Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, August 31, 2020

Rm. Ria Dapat Pramurukti

 

Pada umumnya para rama Domus Pacis Puren memang sudah membutuhkan pelayanan untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan ada tiga rama yang sudah cukup lama harus ada yang mendampingi siang dan malam di kamarnya. Domus Pacis Puren secara khusus mengontrak tenaga pramurukti dari RS Panti Rini, Kalasan. Ada tiga pramurukti yang sudah beberapa tahun secara khusus menjaga dua rama. Satu pramurukti berjaga untuk 24 jam. Dua pramurukti bergantian berjaga siang dan malam untuk satu rama. Ada satu rama yang secara khusus didampingi oleh anggota keluarga yang siaga siang dan malam. Sedang rama-rama lain dilayani tiga tenaga khusus. Di luar acara rutin, seperti mandi dan santap di kamar makan serta ikut misa harian komunitas, mereka dapat meminta pelayanan dengan membunyikan bel. Di kamar karyawan ada alat monitor yang menampilkan angka nomor kamar bila rama penghuninya membunyikan bel untuk minta bantuan memenuhi kebutuhannya.

Ternyata beberapa bulan terakhir Rm. Ria, yang tadinya tidak termasuk yang mendapatkan pelayanan khusus, mengalami penurunan daya fisik. Sebenarnya beliau memang sudah kerap bingung tak tahu "kini hari apa dan tanggal berapa". Kerap terjadi beliau juga mengira sore hari sebagai pagi dan di tengah malam mengira berhadapan dengan saat akan misa harian. Beberapa kali beliau harus masuk rumah sakit karena penyakit yang diderita. Gula darah yang selalu tinggi membuat fisiknya melemah. gatal-gatal juga kerap menjangkiti. Untuk santap obat-obatan termasuk suntik insulin juga harus dibantu. Untuk urusan kamar mandi dan WC harus didampingi karena kalau tidak beliau sudah kurang bisa mengontrol diri. Kalau memaksa diri berdiri dan berjalan setapak, Rm. Ria beberapa kali terjatuh. Kursi roda sudah jadi akrab dengannya dan harus ada yang membantu untuk menjalankannya. Karena kondisi seperti ini, Rm. Bambang memutuskan untuk menambah satu pramurukti dari RS Panti Rini. Tenaga baru ini dikhususkan untuk mendampingi Rm. Ria siang dan malam. Dia juga tidur sekamar dengan Rm. Ria.

Lamunan Pekan Biasa XXII

Selasa, 1 September 2020

Lukas 4:31-37

31. Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. 32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. 33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: 34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." 35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. 36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar." 37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, tidak sedikit orang mengaitkan kekuasaan dengan kedudukan sosial. Kedudukan sosial juga biasa dikaitkan dengan jabatan di tengah masyarakat.
  • Tampaknya, tidak sedikit orang berpandangan bahwa makin tinggi jabatannya orang makin besarlah kekuasaannya. Dia makin dapat menentukan kehidupan banyak orang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun amat tinggi jabatannya di tengah masyarakat, orang belum tentu memiliki kekuasaan yang sejatinya merupakan daya ilahi yang dialami karena terbiasa mendengar suara nurani yang mengalir menyentuh lubuk hati orang lain lewat perkataan dan perbuatannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan memiliki kewibawaan yang menghadirkan kebaikan dalam hidup bersama.

Ah, asal menjabat kepemimpinan orang pasti punya kekuasaan.

Santo Aidan

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 7466 Diterbitkan: 26 Agustus 2013 Diperbaharui: 26 Agustus 2016

  • Perayaan
    31 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-7
  •  
  • Kota asal
    Irlandia
  •  
  • Wilayah karya
    Inggris
  •  
  • Wafat
    31 Agustus 651 di Bamburg, Inggris | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation


Aidan adalah seorang biarawan Irlandia yang hidup pada abad ketujuh. Ia tinggal di biara besar di Iona yang didirikan St. Kolumbanus. Ketika St. Oswald menjadi Raja Inggris Utara pada tahun 634, Raja mengundang para misionaris untuk mewartakan Injil kepada rakyatnya yang masih kafir.

Misionaris pertama yang berangkat segera pulang kembali dengan mengeluh bahwa orang-orang Inggris amat kasar, keras kepala dan liar. Para biarawan berkumpul bersama untuk merundingkan situasi ini. “Menurutku,” kata St. Aidan kepada biarawan yang kembali itu, “engkau terlalu keras dengan orang-orang ini.” Ia kemudian menjelaskan bahwa, sebagaimana dikatakan St. Paulus, terlebih dahulu ajaran-ajaran yang mudahlah yang diberikan. Ketika orang-orang telah bertambah kuat dalam Sabda Allah, barulah dapat dimulai ajaran-ajaran yang lebih sempurna mengenai hukum-hukum Tuhan yang kudus.

Ketika para biarawan mendengar nasehat yang bijaksana itu, mereka berpaling kepada Aidan. “Sebaiknya engkaulah yang pergi ke Inggris Utara untuk mewartakan Injil,” kata mereka. Aidan pergi dengan suka hati. Ia menerima tugas baru ini dengan kerendahan hati dan semangat doa. Ia mulai dengan berkhotbah. Raja St. Oswald sendiri yang menerjemahkan khotbah-khotbah Aidan ke dalam bahasa Inggris hingga Aidan menguasai bahasa Inggris dengan lebih baik. St. Aidan berkelana ke seluruh penjuru negeri, selalu dengan berjalan kaki. Ia bekhotbah dan menolong rakyat. Ia melakukan banyak perbuatan baik dan amat dikasihi oleh umatnya.

Setelah tigapuluh tahun masa pelayanan St Aidan, setiap biarawan atau imam yang datang ke daerah itu akan disambut dengan penuh sukacita oleh segenap penduduk desa. Di Pulau Lindisfarne, St. Aidan mendirikan sebuah biara besar. Betapa banyak orang kudus dihasilkan dari sana hingga Lindisfarne dikenal sebagai Pulau Kudus. Sedikit demi sedikit, pengaruh pewartaan yang giat ini mengubah Inggis Utara menjadi sebuah pulau Kristen yang beradab. St Aidan wafat pada tahun 651.

Sunday, August 30, 2020

Lamunan Pekan Biasa XXII

Senin, 31 Agustus 2020

Lukas 4:16-30

16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." 22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" 24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran yang mengaitkan kehidupan rohani dengan hidup beragama. Yang mengutamakan hidup rohani akan tekun dalam menjalankan agama.
  • Tampaknya, ada pula gambaran bahwa yang mendalam hidup rohaninya akan memiliki pengalaman batin yang spektakuler. Bahkan dia akan memiliki kemampuan diluar nalar yang mengagumkan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun tekun beragama bahkan memiliki kemampuan magis, orang belum tentu memiliki kekuatan hidup nurani kalau perilaku hariannya tidak mengutamakan kaum papa dan menderita. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati keterbukaan orang akan bimbingan Roh akan mengalir menjadi kehidupan harian yang membuat peduli pada yang kacil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel.

Ah, kalau sudah rajin beragama ya jelas kuat hidup rohaninya.

Santo Pammakius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3861 Diterbitkan: 26 Agustus 2013 Diperbaharui: 26 Agustus 2016

  • Perayaan
    30 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-4
  •  
  • Kota asal
    Roma - Italia
  •  
  • Wafat
    tahun 410
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation



Pammakius adalah seorang awam Kristiani terpandang yang hidup pada abad keempat. Sewaktu ia masih seorang pelajar, ia bersahabat dengan St. Hieronimus. Mereka tetap menjalin persahabatan sepanjang hidup mereka dan terus saling membina hubungan baik. Isteri Pammakius adalah Paulina, puteri kedua dari St. Paula, seorang sahabat dan juga murid dari St. Hieronimus.

Ketika Paulina wafat pada tahun 397, St. Hieronimus dan St. Paulinus dari Nola menulis surat yang amat menyentuh hati penuh simpati, dukungan dan janji doa. Pammakius patah semangat karena kematian isterinya. Ia melewatkan sepanjang sisa hidupnya dengan melayani di rumah singgah yang didirikannya bersama St. Fabiola. Di sana, para peziarah yang datang ke Roma disambut baik dan dibantu. Pammakius dan Fabiola dengan senang hati menerima dan bahkan mengutamakan mereka yang miskin, sakit dan cacat. Pammakius yakin bahwa isterinya yang telah meninggal dunia menyertainya sementara ia melakukan karya-karya belas kasih. Paulina dikenal karena kasihnya kepada mereka yang miskin papa dan menderita. Suaminya percaya bahwa melayani mereka merupakan cara terbaik untuk menyampaikan penghormatan dan kasih kepada isterinya.

St. Pammakius jauh terlebih lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan dibandingkan St. Hieronimus yang pemarah. Kerap kali ia menasehati St. Hieronimus agar memperhalus atau memilih kata-kata yang lebih lembut, tetapi St. Hieronimus biasa mengabaikannya. Sebagai contoh, seorang bernama Jovinian mengajarkan suatu kesalahan yang serius. Hieronimus menulis sebuah tulisan yang dengan keras membeberkan kesalahan-kesalahan Jovinian.

Pammakius membaca tulisan itu dan menyampaikan saran-saran baik untuk mengganti kata-kata yang terlalu keras. St. Hieronimus berterima kasih kepada sahabatnya atas perhatiannya, tetapi ia tidak melakukan koreksi. Pammakius juga berusaha menengahi suatu perselisihan antara sahabatnya St. Hieronimus dengan seorang uskup bernama Rufinus. Tetapi tampaknya Pammakius tak dapat menggerakkan Hieronimus untuk bersikap lebih lembut dalam menangani orang atau masalah ini.

St. Pammakius wafat pada tahun 410 ketika Raja kaum Visigoth, Alaric, menyerbu dan menguasai Kota Roma. Saat ini rumah santo  Pammakius di Roma telah menjadi Gereja biara Passionis Santo Yohanes dan Paulus.

Saturday, August 29, 2020

Yang Kini Disuapi



Bagaimanapun juga makin uzur seseorang, kondisi taubuhnya memang mudah melemah. Rm. Jayasewaya adalah kelahiran 18 Juli 1934. Beliau masuk rumah tua Wisma Santo Petrus Kentungan dikarenakan oleh beberapa penyakit yang harus dijaga. Ketika masuk Domus Pacis Puren pada bulan-bulan akhir 2018, beliau masih dijaga gula darahnya. Kini tensi dan gula darahnya memang selalu terkontrol baik walaupun harus tetap ditopang dengan obat-obatan. Sebenarnya ketika masuk Puren beliau sudah mengidap kepikunan. Barangkali usia 86 tahun dengan idapan penyakit-penyakit dan kepikunan, hal-hal ini medorong fisik yang melemah. Kalau tadinya masih dapat berjalan dengan bantuan alat walker, kini mobilitasnya harus dengan kursi roda dan didorong oleh karyawan. Untuk urusan kamar mandi dan WC juga harus dilayani. Bahkan untuk makan kini ada karyawan yang membantu menyiapkan dan menyuapi.

Kondisi Rm. Jaya masih lebih baik dibandingkan dengan Rm. Harto. Kalau Rm. Jaya masih dapat menyantap langsung nasi dan lauk serta sayurannya, sekalipun harus disuapi, untuk Rm. Harto semua itu harus diblender lebih dahulu. Memang, daya ingat Rm. Harto masih tajam dan belum pikun. Tanggal lahir 29 Januari 1955 untuk Domus Pacis Puren juga masih menempatkannya sebagai orang muda. Tetapi kondisi tubuhnya jauh lebih lemah dibandingan dengan Rm. Jaya. Beliau pernah dibantu oleh teman alumni SD untuk operasi otak sebagai cara melawan tremor yang dideritanya. Tetapi, barangkali dalam hal berlatih fisik sulit terlaksana, kedua tangannya cukup melemah. Telapak tangan tidak dapat memegang barang dan alat makan dengan kokoh. Kondisi kaki sudah lama tidak dapat difungsikan. Suarapun juga amat lemah dan artikulasinya sulit ditangkap. Urusan kamar mandi dan WC sudah lama berada dalam pelayananan. Kini kalau makan juga ada karyawan yang membantu menyuapi.

Lamunan Pekan Biasa XXII

Minggu, 30 Agustus 2020

Matius 16:21-27

21. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 24. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang dapat yakin bahwa yang ingin baik harus berjuang menjadi teladan hidup bagi orang lain. Dia akan menata diri agar tidak menjadi batu batu sandungan.
  • Tampaknya, orang juga dapat yakin agar dapat menjadi teladan hdiup orang akan tekun menjalani hidup keagamaan. Kalau abai hidup beragama hidupnya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun tekun menjalani tata keagamaan, hidup dapat saja menjadi batu sandungan bila terlalu mengikuti apa yang dipikir tanpa landasan kepekaan pada amanat nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati hidup orang akan mengalirkan keteladanan bagi orang lain karena terbiasa mengikuti suara nurani.

Ah, asal aktif menjalani agama hidup orang tak akan menjadi batu sandungan.

Santo Yohanes Pembaptis

diambil dari katakombe.org/orang-kudus Hits: 11930 Diterbitkan: 13 Maret 2017 Diperbaharui: 21 Januari 2020

  • Perayaan
    24 Juni (Kelahiran)
    29 Agustus (Wafat)
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Yerusalem
  •  
  • Wafat
    Martir - Dipenggal oleh Raja Herodes Antipas disekitar tahun 31M - 36 M
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation



Bunda Maria mempunyai saudara sepupu bernama Elisabeth yang sudah lanjut usianya. Begitu juga suaminya, imam Zakaria. Mereka tidak dikaruniai anak karena Elisabet mandul. Suatu hari Zakaria mendapat bertugas untuk membakar kemenyan di Bait Allah menurut jadwal undian. Tiba-tiba malaikat Gabriel menampakkan kepada dirinya dan memberitahukannya, bahwa Tuhan akan mengaruniakan kepadanya seorang anak laki-laki.  Anak itu akan menyiapkan umat Israel menyambut kedatangan Sang Mesias.  

Tetapi Imam Zakaria kurang percaya karena istrinya sudah terlalu tua, maka iapun dihukum Tuhan dan menjadi bisu sampai anak itu lahir dan diberi nama Yohanes, sesuai dengan pesan malaikat Gabriel.

Yohanes adalah utusan Allah yang mendahului Yesus. Yesus sendiri mengatakan :

Masa kecil Yohanes tidak banyak diceritakan, kecuali ketika masih dalam kandungan ia melonjak kegirangan sewaktu Bunda Maria berkunjung ke rumah ibunya (Luk 1 : 41), dan kelahirannya (Luk 1:57 - 66).

Setelah dewasa, Yohanes muncul sebagai seorang pengkotbah di tepi sungai Yordan dengan pesan yang mendesak:  “Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat!” (Mat 3:2)

Orang-orang kemudian datang dan dibabtis oleh Yohanes di sungai Yordan. Ketika orang menanyakan dirinya, Yohanes menjawab :

Pengikut Yohanes banyak sekali, termasuk orang-orang yang kemudian dipilih Yesus menjadi RasulNya. Yesus sendiri datang minta dibaptis olehnya. Yohanes mulanya menolak dengan berkata :

Namun Yesus meyakinkankannya :

Tak lama kemudian Yohanes dipenjarakan, karena mengecam pernikahan raja Herodes Antipas dengan Herodias, istri saudara sepupunya. Dari dalam penjara Yohanes mengikuti gerakan Yesus melalui murid-muridnya yang dengan setia mengunjunginya. Yohanes akhirnya dipenggal Herodes Antipas akibat akal busuk dari Herodias dan puterinya Salome. Pelopor Yesus ini gugur demi membela kesusilaan.

Kemartiran Yohanes Pembaptis dapat dibaca dalam kitab suci (Matius 14 :1 – 12).

Friday, August 28, 2020

Minggu Biasa XXII/A – 30 Agt 2020 (Mat 16:21-27)

diambil dari https://unio-indonesia.org/2020/08/26; ilustrasi dari koleksi Blog Domus


Rekan-rekan peminat ruang Alkitab!

Injil Minggu Biasa XXII tahun A ini  (Mat 16:21-27) berbeda nadanya dengan petikan yang dibacakan Minggu sebelumnya (Mat 16:13-20). Kali ini Yesus menyampaikan pemberitahuan yang pertama mengenai penderitaan, kematian, dan kebangkitannya. Lho lha kok sekarang bicara begitu? Baru saja (Mat 16:16) Petrus menyatakannya sebagai “Mesias, anak Allah yang hidup”. Tentunya ia tokoh yang luar biasa. Tentu saja Petrus tak habis mengerti. Dengan spontan ia menegur Yesus agar tidak berpikir aneh-aneh. Tapi ia malah balik dibentak. Yesus yang tadinya menyebut Petrus berbahagia kini meng-iblis-iblis-kannya! Malah Petrus disebut-sebut sebagai batu sandungan segala. Beberapa saat sebelumnya Yesus menyebutnya sebagai batu karang yang di atasnya akan dibangun umatnya dan alam maut tidak akan menguasainya! Selanjutnya dalam ayat 21-27 Yesus malah menandaskan, siapa yang mau mengikutinya harus menyangkal diri terlebih dulu, lalu memikul salib, dan setelah itu baru bisa disebut menjadi pengikutnya. Barangsiapa kehilangan nyawa karena dia akan memperolehnya, katanya pula. Ke mana Yesus hendak membawa kita? Apa maksud Injil menampilkan semua ini?

KEMESIASAN YESUS DAN  PENDERITAANNYA

Petrus yang mewakili para murid baru saja mengakui Yesus sebagai Yang Terurapi, Mesias, yakni dia yang ditugasi oleh Yang Mahakuasa untuk memimpin umat-Nya. Dialah yang kehadirannya diharapkan banyak orang. Dan memang mereka mulai menyadari Yesus sebagai tokoh istimewa. Mereka menyaksikan pelbagai pengusiran roh jahat, macam-macam penyembuhan, serta pengajarannya yang memerdekakan batin. Namun Injil ingin menumbuhkan kesadaran yang lebih utuh akan siapa Yesus itu, bukan hanya lewat tindakan-tindakannya saja. Menurut Mat 16:17 bukanlah manusia melainkan Bapa di surga yang menyatakan kepada Petrus siapa Yesus itu sesungguhnya: Mesias, anak Allah yang hidup. Kemesiasannya tidak pertama-tama berasal dari kesan hebat yang ada di mata orang, tetapi karena Allah sendiri berkenan kepadanya. Perkenan ilahi ini terungkap pada peristiwa pembaptisan Yesus (Mat 3:17 Mrk 1:11 Luk 3:22) dan ditegaskan kembali dalam penampakan kemuliaan Yesus di gunung (Mat 17:5 Mrk 9:7 Luk 9:35). Di situ juga terdengar suara dari langit yang menghimbau orang agar mendengarkan dia.

Mendengarkan dia juga berarti mulai mengenal siapa Allah Yang Mahakuasa yang mengutusnya, yakni Dia yang bisa diseru sebagai Bapa. Lebih lanjut, siapa yang mau mendengarkannya dengan sungguh akan dapat memahami peristiwa yang nanti terjadi pada diri sang Mesias ini, yakni ditolak para pemimpin agama, dibunuh, tetapi dibangkitkan pada hari ketiga. Semua itu terjadi sebagai akibat keteguhannya pada perutusannya tadi. Ia nanti dituduh menghujat oleh lembaga agama Yahudi karena tidak menyangkal kemesiasannya yang sejati; lihat Mrk 14:61-64 Mat 26:63-66. Rangkaian kejadian ini memang sulit diterima. Pemberitahuan mengenai penolakan, kematian dan kebangkitan tadi disampaikan hingga tiga kali dan tiap kali para murid dikatakan tidak memahami pernyataan tadi. (Pemberitahuan pertama: Mrk 8:31-9:1 // Mat 16:21-27 // Luk 9:22-26; kedua: Mrk 9:30 // Mat 17:22-23 // Luk 9:33-45; ketiga: Mrk 10:32-34 // Mat 20:17-19 // Luk 18:31-34.) Memang demikianlah kenyataannya. Satu-satunya cara untuk mengerti ialah mendengarkannya.

Menarik bila diingat bahwa setelah pemberitaan yang pertama, ketiga Injil langsung memberitakan penampakan kemuliaan di gunung. Lebih menarik lagi, kedua peristiwa yang berurutan ini disampaikan langsung setelah pengakuan Petrus mengenai kemesiasan Yesus. Urutan ketiga peristiwa tadi (pengakuan Petrus – pemberitahuan pertama kesengsaraan – penampakan kemuliaan) termasuk warta Injil juga. Ringkasnya, kemesiasan Yesus itu tidak menyangkal penderitaan. Ia justru menghayatinya sebagai jalan ke arah kebesarannya. Inilah pokok yang paling dalam dan sekaligus paling sulit diterima para murid Yesus. Hanya bisa dipahami dengan mempercayainya. Berupaya menerima kenyataan ini menjadi bentuk nyata mengimaninya. Dengan demikian orang belajar mengakui ketergantungan pada Yang Mahakuasa. Tidak mempertahankan apa-apa, bahkan nyawa sendiri, maksudnya diri sendiri termasuk pendapat, anggapan, serta kemauan sendiri. Yesus menghayatinya hingga akhir. Karena itu ia juga dibangkitkan.

TINDAKAN PETRUS

Dengan penuh spontanitas Petrus bermaksud mencegah agar Yesus tidak berjalan ke arah penolakan dan kematian tadi. Ia menegur Yesus dengan keras. Reaksi Yesus juga keras, bahkan lebih. Petrus malah didampratnya sebagai “Iblis”. Pembaca akan ingat pada peristiwa Yesus menghadapi godaan di padang gurun. Satu saat penggoda memperlihatkan seluruh kerajaan dunia dengan seluruh kemegahannya dan menawarkannya kepada Yesus asal ia mau bersujud kepadanya. Reaksi Yesus ketika itu (Mat  4:10) sama dengan yang kini diarahkan kepada Petrus: menghardik penggoda yang disebutnya “Iblis” dan mengusirnya pergi. Ditambahkannya kutipan ayat suci yang tegas-tegas mewajibkan orang menyembah hanya pada Tuhan Allah dan kepada-Nya sajalah berbakti. Inilah yang dipegang Yesus di padang gurun. Terhadap Petrus kini Yesus berkata bahwa ia menjadi batu sandungan baginya. Maksud baiknya malah akan menjauhkan Yesus dari jalan kemesiasannya. Hal yang tadi tak berhasil dilakukan penggoda kini hendak diusahakan oleh Petrus.

Bentakan Yesus dalam 16:23 maupun dalam 4:10 memang dapat dialihbahasakan sebagai “Enyahlah, Iblis!”. Namun ada perbedaan kecil yang mengandung arti bila teks aslinya diterjemahkan secara harfiah. Dalam 16:23 sebetulnya tidak hanya dikatakan kepada Petrus, “Pergi sana, Iblis!” seperti dalam 4:10, tetapi  “Pergi sana kebelakangku Iblis!” Dalam konteks pengusiran, ungkapan “kebelakangku” jelas berarti “mundur pergi dariku”, maksudnya menjauh, tidak lagi menghalang-halangi. Tetapi bila ungkapan “kebelakangku” tadi dibaca seolah-olah didahului dan diikuti tanda koma, akan tampil juga perintah agar pindah ke belakang. Jadi dalam hardikan menyuruh enyah tadi tersirat juga perintah agar Petrus tahu tempatnya yang sebenarnya, yakni di belakang Yesus, sebagai pengikutnya, dan bukan sebagai yang mau mengarah-arahkan dia yang baru saja diakuinya sebagai Mesias, anak Allah yang hidup tadi. Ada ajaran untuk tidak berusaha mengambilalih kepemimpinan. Bila diucapkan dengan suara lantang, pembaca teks asli atau terjemahan harfiah bisa menampilkan makna yang satu atau makna yang lain, bergantung apa berhenti sejenak pada awal dan akhir ungkapan “ke belakangku” tadi. Tanpa jeda, bentakan Yesus kepada Petrus tadi menjadi dampratan keras yang sama rasanya dengan yang diarahkan pada penggoda di padang gurun. Bila diadakan jeda, memang hardikannya masih keras bunyinya, namun nadanya seperti seorang guru bijak yang mengingatkan muridnya agar menaruh diri pada tempat yang semestinya, yakni di belakang, mengikuti dan tidak menjadi penghalang, apalagi mengambilalih perannya.

Pembaca Injil pada zaman itu melihat betapa para murid pertama mengalami kesulitan menerima kenyataan salib dan prospek kebangkitan. Para murid dari generasi kedua dan selanjutnya sudah hidup dalam iman akan salib dan kebangkitan. Mereka sudah mengerti alasan pemberitahuan kesengsaraan tadi. Bagi mereka, makna kedua yang terdapat dalam teguran balasan tadi (yang timbul bila dibuat jeda sebelum dan sesudah “ke belakangku”) memuat saran tersirat agar pemimpin umat tetap berada di belakang Yesus dan tidak berusaha merebut kedudukannya! Saran ini boleh jadi masih berarti pada zaman ini juga.

BARANGSIAPA MAU MENGIKUTI AKU…

Uraian di atas dapat  membantu menjelaskan mengapa setelah mendamprat Petrus dengan cara tadi Yesus menambahkan serangkai tuntutan keras. Siapa yang mau mengikutinya, yakni yang mau berjalan di belakang dan tidak menaruh diri di muka atau menghalangi derap langkahnya itu harus berani juga menyangkal diri. Yang dimaksud dengan menyangkal diri di sini ialah menanggalkan praanggapan-pranggapan sendiri mengenai Yesus. Bukan tuntutan bermatiraga keras. Penyangkalan diri yang diminta Yesus berbeda. Orang diminta tidak lagi memegang pendapat dan keyakinan yang tidak cocok mengenai siapa Yesus itu, dan baru demikian dapat dengan tulus mengakui dia sebagaimana adanya. Dan penyangkalan diri ini ialah jalan berbagi salib dengannya dan mengimaninya. Bisa berat bila sikap keagamaan yang dipegang sudah membeku dan tidak berkembang, tidak lagi bisa menerima kenyataan iman, dan hanya bisa mempercayai pikiran-pikiran sendiri. Dalam hubungan itulah dibicarakan tentang “kehilangan nyawa karena aku akan memperolehnya”. Menanggalkan pikiran sendiri dan meluangkan diri bagi dia yang hidup dalam iman kita.

Ayat 26 memuat pertanyaam retorik, “Apa gunanya memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya!” Gagasan dalam kalimat ini perlu dihubungkan dengan peristiwa godaan di padang gurun ketika Iblis menunjukkan kebesaran dunia (Mat 4:9). Yesus menolaknya dengan berpegang pada ayat Kitab Suci bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah. Kini kepada murid-muridnya dijelaskannya mengapa seluruh dunia tidak sepadan dengan kehidupan sejati yang perlu dijaga sampai akhir zaman. Mereka yang menjalani pilihan tadi akan mendapati diri berjalan bersama Yesus sendiri.

Teriring salam,
A. Gianto

Lamunan Peringatan Wajib

Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis

Sabtu, 29 Agustus 2020

Markus 6:17-29

17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. 18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" 19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, 20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. 21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesar, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. 22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", 23 lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" 24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" 25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" 26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. 27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. 28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. 29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang bisa mengaitkan kebahagiaan dengan rasa senang. Maka orang akan bisa amat ceria karena hadirnya orang dan hal yang menyenangkan.
  • Tampaknya, terhadap orang yang menyenangkan orang bisa amat menyayanginya. Apapun dapat dilakukan demi yang disayangi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun wajar menyayangi sosok yang menyenangkan, kalau terlalu dikuasai oleh kesenangan orang justru mudah terperosok dalam kesalahan besar. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang justru akan menjaga kata dan tindakan ketika hati merasa amat senang.

Ah, wajarlah kalau biasa memberi-beri kepada yang disenangi.

Santo Agustinus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 38390 Diterbitkan: 26 Agustus 2013 Diperbaharui: 13 Oktober 2019

  • Perayaan
    28 Agustus
  •  
  • Lahir
    13 November 354
  •  
  • Kota asal
    Tagaste, Numidia, Afrika Utara (Sekarang Aljazair)
  •  
  • Wafat
    tanggal 28 Agustus 430 di Hippo Afrika utara |
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation


Pujangga Besar Gereja ini  lahir pada tanggal 13 November 354 di Tagaste, Algeria, Afrika Utara dan diberi nama  Aurelius Augustinus.  Ia dibesarkan dan dididik di Karthago, dan dibaptis di Italia. Ibunya, St.Monika, adalah seorang Katolik yang saleh, sementara ayahnya, Patrisius seorang kafir. (Kelak ibunda St.Agustinus juga dinyatakan  sebagai orang kudus dan menjadi pelindung bagi para ibu rumah tangga). Agustinus sendiri memilih menganut aliran Manikeanisme, yaitu aliran yang menolak Allah dan sangat mengagungkan rasionalisme.

Agustinus adalah seorang yang sangat cerdas. Pendidikan dan karier awalnya ditempuhnya dalam bidang filsafat dan retorika, seni persuasi dan bicara di depan publik. Awalnya Ia mengajar di Tagaste dan Karthago, namun ia ingin pergi ke Roma karena ia yakin bahwa di sanalah para ahli retorika yang terbaik dan paling cerdas berlatih.  Karena itu pada usia 29 tahun Agustinus dan Alypius, sahabatnya, pergi ke Roma Italia.  Setelah Beberapa saat tinggal di ibukota kerajaan itu; Agustinus kembali merasa kecewa dengan sekolah-sekolah di Roma, yang dikatakan sangat menyedihkan dan kurang bermutu.  Sahabat-sahabatnya yang mengetahui kecerdasannya segera memperkenalkannya kepada kepala kota Roma, Simakhus, yang saat itu sedang mencari  seorang dosen retorika untuk istana kerajaan di Milano.

Agustinuslah yang kemudian mendapatkan pekerjaan itu dan pindah ke Milan untuk menerima jabatan itu pada akhir tahun 384.  Pada usia 30 tahun karier Agustinus semakin bersinar. Ia dikenal sebagai seorang Professor yang sangat disegani di Milano. Namun demikian, Agustinus merasakan ketegangan dalam kehidupan di istana kerajaan.

Suatu hari ketika ia sedang duduk di keretanya untuk menyampaikan sebuah pidato penting di hadapan kaisar, ia melihat seorang pengemis mabuk yang dilewatinya di jalan ternyata hidupnya begitu bebas dan tidak diliputi kecemasan dibandingkan dirinya. Hal ini membuat ia semakin hari  merasa semakin gelisah. Sama seperti kebanyakan dari kita di jaman sekarang, ia mencari-cari sesuatu dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Tanpa kehadiran Tuhan dalam hidupnya, jiwanya itu tetap kosong. Semua buku-buku ilmu pengetahuan yang dibacanya, tapi ia tidak menemukan kebenaran dan ketentraman jiwa.

Sejak awal tak bosan-bosannya ibunya menyarankan kepada Agustinus untuk membaca Kitab Suci di mana dapat ditemukan lebih banyak kebijaksanaan dan kebenaran daripada dalam ilmu pengetahuan. Tetapi, Agustinus meremehkan nasehat ibunya. Kitab Suci dianggapnya terlalu sederhana dan tidak akan menambah pengetahuannya sedikit pun.

Pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta berkat ajaran St. Ambrosius, Uskup kota Milan.  Namun demikian ia belum bersedia dibaptis karena belum siap untuk mengubah sikap hidupnya yang bergelimang kemewahan. Suatu hari, ia mendengar tentang dua orang yang serta-merta bertobat setelah membaca riwayat hidup St. Antonius Pertapa.  Agustinus merasa malu.

“Apa ini yang kita lakukan?” teriaknya kepada Alypius. “Orang-orang yang tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu pengetahuan kita, demikian pengecut sehingga terus hidup bergelimang dosa!”  Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?”  Sekonyong-konyong ia mendengar seorang anak menyanyi berulang-ulang, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat, “Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari… kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Roma 13:13-14). Ini dia! teriak professor Agustinus  dalam hatinya. Inilah yang ku cari.  Sejak saat itu, Agustinus memulai hidup baru.

Pada tanggal 24 April 387 Agustinus dipermandikan oleh Uskup St.Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan dan dengan beberapa teman dan saudara hidup bersama dalam doa dan meditasi. Pada tahun 388, setelah ibunya wafat, Agustinus tiba kembali di Afrika. Ia menjual segala harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada mereka yang miskin papa. Ia sendiri mendirikan sebuah komunitas religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka Agustinus bersedia menjadi imam. Empat tahun kemudian Agutinus diangkat menjadi Uskup kota Hippo.

Semasa hidupnya Agustinus adalah seorang pengkhotbah yang ulung (lebih dari 350 khotbahnya yang terlestarikan diyakini otentik), dan dikenang akan perjuangannya melawan ajaran sesat Manikeanisme yang pernah dianutnya. Ia juga merupakan pahlawan iman Gereja melawan bidaah Donatis yang telah banyak meyesatkan umat beriman. Agustinus berusaha sekuat tenaga untuk membendung aliran sesat itu. Dalam sebuah debat terbuka dengan para Donatis, Agustinus mematahkan semua argumen mereka sehingga membuat banyak orang telah disesatkan berbalik  kembali ke pangkuan Gereja Katolik.

Agustinus menulis surat-surat, khotbah-khotbah serta buku-buku dan mendirikan biara di Hippo untuk mendidik biarawan-biarawan agar dapat mewartakan injil ke daerah-daerah lain, bahkan ke luar negeri. Gereja Katolik di Afrika mulai tumbuh dan berkembang pesat.

Di dinding kamarnya, terdapat kalimat berikut yang ditulis dengan huruf-huruf yang besar : “Di sini kami tidak membicarakan yang buruk tentang siapa pun.”  dan “Terlambat aku mencintai-Mu, Tuhan”. Agustinus menghabiskan sisa hidupnya untuk mencintai Tuhan dan membawa orang-orang lain untuk juga mencintai-Nya.

Agustinus wafat pada tanggal 28 Agustus 430 di Hippo dalam usia 76 tahun. Makamnya kini terletak di Basilika Santo Petrus di Roma. Kumpulan surat, khotbah serta tulisan-tulisannya adalah warisan Gereja yang amat berharga. Di antara ratusan buku karangannya, yang paling terkenal ialah   “Pengakuan-Pengakuan” dan “Kota Tuhan”.

Thursday, August 27, 2020

Opname Lagi

Pada hari Kamis 27 Agustus 2020 jam 17.29 Rm. Bambang mengirim pesan WA ke Bp. Uskup Mgr. Rubiyatmoko "Monsinyur, Rm. Ria benter. Mlebet Lukas 214 p rapih. Berkah Daleeem" (Monsinyur, Rm. Ria mengalami panas badan. Masuk ruang Lukas 214 di RS Panti Rapih). Duabelas menit kemudian datang pesan balik dalam WA dari Bapak Uskup "Sugeng sonten, Romo. Maturnuwun informasinipun. Mugi Rm Ria enggal dhangan malih. Berkah Dalem" (Selamat sore, rama. Terima kasih atas informasinya. Semoga Rm. Ria cepat sembuh. Berkah Dalem). Rm. Bambang langsung menambahkan informasi "Kabaripun kenging herpes ing dada. Matur nuwun pandonganipun" (Menurut informasi kena herpes di dada. Terima kasih dan mohon doa). Bapak Uskuppun langsung menyampaikan kata-kata "Waduh..... baju²nya dicuci  terpisah dr yg lain nggih. Nwn" (Aduh ..... baju-bajunya dicuci terpisah dari yang lain, ya. Terima kasih).

Rm. Ria sejak pagi, ketika makan bersama, memang sudah tampak tidak segar. Kebetulan pada hari itu pada jam 10.40an Mbak Truli, adiknya, datang. Hari itu Rm. Ria memang akan kontrol ke dokter kulit dan kini Mbak Truli biasa mendampingi. Ternyata pada saat itu badan Rm. Ria lemas. Ketika diukur suhunya tertulis di alat 38,4 dan gula 280. Beliau juga gemetar. Rm. Bambang minta Mas Abas untuk memberi tahu dibawa di RS Panti Rapih. Tetapi katanya Rm. Ria meminta sore saja sekalian kontrol dokter. Pada saat makan siang beliau dilayani di kamarnya. Rm. Bambangpun memutuskan untuk segera membawa ke Panti Rapih. Mas Fallah diminta makan dan kemudian dengan mobil mengantar ke Rumah Sakit. Mbak Truli pada jam 17.00 mengirim berita ke WA ke Rm. Bambang "Mo mniko Rm Rio kedah opnam dulu ..... karena demam diakibatkan herpes..." (Rama, ini Rm. Ria harus rawat inap lebih dahulu..... karena demam yang diakibatkan oleh herpes...). 

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja

Jumat, 28 Agustus 2020

Matius 25:1-13

1. "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. 2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. 6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! 7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, pada umumnya orang menginginkan masa depan ceria. Dia bisa membangunnya dengan membangun visi dan misi serta menyusun agenda jangka pendek, menengah dan jauh.
  • Tampaknya, dalam hidup rohani orang juga sadar akan datangnya kematian. Orang dapat menyiapkan diri untuk mendapatkan surga dengan tekun menjalani hidup beragama.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, walau selalu berpikir kedepan termasuk kematian dan membuat kesiagaan, sejatinya orang selalu ada dalam kesiagaan kalau setia menjaga hati segar dalam keadaan apapun. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu berada dalam kesiagaan menyambut hari depan baik karena selalu menjaga hati segar ada dalam keceriaan.

Ah, asal menjalani warisan keagamaan dengan rajin dan taat orang sudah siap mati.

Beato Dominikus Barberi

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2730 Diterbitkan: 20 Januari 2017 Diperbaharui: 20 Januari 2017

  • Perayaan
    27 Agustus
  •  
  • Lahir
    22 Juni 1792
  •  
  • Kota asal
    Viterbo, Italia
  •  
  • Wilayah karya
    Inggris
  •  
  • Wafat
    27 Agustus 1849 di Reading, Berkshire, Inggris
    Sebab Alamiah
  •  
  • Venerasi
    16 Mei 1937 oleh Paus Pius XI
  •  
  • Beatifikasi
    27 Oktober 1963 oleh Paus Paulus VI - di Roma Italia


Beato Dominikus Barberi dari Bunda Allah lahir dari keluarga pertanian yang taat pada tahun 1792 di Viterbo, Italia. Pada usia 22 tahun, ia mengalami panggilan Allah untuk kerasulan. Ia meninggalkan pekerjaannya di pertanian dan masuk biara Pasionis di mana ia mencurahkan pikiran dan hati serta seluruh hidupnya. Setelah ia ditahbiskan menjadi Imam pada tahun 1818, ia menjadi pembimbing spiritual, mengajar, mewartakan Sabda dan menulis banyak karya filosofis, teologis dan kotbah.

Dipenuhi dengan semangat Santo Paulus dari Salib, ia meninggalkan Italia dan pergi ke Belgia. Di sana ia mendirikan Pasionis pada tahun 1840 dan kemudian di Inggris pada tahun 1842. Pada saat itu Ia menanggapi panggilan Ilahi yang selalu bersamanya untuk berjuang bagi persatuan umat kristen di Inggris.

Dalam waktu delapan tahun ia telah mendirikan empat Komunitas Pasionis dan melakukan sebuah kerasulan yang luas dengan mewartakan Sabda Salib dan Retret Sengsara Yesus di seluruh negeri. Tulisan-tulisan dan kekudusan pribadinya membawa banyak orang  kepada iman; dan salah satu yang paling menonjol di antara orang-orang yang diterima ke dalam Gereja itu adalah John Henry Newman.

Dominikus Barberi meninggal di Reading pada tanggal 17 Agustus 1849 di usianya yang ke-57. Dia dinyatakan Beato oleh Paus Paulus VI dalam Konsili Vatikan II pada 23 Oktober 1963.

Wednesday, August 26, 2020

Lamunan Peringatan Wajib

Santa Monika, Ibu Santo Agustinus

Kamis, 27 Agustus 2020

Matius 24:42-52

42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. 43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. 44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." 45 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? 46 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. 47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. 48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: 49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, 50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, 51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, pada umumnya penganut agama dan kepercayaan percaya bahwa hidup tidak berhenti di dunia ini. Dengan meninggal dunia orang masuk dalam terminal kehidupan kekal.
  • Tampaknya, pada umumnya orang beragama dan berkepercayaan menginginkan kebahagiaan dalam kehidupan kekal. Orang akan berjaga-jaga bersiap diri dengan rajin menjalani agama dengan segala tatanannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun rajin menjalani kehidupan beragama, orang belum sungguh memiliki kesiagaan menikmati hidup abadi bila tidak menjalani tanggungjawab kehidupan duniawi sehari-hari. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati secara alami orang sudah menyiapkan diri untuk masuk dalam keabadian karena tahu tugas hariannya dan komitmen menjalaninya.   

Ah, asal sungguh menjalani agama pasti masuk surga.