Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, August 30, 2017

Ingin Yang Sama?


Ketika itu di dalam kapel sedang berlangsung doa pembuka untuk makan siang. Jam menunjuk 12.30 pada hari Minggu 27 Agustus 2017. Mas Handoko masuk dan langsung mendorong kursi roda yang diduduki oleh Rm. Bambang sambil berbisik "Onten tamu saking Jagalan badhe kepanggih" (Ada tamu dari Jagalan yang akan bertemu rama). Di depan kamar Rm. Bambang memang ada beberapa ibu yang sudah menunggu. Mereka adalah kelompok kecil yang datang atas nama Wanita Katolik RI daerah Jagalan, Paroki Purbowardayan, Sala. Ternyata ibu-ibu ini sudah menunggu cukup lama sehingga mereka dapat melihat acara yang terjadi di dalam Kapel Domus Pacis. Mereka ikut mendengar bagian-bagian akhir dari rekoleksi yang terjadi dan kemudian ikut misa secara penuh sehingga dapat dipahami kalau Mas Handoko, ketika Rm. Bambang selesai homili, memberi kode enam jari tangan karena harus ada tambahan 6 buah hosti untuk 6 orang ibu.

Pada Minggu itu ada rombongan Paguyuban Bapak-bapak Santo Yusup dari Wilayah Kebumen, Paroki Kleco, Sala datang di Domus Pacis. Mereka terdiri dari bapak-bapak yang beberapa di antaranya datang bersama istri. Jumlah yang ikut ke Domus Pacis ada 43 orang. Sesampai di Domus pada jam 09.00 lebih sedikit mereka langsung diajak untuk menikmati teh dan snak yang diurus oleh Bu Rini. Memang, Bu Rini sedang ke Semarang sehingga tidak tampak di Domus Pacis. Pada jam 09.30 rombongan dari Paroki Kleco ini masuk kapel dan memulai acara. Rm. Bambang tampil sendirian untuk memimpin rekoleksi selama 2 jam diteruskan dengan misa. Rm. Harto mengikuti secara penuh seluruh acara. Dalam bagian rekoleksi Rm. Bambang memulai dengan bertanya "Iman ki apa utawa piye, ya?" (Apa dan bagaimana iman itu?). Banyak dari peserta yang menyampaikan pandangan dan gambarannya. Sesudah merangkum yang muncul dari para peserta, Rm. Bambang meletakkan pandangan dan gambaran itu dalam konteks budaya Jawa dengan merujuk pada satu kutipan dari Serat Wedhatama. Dari sini terang Injil pun disampaikan. Karena tema yang diminta adalah "Beriman dalam Keluarga", Rm. Bambang menghadirkan beberapa pengalaman penghayatannya dalam hubungan dengan orang-orang serumah. Tanya jawab juga terjadi dalam pembicaraan ini. Dalam bagian misa, sudah ada petugas-petugas termasuk nyanyi yang berasal dari peserta. Acara ditutup dengan makan siang yang sudah disiapkan oleh Bu Tatik.

"Acaranipun sami kaliyan menika wau nggih, rama" (Besok acaranya sama dengan yang terjadi dengan rombongan ini ya, rama) kata ibu dari Jagalan yang meneruskan dengan kata-kata "Temanipun ndherek rama" (Tema kami serahkan kepada rama). Ibu-ibu dari Jagalan, Paroki Purbowardayan, ini minta acara seperti kelompok bapak-bapak dari Paroki Kleco. Barangkali ibu-ibu ini terkesan dengan yang terjadi pada acara hari Minggu itu. Dalam hal konsumsi pun mereka juga minta menu yang sama. Dari pembicaraan dengan Rm. Bambang ada kesepakatan bahwa mereka akan datang pada hari Minggu tanggal 12 November 2017. Rencana jam kedatangan dan lama acara juga minta sama dengan rombongan Paroki Kleco.

0 comments:

Post a Comment