Bambang kepada Rm. Hantoro yang menjawab "Iya. Mau dha misa arwah neng nggone Heri. Terus mampir rene ndelok talud. Suk tanggal 12-13 Desember siap mbantu ngumpulke dana neng Magelang" (Ya, benar. Tadi mereka ikut misa arwah di rumah Heri. Kemudian mampir meninjau pembuatan talud. Besok tanggal 12-13 Desember akan membantu pengumpulan dana di Magelang). Sebenarnya Rm. Bambang sudah tahu bahwa Mas Djoko ke Domus, karena hari itu dia mampir ke beliau di Magelang dan beliau sedang pergi. Ini yang disebut tlisipan (mau jumpa tetapi saling tidak tahu), karena Rm. Bambang mengunjungi Mas Djoko di Magelang tetapi Mas Djoko malah berkunjung ke Rm. Bambang di Puren, Yogya. Rm. Hantoro mengatakan bahwa rombongan yang datang berasal dari FKPPKM (Forum Komunikasi Pengusaha dan Profesional Katolik Magelang).

Sabda Hidup



Selasa. 01 Desember 2015
B. Dionisius dan Redemptus
Warna Liturgi Merah 
Bacaan
Yes 11:1-10, Mzm 72:2,7-8,12-13,17, Luk 10:21-24

Lukas 10:21-24:    
21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. 22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." 23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. 24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."

Renungan:
Kepuasan seorang guru tampak kala yang diajarkan dimengerti dengan baik oleh muridnya. Mereka akan tampak makin gembira kala anak-anak didiknya lulus ujian, juga dengan nilai baik.
Yesus pun bersyukur. "Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus" (Luk 10:21). Ia bersyukur karena yang diajarkanNya dimengerti dan diikuti oleh orang-orang sederhana. "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu" (Luk 10:21).
Sering terasa orang sederhana begitu mengimani Tuhan. Mereka tekun berdoa, hidup selaras dengan kehendakNya. Memang mungkin mereka tidak mampu menerangkan apa yang diimani, namun mereka sungguh-sungguh mengimani yang dipercaya. Sesuatu yang tak terlihat oleh cerdik pandai sudah mereka miliki dan tanam dalam batin mereka.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Hadirkan dalam bayanganmu seorang tua yang tekun berdoa. Matanya terpejam. Doanya khusyuk. Ia bersatu dengan Tuhannya.

Refleksi:
Apa yang membuatmu bersyukur?

Doa:
Tuhan, Engkau telah membuka mata hati kami untuk percaya kepadaMu. Walau kami tidak mampu menjelaskan namun kami mengimaniMu. Teguhkanlah selalu iman kami. Amin.

Perutusan:
Aku bersyukur boleh bersapa dengan Tuhan secara personal. -nasp-

Lamunan Pekan Adven I

Selasa, 1 Desember 2015

Lukas 10:21-24

10:21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
10:22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."
10:23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
10:24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat bergembira kalau mendapatkan kesempatan berbicara di depan orang-orang cerdik pandai. Dengan berada di kalangan ini orang dapat menjadi populer di kalangan elite.
  • Tampaknya, orang dapat bersukacita bahkan amat bangga kalau mampu menjelaskan hal-hal yang belum diketahui umum termasuk golongan cerdik pandai. Dengan kemampuan menjawab berbagai pertanyaan dia akan diakui sebagai yang memiliki kemampuan tinggi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa sehebat apapun seseorang karena mampu berbicara dengan gamblang di kalangan para cerdik pandai bahkan di kalangan kaum bijak, bagi yang amat akrab dengan kedalaman batin kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai kalau orang mampu menghadirkan pencerahan dan bahkan pemahaman di kalangan kaum kecil dan bodoh bahkan yang banyak mengalami kekeliruan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mengutamakan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel dalam berbagi kebahagiaan.
Ah, dekat orang-orang kecil tak ada untungnya.

Sunday, November 29, 2015

PESAN NATAL 2015

diambil dari WA EKSEM BARU ASELI


PESAN NATAL BERSAMA TAHUN 2015
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
DAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)

“HIDUP BERSAMA SEBAGAI KELUARGA ALLAH”
(Kejadian 9:16)

Saudara-saudari umat Kristiani Indonesia,

Salam sejahtera dalam kasih Kristus.

Kita kembali merayakan Natal, peringatan kelahiran Yesus, Sang Juruselamat. Perayaan kedatangan-Nya selalu menghangatkan dan menguatkan pengharapan kita. Dalam perayaan ini kita menghayati kembali peristiwa kelahiran Yesus yang diwartakan dengan penuh sukacita oleh para malaikat kepada para gembala di padang Efrata, komunitas sederhana dan terpinggirkan pada zamannya (bdk. Luk. 2:8-12). Kiranya warta gembira para malaikat itu tetap menggema dalam kehidupan kita sampai saat ini dalam keadaan apapun.

Pada kesempatan istimewa ini, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak Anda semua untuk mensyukuri kehadiran Sang Juruselamat dengan merenungkan pesan tentang “Hidup Bersama sebagai Keluarga Allah.” Kita masing-masing ada dalam keluarga. Sementara itu keluarga kita berada bersama keluarga-keluarga lainnya dalam sebuah keluarga besar umat manusia. Namun juga kita sadari bahwa keluarga besar umat manusia mendiami bumi yang menjadi rumah kita bersama. Di bumi yang satu ini, kita ditempatkan oleh Tuhan bersama seluruh ciptaan lainnya. Di situlah kita hidup bersama sebagai keluarga Allah.

Kitab Kejadian 9:16 yang kita jadikan pijakan renungan mengatakan: “Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi”. Ayat ini menyatakan bahwa Allah membarui perjanjian-Nya, perjanjian keselamatan dengan seluruh ciptaan-Nya. Pelangi di awan menjadi lambang pengharapan kita. Peristiwa Natal mengingatkan kita kembali untuk ‘hidup sebagai keluarga Allah,’ yang dituntun oleh pelangi kasih-Nya yang meneguhkan iman dan menguatkan harapan.

Hidup bersama sebagai keluarga Allah mengandung pesan utama bahwa kita adalah satu keluarga. Sebagai anggota keluarga, kita masing-masing mempunyai tanggungjawab untuk menjadikan hidup bersama di bumi ini semakin baik; bukan hanya tanggung jawab untuk keselamatan manusia, tetapi juga untuk keutuhan seluruh ciptaan.

Bagaimana mewujudkan tanggungjawab itu dalam perutusan kita sebagai warga negara dan bangsa Indonesia? Pertama-tama, kita umat kristiani Indonesia dipanggil untuk berteguh hati melaksanakan tujuan Allah hadir di dunia, yaitu menciptakan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Kita bertanggungjawab mewujudkan keluarga Allah yang damai, rukun, adil dan saling menerima dalam keberagaman. Kita perlu membangun kesadaran bersama bahwa setiap makhluk ciptaan Allah memiliki hak-hak dasar yang harus dihormati, hak hidup yang harus dilindungi, dan hak-hak orang perorangan serta bersama yang harus dipenuhi dan diwujudkan.

Demikian pula, kita diingatkan bahwa umat kristiani tidak hidup sendiri sebagai komunitas tertutup di dunia ini. Gereja hidup berdampingan dengan komunitas-komunitas lain. Perbedaan pandangan dan cara menjalani kehidupan, seringkali menimbulkan gesekan-gesekan bahkan konflik antar kelompok, golongan, ras/suku dan agama, sehingga hubungan antar umat dan antar warga menjadi kurang harmonis. Tidak sedikit orang menguras habis alam demi meraup keuntungan. Hal itu menyebabkan hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam terganggu. Menjadi tugas kita bersama untuk memperbaiki relasi yang rusak itu. Kita harus mengupayakan terwujudnya bumi yang satu ini sebagai “rumah kita bersama”.

Sebagai warga bangsa kita juga diingatkan untuk bijaksana dalam menyikapi bentuk-bentuk gangguan sosial yang dapat mengancam persaudaraan, perdamaian, dan keamanan di Negara kita. Berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di negeri kita, membangkitkan kesadaran dan niat baik kita untuk bersikap bijaksana. Penutupan dan pengrusakan rumah-rumah ibadah, termasuk yang mengakibatkan korban jiwa masih terjadi akibat perilaku kekerasan sekelompok orang yang bertindak atas nama agama. Di samping itu, kerusakan lingkungan terjadi, termasuk yang mengakibatkan musibah asap di berbagai wilayah Indonesia. Semua itu membuat relasi antar umat manusia dan alam menjadi terganggu, bahkan sudah makin rusak. Kita juga harus menjadi semakin bijaksana memperlakukan alam “Ibu Pertiwi” yang darinya kita semua memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari. Kita dipanggil untuk menegaskan kembali ketetapan hati kita untuk melindungi dan mempertahankan keutuhan ciptaan di tengah budaya serakah yang melahirkan kemiskinan, ketidak-adilan, radikalisme dan kerusakan lingkungan. Kita perlu mengembangkan hidup sederhana dan jujur di tengah pengaruh globalisasi keserakahan dan ketidakpedulian ini.

Dengan mengembangkan spiritualitas keugaharian - melalui hidup sederhana - umat kristiani Indonesia mensyukuri rahmat Allah yang cukup untuk semua dan berupaya: mengendalikan diri dan berani mengatakan cukup; menyatakan kesediaan untuk hidup berbagi; dan berani berjuang bersama menentang segala sistem dan struktur yang menghalangi serta mengurangi hak orang lain untuk memperoleh kecukupan dalam hidupnya.

Dalam semangat kelahiran Yesus kita diajak untuk menanam, menyiram dan  memelihara kehidupan semua makhluk ciptaan di bumi pertiwi ini, supaya semua makhluk dapat hidup bersama sebagai keluarga Allah dengan damai, adil dan bercukupan.
  

SELAMAT NATAL 2015 DAN TAHUN BARU 2016
Jakarta, 18 November 2015
Atas nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA                               KONFERENSI WALIGEREJA
          DI INDONESIA (PGI)                                                    INDONESIA (KWI)
     Dr Ery_Signature (7)
    Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang                                                    Mgr. Ignatius Suharyo
                Ketua Umum                                                                      Ketua



            Pdt. Gomar Gultom                                                Mgr. Antonius Subianto B           
Sekretaris Umum                                                                    Sekretaris Jendral

Lamunan Pesta

Santo Andreas, Rasul
Senin, 30 November 2015

Matius 4:18-22

4:18. Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
4:19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
4:20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
4:21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka
4:22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di era global orang dituntut untuk bekerja secara profesional. Orang harus memperdalam dan memperluas cakrawala untuk jadi makin ahli akan yang jadi bidang pekerjaannya.
  • Tampaknya, karena tuntutan profesionalitas tidak ada bidang pekerjaan yang dipandang lebih bermartabat di banding pekerjaan lain karena semua pekerjaan adalah untuk mendatangkan uang. Pekerjaan yang amat sederhana pun asal dijalankan secara profesional dapat mendatangkan uang jauh lebih banyak dibanding pekerjaan yang tampak hebat karena memberikan status sosial tinggi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa sehebat dan seprofesional apapun pekerjaan seseorang, kalau dia mengikuti amanat kedalaman batin semuanya akan berada dalam kerangka kemanusiaan dan bermuara demi kebaikan umum. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mengabdikan apapun yang dikerjakan demi ambil bagian dalam pembangunan dan pengembangan kebaikan umum.
Ah, bekerja itu ya untuk cari uang.