Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, August 31, 2017

Penyakit Jantung Yang Sering Terdapat Pada Lansia

diambil dari http://www.smallcrab.com/penyakit-jantung

Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih.  Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep Faktor Resiko dan Penyakit Degeneratif.  Faktor resiko adalah suatu kebiasaan, kelainan dan faktor lain yang bila ditemukan / dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu. 
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.  Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.

Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada lansia dapat berkembang sangat luas, yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain.

Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001, penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%,  Infark Miokard Akut  8%, Kelainan Katup 4%, Gagal jantung 2%, Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.

A. Penyakit Jantung Koroner dan Infark Miokard

PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.  Dengan mengkombinasikan laporan insiden MI dan Angina Pektoris, badan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III di USA, didapat data bahwa sekitar 27% pria dan 17% wanita berusia 80 tahun ke atas menderita PJK.  Sedangkan pada kelompok umur 65-74 tahun, didapat 64% masalah jantung pada pria dan 60% pada wanita adalah PJK.

Resiko seseorang untuk menderita PJK adalah satu dari tiga untuk pria, dan satu dari empat untuk wanita. Di atas umur 65 tahun, tingkat mortalitas akibat MI adalah tinggi.  Sekitar 8% meninggal setiap tahunnya akibat MI dan sisanya diperkirakan akan mengalami serangan infark yang fatal dalam waktu 10 tahun ke depan.  Akan tetapi, lebih dari sepertiga kasus MI tidak diketahui, entah karena perjalanan penyakitnya yang laten atau karena gejalanya yang tidak khas.

PJK adalah manifestasi umum dari keadaaan pembuluh darah yang mengalami pengerasan dan penebalan dinding, disebut juga Aterosklerosis.  Tapi selain itu stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofi dan kelainan arteri koronaria kongenital juga dapat menyebabkan PJK.

Ada 3 macam faktor resiko PJK :
1. Yang tidak dapat dihindari : umur, jenis kelamin, faktor keturunan.
2. Yang sukar dihindari : kepribadian
3. Yang dapat dihindari/dibatasi : merokok, hipertensi, DM, obesitas, hiperkolesterolemia.


B. Gagal jantung

Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit.  Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk.  Prevalensi CHF adalah tergantung umur atau age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun.

Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat juga.  Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF.  Selain itu semakin membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF.

CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan.  Fungsi sitolik jantung ditentukan oleh empat determinan utama, yaitu: kontraktilitas miokardium, preload ventrikel (volume akhir diastolik dan resultan panjang serabut ventrikel sebelum berkontraksi), afterload kearah ventrikel, dan frekuensi denyut jantung.

Terdapat 4 perubahan yang berpengaruh langsung pada kapasitas curah jantung dalam menghadapi beban :
  • Menurunnya respons terhadap stimulasi beta adrenergik akibat bertambahnya usia.  Etiologi belum diketahui pasti.  Akibatnya adalah denyut jantung menurun dan kontraktilitas terbatas saat menghadapi beban.
  • Dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku pada usia lanjut karena bertambahnya jaringan ikat kolagen pada tunika media dan adventisia arteri sedang dan besar. Akibatnya tahanan pembuluh darah (impedance) meningkat, yaitu afterload meningkat karena itu sering terjadi hipertensi sistolik terisolasi.
  • Selain itu terjadi kekakuan pada jantung sehingga compliance jantung berkurang. Beberapa faktor penyebabnya: jaringan ikat interstitial meningkat, hipertrofi miosit kompensatoris karena banyak sel yang apoptosis (mati) dan relaksasi miosit terlambat karena gangguan pembebasan ion non-kalsium.
  • Metabolisme energi di mitokondria berubah pada usia lanjut.

Keempat faktor ini pada usia lanjut akan mengubah struktur, fungsi, fisiologi bersama-sama menurunkan cadangan kardiovaskular dan meningkatkan terjadinya gagal jantung pada usia lanjut.

Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit Jantung Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti pada penyakit stenosis aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.

Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung, yaitu :
  • Kelebihan Na dalam makanan
  • Kelebihan intake cairan
  • Tidak patuh minum obat
  • Iatrogenic  volume overload
  • Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
  • Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
  • Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli paru.

C. Kelainan Katup

Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali diakibatkan oleh kelainan katup yang parah.  Pada katup aorta, stenosis akibat kalsifikasi lebih sering ditemukan daripada regurgitasi aorta.  Tapi pada katup mitral, regurgitasi sangat sering dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada pria.

Pada lansia sering terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Tapi harus hati-hati membedakan fisiologis dengan yang patologis.  Bising patologis menandakan adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak ditangani dengan benar akan mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir dengan gagal jantung.

Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif.  Stenosis aorta akan berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai gejala selama beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan kerusakan ventrikel permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi seperti pulmonary vascular congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel dan heart block.

Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan terjadinya Atrial fibrillation dan gagal jantung.  Etiologi dari Mitral Stenosis sering disebabkan karena rheumatic fever. Kadang juga disebabkan karena kalsifikasi/degeneratif, tapi jarang.


D. Hipertensi dan Penyakit Jantung Hipertensif

Semakin tua, tekanan darah akan bertambah tinggi.  Prevalensi hipertensi pada orang-orang lanjut usia adalah sebesar 30-65%.
Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa muda.  Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus lebih mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap pengenalan berbagai penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat erat kaitannya dengan penatalaksanaan keseluruhan.

Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi (occult). Seringkali yang terlihat adalah gejala akibat penyakit, komplikasi atau penyakit yang menyertai.

Peningkatan tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi yang esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada penderita dengan cukup istirahat, sedikitnya setelah 5 menit berbaring dan dilakukan pengukuran pada posisi berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 2 kali atau lebih, dengan interval 2 menit.  Cara pengukuran yang saat ini dianggap baku dikemukakan oleh The British Hypertension Society. Manset sedikitnya harus dapat melingkari 2/3 lengan, bagian bawahnya harus 2 cm diatas fossa cubiti.

Pemeriksaan laboratorium apa saja yang diperlukan untuk hipertensi masih merupakan perdebatan.  Hipertensi yang sering terdapat 90%nya adalah jenis yang idiopatik / tidak diketahui sebabnya. Jadi tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan kecuali bila ada indikasi.  Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan ureum, kreatinin, kalium, kalsium, urinalisis, asam urat, glukosa darah, dan profil lemak. Pemeriksaan penunjang lain contohnya elektrokardiografi, pielografi intravena dan foto rontgen thorax.

Berjaga-jagalah!

Lamunan Pekan Biasa XXI

Jumat, 1 September 2017

Matius 25:1-13

25:1. "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
25:7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.
25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.
25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Butir-butir Permenungan
  • Katanya, di era global orang disebut bermutu kalau memiliki visi. Dengan visi orang berdasarkan realita yang dihadapi akan mampu membidik hal-hal yang akan terjadi atau diharapkan terjadi di masa depan dalam periode tertentu.
  • Katanya, untuk mencapai masa depan yang dibidik orang harus membuat perencanaan. Dengan rencananya orang akan memiliki program dan agenda yang akan dilakukan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki pandangan ke depan dengan segala perencanaan disertai agenda kegiatan yang dibuat dengan analisis dan wawasan yang canggih, itu belum sungguh-sungguh menjadi visi kehidupan apabila tidak membuat orang juga terbuka pada hal-hal yang tak diperhitungkan yang justru menghadirkan aura kesejahteraan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tidak hanya hidup berdasarkan hal-hal rutin tetapi juga terbuka pada hal baru.
Ah, yang tak seperti biasa dapat membahayakan hal yang sudah baik.

Wednesday, August 30, 2017

Rm. Tri Hartono Ngandika (31-8-2017)


Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan tugas itu, ketika tuannya datang.

Tetap teguh dan setia yang muncul dari hati sanubari amat dibutuhkan oleh setiap orang, khususnya kami kaum tua dan atau sakit-sakitan. Setia dan teguh dalam iman, harapan dan kasih, kadang tidak mudah dilaksanakan tapi amat penting dan mendasar, khususnya bagi kami kaum lansia dan atau sakit-sakitan, sebab sering kali mengalami banyak kendala dan hambatan. Dengan bantuan rahmat Allah dan sesama akan memampukan kami.

Ingin Yang Sama?


Ketika itu di dalam kapel sedang berlangsung doa pembuka untuk makan siang. Jam menunjuk 12.30 pada hari Minggu 27 Agustus 2017. Mas Handoko masuk dan langsung mendorong kursi roda yang diduduki oleh Rm. Bambang sambil berbisik "Onten tamu saking Jagalan badhe kepanggih" (Ada tamu dari Jagalan yang akan bertemu rama). Di depan kamar Rm. Bambang memang ada beberapa ibu yang sudah menunggu. Mereka adalah kelompok kecil yang datang atas nama Wanita Katolik RI daerah Jagalan, Paroki Purbowardayan, Sala. Ternyata ibu-ibu ini sudah menunggu cukup lama sehingga mereka dapat melihat acara yang terjadi di dalam Kapel Domus Pacis. Mereka ikut mendengar bagian-bagian akhir dari rekoleksi yang terjadi dan kemudian ikut misa secara penuh sehingga dapat dipahami kalau Mas Handoko, ketika Rm. Bambang selesai homili, memberi kode enam jari tangan karena harus ada tambahan 6 buah hosti untuk 6 orang ibu.

Pada Minggu itu ada rombongan Paguyuban Bapak-bapak Santo Yusup dari Wilayah Kebumen, Paroki Kleco, Sala datang di Domus Pacis. Mereka terdiri dari bapak-bapak yang beberapa di antaranya datang bersama istri. Jumlah yang ikut ke Domus Pacis ada 43 orang. Sesampai di Domus pada jam 09.00 lebih sedikit mereka langsung diajak untuk menikmati teh dan snak yang diurus oleh Bu Rini. Memang, Bu Rini sedang ke Semarang sehingga tidak tampak di Domus Pacis. Pada jam 09.30 rombongan dari Paroki Kleco ini masuk kapel dan memulai acara. Rm. Bambang tampil sendirian untuk memimpin rekoleksi selama 2 jam diteruskan dengan misa. Rm. Harto mengikuti secara penuh seluruh acara. Dalam bagian rekoleksi Rm. Bambang memulai dengan bertanya "Iman ki apa utawa piye, ya?" (Apa dan bagaimana iman itu?). Banyak dari peserta yang menyampaikan pandangan dan gambarannya. Sesudah merangkum yang muncul dari para peserta, Rm. Bambang meletakkan pandangan dan gambaran itu dalam konteks budaya Jawa dengan merujuk pada satu kutipan dari Serat Wedhatama. Dari sini terang Injil pun disampaikan. Karena tema yang diminta adalah "Beriman dalam Keluarga", Rm. Bambang menghadirkan beberapa pengalaman penghayatannya dalam hubungan dengan orang-orang serumah. Tanya jawab juga terjadi dalam pembicaraan ini. Dalam bagian misa, sudah ada petugas-petugas termasuk nyanyi yang berasal dari peserta. Acara ditutup dengan makan siang yang sudah disiapkan oleh Bu Tatik.

"Acaranipun sami kaliyan menika wau nggih, rama" (Besok acaranya sama dengan yang terjadi dengan rombongan ini ya, rama) kata ibu dari Jagalan yang meneruskan dengan kata-kata "Temanipun ndherek rama" (Tema kami serahkan kepada rama). Ibu-ibu dari Jagalan, Paroki Purbowardayan, ini minta acara seperti kelompok bapak-bapak dari Paroki Kleco. Barangkali ibu-ibu ini terkesan dengan yang terjadi pada acara hari Minggu itu. Dalam hal konsumsi pun mereka juga minta menu yang sama. Dari pembicaraan dengan Rm. Bambang ada kesepakatan bahwa mereka akan datang pada hari Minggu tanggal 12 November 2017. Rencana jam kedatangan dan lama acara juga minta sama dengan rombongan Paroki Kleco.

Jangan Kehilangan Kehadiran Yesus Kristus

Lamunan Pekan Biasa XXI

Kamis, 31 Agustus 2017

Matius 24:42-51

24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
24:43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.
24:44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."
24:45 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?
24:46 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
24:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.
24:48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:
24:49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,
24:50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,
24:51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, kalau berbicara tentang kematian ada orang yang berkata belum siap. Kesiagaan terhadap datangnya kematian biasa dikaitkan dengan keseriusan menjalani agama.
  • Tampaknya, orang yang amat sibuk dengan urusan duniawi kerap dipandang bahkan merasa diri belum memfokuskan diri pada urusan akhirati. Kalau tidak menjalani agama dengan baik orang dapat tidak mengalami kebahagiaan kekal.
  • Tetapi BISIK LHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, segiat apapun dalam program-program agama dan sedisiplin apapun dalam menjalani peribadatan, orang belum berada dalam kesiagaan sejati terbuka pada kehadiran ilahi bahkan terbuka pada datangnya akhir hayat duniawi kalau dalam realita hidup hariannya tidak setia dan tekun serta bertanggung jawab dalam menjalani tugas atau pekerjaan sesuai dengan perkembangan hidupnya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dengan kesetiaan menjalani beban hidup harian secara alami sudah berada dalam kesiagaan menyongsong hadirnya keabadian.
Ah, urusan dengan Tuhan itu ya lewat agama.

Tuesday, August 29, 2017

Yesus Kristus Membuat Kita Baru

Pak Hardy Dipanggil Bapa


Sebenarnya Pak Hardy, demikian panggilan bapak yang memiliki nama lengkap Sophianus Hardiyanto, bersama istrinya sudah dapat enakan menikmati hidup santai tak perlu kerja keras. Anak-anaknya sudah bekerja dan dapat menafkahi kedua orang tuanya. "Kula gadhah tanggelan seketan gesanging tiyang sanes. Menika para karyawan lan kluwarganipun" (Saya memiliki tanggungan 50an orang. Mereka adalah para pekerja dan anggota keluarganya) kata Pak Hardy suatu ketika kepada Rm. Agoeng dan Rm. Bambang di rumahnya. Kalau menyebut para karyawan, mereka adalah orang-orang yang dianggap oleh Pak Hardy ikut membantunya mencari penghasilan ketika anak-anaknya masih kecil hingga lulus kuliah. Pak Hardy dan Bu Yayuk, istrinya, adalah keluarga yang berwiraswasta dengan nama Hardy Collection yang melayani pensablonan kaos dan garapan-garapan sragam kaos dan pakaian-pakaian seragam. Suami-istri ini juga termasuk aktivis Gereja Paroki Klaten. Ketika anak-anaknya masih kecil Bu Yayuk yang didukung oleh Pak Hardy ikut jaringan misioner terutama dalam gerakan anak dan remaja di Museum Misi Muntilan yang dipimpin oleh Rm. Bambang. Barangkali karena kedekatan dengan Rm. Bambang, mulai dengan tahun 2015 mereka ikut menjadi peserta Novena Domus Pacis.

Pada bulan Maret 2015 Pak Hardy ikut Novena Domus bersama istri tanpa mendaftar lebih dahulu. Bulan berikutnya mereka membawa tiga orang lain. Kemudian di bulan Mei Pak Hardy mulai mendaftarkan rombongan sehingga peserta Klaten menjadi 7 orang. Pada bulan terakhir, November 2015, rombongan dari Klaten menjadi 94 orang. Kemudian terjadi heboh ketika Novena Domus tahun 2016 dimulai, karena peserta dari Klaten berjumlah lebih dari 200 orang. Rm. Bambang kemudian memberikan kuota khusus untuk Klaten sebanyak 150 orang. Jumlah ini selalu dipenuhi oleh Pak Hardy hingga pendaftaran bulan September 2017. Pak Hardy tidak hanya mengkoordinasi peserta Novena dari Paroki Klaten. Beliau juga menyisihkan penghasilannya untuk membantu trnasportasi pergi ke dan pulang dari Domus Pacis. Sebenarnya Pak Hardi sudah tidak tampak ikut Novena Domus sejak bulan Juli 2017. Hal ini dikarenakan beliau harus mengurus usaha dan Bu Yayuk, istrinya, yang menderita sakit parah dan keluar masuk opname di rumah sakit sejak tanggal 28 Juni 2017. Meskipun demikian untuk pendaftar peserta Novena September 2017 pun tetap diinformasikan oleh beliau sebanyak 150 orang. Pada tanggal 24 Agustus 2017 jam 05.01 pagi Bu Yayuk mengirim pesan lewat WA Rm. Bambang "Selamat pagi romo.puji Tuhan.sy sdh pulang.mohon doa unt p hardy kmrn masuk ICU  panti rapih.cobaan bagi sy blm selesai romo.Gusti nywun kiat. Amin." Ternyata Pak Hardy punya riwayat sakit jantung. Kemudian dalam WA Selasa 29 Agustus 2017 sore ada pesan mengejutkan masuk dari Bu Yayuk "Romo, Pak Hardy sampun sare Dipuntimbali Gusti jm 4 tadi di panti rapih" (Rama, Pak Hardy sudah tidur. Dipanggil Tuhan tadi jam 4 sore di Rumah Sakit Panti Rapih). Pak Hardy beberapa tahun di akhir hayatnya amat memperhatikan pengembangan iman bagi kaum tua dan lansia dan bahkan ikut menjadi jaringan khusus Pastoral Ketuaan di Domus Pacis. Satu hal yang menarik adalah bahwa beliau dapat membesarkan hati para lansia peserta Novena Domus dari Klaten yang tadinya takut pada tema-tema akhir hayat sampai mampu bicara tentang keabadian dalam keceriaan. "Pak Hardy, Panjenengan ugi mesthi sampun mulya ing Gusti. Nyuwun dhukungan sembahyang, nggih" (Pak Hardy, Anda pasti sudah mulia bersama Tuhan. Doakan kami, ya).

Lamunan Pekan Biasa XXI

Rabu, 30 Agustus 2017

Matius 23:27-32

23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
23:28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada masa kini kemasan menjadi hal amat penting. Barang-barang sederhana dan murah kalau dikemas dengan apik dapat menjadi barang elit dengan harga tinggi.
  • Tampaknya, dandanan khusus juga dapat membuat orang tak menarik menjadi amat menarik. Bahkan rekayasa pencintraan pun dapat membuat orang berperilaku buruk tampak bagaikan pejuang kebaikan,kebenaran, dan keadilan demi kaum jelata.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, secanggih dan seindah serta semeyakinkan apapun tampilannya, pada saatnya itu hanya akan menjadi jalan lapang hadirnya keterpurukan tiada harga kalau tidak didasarkan pada kualitas nyata sehingga tampilan itu hanya menjadi bukti kemunafikan sejati yang bagaimanapun hanya jadi hama pembuat hidup layu. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang terutama akan mengutamakan penjagaan dan pengembangan kehidupan batin yang secara alami terungkap dan terwujud dalam perilaku harian.
Ah, bagaimanapun pada jaman kini yang paling penting adalah tampilan demi merebut pasar.

Monday, August 28, 2017

ENERGI



Ini soal swasembada pangan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Bupati H Ibnu Subiyanto Akt menjelaskan swasembada pangan sebagai konsep untuk menciptakan kemakmuran daerah. Kebutuhan pangan tidak hanya beras saja. Jika semua kebutuhan pangan manusia dikerucutkan, maka hanya akan ada dua yang paling pokok, yaitu karbonhidrat dan protein. Kedua aspek ini merupakan energi bagi manusia. Yang lain-lain adalah suplemen.

(disimpulkan dari SKH Kedaulatan Rakyat Selasa Kliwon 2 Juni 2009 halaman 4)

Dari Dunia

            Bagi saya yang amat menarik adalah bahwa soal pangan berkaitan erat dengan terjadinya energi bagi manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia[1], kata energi berarti “tenaga, daya kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses aktivitas”. Energi adalah kunci manusia agar dapat sungguh hidup, karena orang sungguh hidup kalau dapat melakukan kegiatan. Barangkali karena sakitnya orang yang koma hanya dapat bernapas. Akan tetapi, bernapas pun membutuhkan energi. Yang menjadi soal adalah bagaimana orang mendapatkan energi yang mampu membuat sehat. Energi pernapasan untuk orang koma dapat datang dengan pertolongan alat medis yang membantu aliran oksigen. Tetapi orang yang sungguh sehat harus memiliki energi yang datang dari dua aspek, yaitu karbonhidrat dan protein. Ini berasal dari pangan yang berupa beras atau jagung, daging, telur, dan sayuran. Energi yang dibicarakan berkaitan erat dengan kehidupan manusia dari segi biologis atau fisik. Padahal kehidupan manusia untuk sungguh dapat menghayati kesejahteraan lahir dan batin, sehingga kehidupan dipenuhi rasa syukur yang penuh, berkaitan dengan empat kebutuhan: biologis, intelektual, psikologis, dan spiritual[2].

            Berbicara tentang energi manusia, sebagai salah satu dari warga Paguyuban Murid-Murid Kristus, saya memusatkan diri pada kebutuhan spiritual. Ini adalah kehidupan dalam bimbingan Roh Kudus untuk ikut Kristus di tengah-tengah perkembangan situasi hidup dan budaya. Inilah kehidupan beriman yang terungkap dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan terwujud dalam kegiatan-kegiatan duniawi (idelogis, politik, ekonomi, sosial, dan budaya). Secara kongkret hidup beriman membutuhkan “energi rohani”. Dengan merujuk adanya dua aspek untuk energi biologis manusia, yaitu karbonhidrat dan protein, saya mencari-cari kemungkinan dua aspek yang menciptakan energi rohani bagi manusia. Dari merenung dan berdoa, saya menemukan dua aspek yang paling tidak untuk diri saya memberikan energi kesegaran hidup rohani. Dua aspek rohani itu adalah keheningan dan paguyuban.
  
Hening

            Ibu Theresa dari Calcuta menempatkan keheningan menjadi dasar dari segala kehidupan beriman. Dengan hening orang bisa beriman. Dengan iman orang bisa berdoa. Dengan doa orang bisa mencinta. Dengan cinta orang bisa melayani. Dan dengan melayani orang mengalami kedamaian. Kedamaian adalah suasana hening batin. Maka keheningan adalah kerangka dasar hidup beriman. Sebagai murid Kristus yang hidup dalam konteks budaya Jawa, saya juga menemukan bahwa keheningan menjadi pusat dari segala upaya kesempurnaan. Dalam budaya Jawa, orang yang melatih diri untuk kesempurnaan rohani, dia harus mampu mengembangkan yang disebut “neng, ning, nung, nang”.

Kata neng selengkapnya berbunyi meneng yang berarti diam. Orang yang mau mencari kesempurnaan harus mampu menjalani praktek diam. Kaum pertapa menjalani tindakan diam dengan menyingkir ke tempat sepi. Suasana diam biasa diupayakan sebagai prasyarat untuk menjalani upaya mencari kesempurnaan atau kesucian. Inilah mengapa di dalam rumah-rumah retret (dari kata Latin retrahere yang berarti mengundurkan diri atau menyepi) suasana diam amat diupayakan.

Ning dari kata wening yang berarti hening. Dalam suasana diam, orang akan dengan mudah mengembangkan keheningan dalam hati. Dengan hati yang hening, orang akan mampu menimbang-nimbang segala yang terjadi dalam hidupnya. Dengan menimbang-nimbang peristiwa-peristiwa tersebut orang akan menemukan makna atau hal pokok yang terkandung di dalamnya. Tetapi dengan hening orang juga mengalami hubungan dengan Tuhan sehingga mendapatkan terang iman pada pengalaman hariannya. Di sini murid Kristus akan mendapatkan terang iman lewat Kitab Suci dan/atau tradisi Gereja. Proses hening akan membuat pengalaman duniawi seseorang menjadi pengalaman iman.

Nung itu dunung yang berarti memahami. Kesadaran akan peristiwa atau kejadian-kejadian kongkret yang mendapatkan terang iman membuat orang memahami kehidupan nyata saat ini dan kehidupan macam apa yang sebaiknya dikembangkan. Dengan demikian orang dapat merencanakan program dan kemungkinan-kemungkinan tindakan untuk langkah ke depan. Dunung adalah buah visioner dan konseptual dari hening.

Nang berasal dari menang. Ini adalah kemenangan mencapai ujung dari proses mencari kesempurnaan. Berbagai rencana program dan kegiatan yang dilandasi oleh keheningan batin akan dapat dilaksanakan di dalam kehidupan kongkret. Inilah kemenangan rohani, yaitu kemampuan melaksanakan yang sudah diprogramkan dan direncanakan. Kemenangan, yaitu kemampuan pelaksanaan, merupakan buah operasional dari pengembangan keheningan diri.

Dari permenungan itu, saya menyadari bahwa yang paling pokok adalah keheningan diri. Suasana diam hanya berguna kalau membantu berkembangnya keheningan. Tetapi orang dapat merasakan kegalauan batin walau dalam keadaan sepi, dan sebaliknya orang dapat tetap memiliki keheningan batin dalam suasana yang ramai dan riuh rendah. Segala program-kegiatan dan pelaksanaannya akan terjadi dengan baik kalau orang tetap memiliki keheningan diri. Dengan hening orang akan sungguh mengalami bahwa yang berdoa dan aktif mengolah hidup di hadapan Allah adalah Roh Kudus[3]. Dengan keheningan diri orang akan sungguh-sungguh menjadi baik Allah dan Roh Kudus diam di dalam diri kita[4].

Paguyuban

            Di dalam kehidupan menggereja, paguyuban menjadi dimensi inti dari kehidupan para murid Kristus. Sebagai ikatan umat beriman yang menekankan hubungan personal, paguyuban menjadi bagian Gereja kongkret[5] atau juga disebut Gereja Inti[6]. Paguyuban memang menjadi tanda kehadiran Tuhan Yesus yang paling strategis, sebab Dia sendiri berkata “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”[7]. Santo Paulus kemudian melihat paguyuban iman ini sebagai “tempat kediaman Allah, di dalam Roh”[8]. Pentingnya penghayatan hidup beriman dengan wajah paguyuban sangat menonjol untuk realita pengikut Kristus di Asia termasuk Indonesia. Gereja yang berwajah Asia adalah Gereja sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Tuhan Yesus Kristus[9].

            Bobot rohani dalam sebuah paguyuban merupakan fenomena kultural sekurang-kurangnya di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hubungan antar manusia memiliki dua dimensi kehidupan, yaitu patembayatan (komunio) dan paguyuban (komunitas). Di dalam patembayatan hubungan antar manusia di tentukan dalam jaringan struktural atas dasar status sosial yang dimiliki oleh seseorang. Di sini peranan organisasi amat ditekankan. Lain halnya dengan paguyuban. Jaringan hubungan personal menjadi ciri utama. Di sini setiap orang mendapatkan penghargaan sebagai pribadi. Semangat padha-padha (kesemartabatan) mendapatkan penekanan. Pemenuhan kebutuhan bagi yang membutuhkan dijalankan dengan semangat gotong-royong (kerjasama tanpa imbalan uang). Segalanya ditata dengan kemasan yang bernuansa religius. Setiap warga yang baik tidak akan mengadakan perhelatan lebih dari sekali dalam satu tahun. Pelanggaran terhadap prinsip ini disebut ora ilok (melanggaran tabu). Semua pelanggaran tatanan bersama dipercaya akan membuat sing mbaureksa (roh penjaga dusun) marah. Paguyuban memang menjadi aspek penentu enetrgi rohani di samping keheningan batin.


[1] Chulsum Umi, S.Pd dan Novia Windy, S.Pd. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko, 2006.
[2] Mangkunegoro IV, KGPAA. Wedatama.
[3] Band Rom 8:26.
[4] Lih 1 Kor 3:16.
[5] Band KDPL I.1.3
[6] Band O’Halloran. Small Christian Community.
[7] Mat 18:20.
[8] Ef 2:22.
[9] Band FABC 1990.

Bicara Benar dengan Kasih