Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, May 31, 2018

Grand Inna Maliboro


Sebenarnya Minggu itu, 27 Mei 2018, sudah ada rombongan pengunjung di Domus Pacis yang sudah datang sebelum jam 09.00. Untung rombongan ini sedang diberi acara untuk keliling kompleks Domus Pacis ketika ada rombongan lain, yaitu Grand Inna Maliboro. Sebenarnya kepada ini Rm. Bambang sudah menyarankan untuk datang pada siang hari sesudah ke Panti Susteran Alma di Berbah. Tetapi mereka akan tetap datang pagi dengan alasan karena beberapa anggota harus menjalani sift kerja di hotelnya. Pada hari Sabtu 26 Mei 2018jam 10.01 salah satu penghubung mengirim pesan lewat WA Rm.Bambang:
__________________________________________________________________________

Sy Eny Grand Inna Malioboro.
Kami konfirmasi ulang ,tgl.27 Mei 2018 Komunitas Umat Kristiani Grand Inna Malioboro (KRISNA)
Akan melaksanakan perayaan Paskah di Panti Rumah Romo Sepuh .
Jam ; 09.00 wib
Total ; 25 org
Acara; Kunjungan dan doa bersama
Penyerahan Tali Kasih.
Demikian Romo atas perkenannya Romo kami ucapkan terima kasih.\
Pengurus Krisna.
_________________________________________________________________________

Di Domus Pacis mereka di terima di Kapel Snto Barnabas untuk omong-omong sejenak tanya jawab tentang Domus. Sesudah itu Rm. Bambang diminta untuk mendoakan mereka. Pertemuan memang tak sampai 30 menit. Yang pokok mereka menjalankan salah satu acara yang dicanangkan pada Paskah 2018.

Percikan Nas Jumat, 01 Mei 2018

Peringatan Wajib. St. Yustinus
warna liturgi Merah

Jumat, 01 Mei 2018

Bacaan-bacaan:
1Ptr. 4:7-13; Mzm. 96:10,11-12,13; Mrk. 11:11-26. BcO 2Kor. 11:30-12:13
Nas Injil:
11 Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya. 12 Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. 13 Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. 14 Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya. 15 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, 16 dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. 17 Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” 18 Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. 19 Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. 20 Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. 21 Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.” 22 Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah! 23 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. 24 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. 25 Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” 26 (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)
Percikan Nas
Menarik sekali apa yang dikatakan Yesus, “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk 11:24). Yesus menjanjikan itu kepada kita. Syaratnya: tidak boleh bimbang.
Tidak bimbang memang kunci akan keberhasilan. Ketika kita mempunyai keyakinan kita akan mampu melakukan dan mendapatkan apa yang kita inginkan. Coba bayangkan kalau kita mau melompati parit. Kalau kita yakin bisa melompati maka kita pun bisa melompati. Tapi kalau kita ragu maka kita pun tidak bisa melompatinya.
Maka dalam kesempatan ini rasanya kita perlu membangun sikap batin untuk yakin tanpa bimbang terhadap sesuatu. Bila kita mau melakukan sesuatu kita tidak perlu ragu dan tidak memberikan kesempatan hadirnya keraguan. Tidak bimbangnya kita menentukan keberhasilan kita. Tuhan pun tidak ingin kita bimbang.
Doa:
Tuhan mantapkan hatiku. Semoga aku tidak gampang ragu dan bimbang. Aku percaya rahmat-Mu mengalir pada diriku yang percaya tanpa bimbang kepada-Mu. Amin.
Tak bimbang.
(goeng).

Lamunan Pesta Wajib

Santo Yustinus, Martir
Jumat, 1 Juni 2018

Markus 11:11-26

11:11 Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.
11:12. Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar.
11:13 Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara.
11:14 Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya.
11:15 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya,
11:16 dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah.
11:17 Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!"
11:18 Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
11:19 Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.
11:20 Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya.
11:21 Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering."
11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!
11:23 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.
11:24 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.
11:25 Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."
11:26 (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa untuk berdoa orang harus fokus ke yang ilahi. Doa adalah hubungan personal orang dengan yang ilahi.
  • Tampaknya, dalam doa orang menyerahkan segala yang dialami kepada yang ilahi. Dari situ orang mengalami ada doa syukur dan ada pula doa permohonan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun berjuang fokus kepada yang ilahi, orang tidak akan mengalami kesejatian doa kalau tidak memiliki landasan jiwa pengampunan terhadap orang lain karena di dalam doa orang terutama menghayati belas kasih-Nya yang penuh pengampunan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati di dalam doa orang menumbuhkembangkan jiwa pengampunan.
Ah, pengampunan akan diberikan kalau yang salah mau mengubah diri.

Wednesday, May 30, 2018

Teladan Srawung Bunda Maria: Gembira dan Rendah Hati


Kamis, 31 Mei 201
Pesta St. Perawan Maria Mengunjungi St. Elisabeth
Refleksi harian dan doaku berdasarkan Lukas 1: 39-56

Sahabatku terkasih. Hari ini adalah Pesta St. Perawan Maria Mengunjungi St. Elisabeth. Maria bergegas berangkat dan pergi ke daerah perbukitan menuju kota Yehuda, ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elizabeth. Ketika Elizabeth mendengar salam Maria, bayi itu melonjak kegirangan. Perjalanan Maria yang penuh bahaya itu berbuah sukacita bagi dirinya, Elizabeth dan janin dalam rahim Elizabeth yang sudah bernama yakni Yohanes (Pembaptis).

Apa yang mendorong Maria untuk melakukan perjalanannya yang berbahaya tidak hanya sendirian, tetapi bergegas cepat-cepat? Jawabannya, ada daya kekuatan yang tak tertahankan bertindak dalam Maria yakni kehadiran Roh Kudus yang memenuhi dirinya dengan cinta mesra sejak saat Kabar Sukacita. Roh Kudus yang sama ini telah memenuhi hati Elisabet pada salam Maria dan memindahkan bayi itu ke dalam rahimnya. Buah pertama dari kepenuhan Roh Kudus adalah sukacita dan kegembiraan. 

Baik Maria maupun Elizabeth bersuka cita dan bergembira oleh karena Roh Kudus dalam kerendahan hati. Elizabeth sangat menyadari kerendahan hatinya sendiri dalam menghadapi kunjungan dari ibu dari Tuhannya. Maria menggemakan sikap kerendahan hati yang mendalam ini di seluruh Magnificat-nya. Madah Magnificat adalah ledakan kerendahan hati Maria dalam sukacita. Inilah sukacita yang dirasakan hati ketika kita berlutut untuk memuja Yesus dalam iman, harapan dan cinta. 

Tuhan Yesus Kristus, semoga sukacita Roh Kudus menghasilkan Pentakosta baru yang terpancar dari kehidupanku. Sama seperti Santa Perawan Maria, semoga Roh Kudus menggerakkan hati dan hidupku untuk srawung dengan sesama. Semoga srawung itu berbuah sukacita dalam kerendahan hati saling memuji dan menghargai satu terhadap yang lain, kini dan sepanjang masa. Amin.

JoharT Wurlirang-Bendan Duwur, 31/5/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Arti Gelar-Gelar Maria

diambil dari http://majalah.hidupkatolik.com 


HIDUPKATOLIK.com – Apa arti gelar-gelar Maria dalam Litani Santa Perawan Maria, misalnya Cermin Kekudusan, Takhta Kebijaksanaan, Bejana Ro­hani, Bejana Kebaktian Utama, Benteng Daud, Benteng Gading, Rumah Kencana, Tabut Perjanjian? Mohon penjelasan.Charles Liyanto, Sintang
Gelar-gelar Maria dalam Litani Santa Perawan Maria yang berasal dari Loreto, Itali, berkaitan dengan nubuat dan gambaran dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan peran Bunda Maria dalam karya penyelamatan Kristus. Kebanyakan gelar itu didasarkan pada keibuan dan kesucian Bunda Maria serta keutamaan-keutamaan dan peran Maria sebagai kepanjangan peran Yesus.
Gelar Cermin Kekudusan (Lat: speculum iustitiae yang arti harafiahnya ialah cermin keadilan/kebenaran), hendak menunjukkan bahwa Bunda Maria bagaikan cermin yang memantulkan kebenaran Allah. Hal ini berarti karya Allah yang membenarkan dan menguduskan serta menebus kita, yaitu Yesus Kristus (1 Kor 1:30). Gelar ini merujuk pada kesucian Bunda Maria. Seluruh pribadi Maria mencerminkan keadaan orang yang benar atau kudus berkat karya penebusan Allah melalui Yesus Kristus.
Takhta Kebijaksanaan (Lat: sedes sapientiae) mengingatkan kita pada Sir 24:4, yaitu, “Aku telah tinggal di tempat yang tinggi dan takhtaku di atas tiang awan.” Tiang awan itulah yang menyertai perjalanan Israel. Sedangkan Kebijaksanaan Ilahi ialah Yesus. Yesus Kristus adalah Hikmat Allah (bdk 1 Kor 1:30). Melalui inkarnasi, Kebijaksanaan Ilahi tidak lagi bertakhta di atas tiang awan, tetapi di dalam rahim Bunda Maria. Gelar ini merujuk pada keibuan Maria.
Gelar-gelar Maria dalam Litani Santa Perawan Maria yang berasal dari Loreto, Itali, berkaitan dengan nubuat dan gambaran dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan peran Bunda Maria dalam karya penyelamatan Kristus. Kebanyakan gelar itu didasarkan pada keibuan dan kesucian Bunda Maria serta keutamaan-keutamaan dan peran Maria sebagai kepanjangan peran Yesus.
Gelar Cermin Kekudusan (Lat: speculum iustitiae yang arti harafiahnya ialah cermin keadilan/kebenaran), hendak menunjukkan bahwa Bunda Maria bagaikan cermin yang memantulkan kebenaran Allah. Hal ini berarti karya Allah yang membenarkan dan menguduskan serta menebus kita, yaitu Yesus Kristus (1 Kor 1:30). Gelar ini merujuk pada kesucian Bunda Maria. Seluruh pribadi Maria mencerminkan keadaan orang yang benar atau kudus berkat karya penebusan Allah melalui Yesus Kristus.
Takhta Kebijaksanaan (Lat: sedes sapientiae) mengingatkan kita pada Sir 24:4, yaitu, “Aku telah tinggal di tempat yang tinggi dan takhtaku di atas tiang awan.” Tiang awan itulah yang menyertai perjalanan Israel. Sedangkan Kebijaksanaan Ilahi ialah Yesus. Yesus Kristus adalah Hikmat Allah (bdk 1 Kor 1:30). Melalui inkarnasi, Kebijaksanaan Ilahi tidak lagi bertakhta di atas tiang awan, tetapi di dalam rahim Bunda Maria. Gelar ini merujuk pada keibuan Maria.
Gelar Bejana Rohani (Lat: vas spirituale) tidak dipertentangkan dengan bejana jasmani, tetapi merujuk kepada karya Roh Kudus atas diri Maria. Bunda Maria mengandung dari Roh Kudus (Mat 1:18). Lukas mengatakan bahwa Roh Kudus menaungi Maria (Luk 1:35) sehingga Allah Putra menjelma menjadi manusia. Bunda Maria adalah bejana yang dinaungi Roh Kudus. Jadi, gelar Bejani Rohani merujuk pada kesucian Maria yang terbuka pada kehadiran dan karya Roh Kudus.
Bunda Maria juga dipuji sebagai Bejana Kebaktian Utama (Lat: vas insigne devotionis), artinya Maria merupakan tempat unggul (vas insigne) dari penyerahan diri manusia, keterarahan diri manusia kepada Allah semata-mata. Maria sepenuh-penuhnya menyerahkan diri kepada Allah (Luk 1:38) untuk digunakan Allah dalam karya penyelamatan-Nya. Gelar ini merujuk pada kesetiaan dan ketekunan iman Maria.
Bunda Maria pun dipuji sebagai Benteng Daud dan Benteng Gading (Lat: turris eburneus). Benteng ialah menara (Lat: turris). Kedua gelar ini mengingatkan kita pada Kid 4:4 dan 7:4. Dalam Kidung Agung, kedua gelar ini diberikan kepada mempelai wanita. Dalam tradisi Kristiani, mempelai pria disamakan dengan Kristus, sedangkan mempelai wanita diartikan Gereja, jiwa orang beriman dan Maria. Jadi, gelar Menara Daud dan Menara Gading hendak menegaskan cinta hangat Maria kepada Kristus. Hubungan kemempelaian di sini harus diartikan sebagai kemitraan dalam karya, bukan dalam arti bio-sosiologis seperti suami dan istri. Kristus bekerjasama dengan Bunda Maria melahirkan kita dalam tata penyelamatan.
Gelar Rumah Kencana mengingatkan kita pada Bait Allah yang dilapisi emas (1 Raj 6:20-22). Allah tinggal dalam Bait Allah yang dilapisi emas itu. Dalam Perjanjian Baru, Allah Putra yang menjelma menjadi manusia, tinggal dalam rahim Bunda Maria. Karena keibuannya ini, Bunda Maria disebut sebagai Rumah Kencana.

Lamunan Pesta

Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet
Kamis, 31 Mei 2018

Lukas 1:39-56

1:39. Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
1:40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
1:41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
1:42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
1:43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
1:44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
1:45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
1:46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,
1:47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
1:48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
1:49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.
1:50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
1:51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
1:52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;
1:53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
1:54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,
1:55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."
1:56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang yang memiliki suara mantap dan bening dapat membuat orang lain enak mendengarnya. Orang dapat mengatakan “suaranya bagus” karena perasaan nyaman mendengarkannya.
  • Tampaknya, orang yang memiliki suara merdu kalau bernyanyi akan mudah membuat orang lain terhibur. Perasaan orang dapat terlela-lela bahkan penuh gejolak kegirangan menikmati alunan berlagunya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki suara indah dan penuh kemerduan, hal itu belum tentu menghibur kalau tidak muncul dari kebiasaan orang hidup dari tuntunan nurani yang mudah membuat orang lain tersentuh lubuk hatinya sekalipun hanya lewat sapaan singkat. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati dengan sapaan saja orang sudah dapat membuat orang lain mengalami sukacita.
Ah, pada jaman kini yang menggembirakan itu yang menghasilkan banyak uang.

Percikan Nas Kamis, 31 Mei 2018

Pesta SP Maria Mengunjungi Elisabet
warna liturgi Putih

Kamis, 31 Mei 2018

Bacaan-bacaan:
Zef. 3:14-18a atau Rm. 12:9-16b; MT Yes. 12:2-3,4-bcd,5-6; Luk. 1:39-56. BcO Kid. 2:8-14; 8:6-7.
Nas Injil:
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” 46 Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Percikan Nas
Dalam imaginasi saya di film musikal “Di Mataku” saya membayangkan kegundahan hati Maria setelah menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Sahabat-sahabatnya meninggalkan Maria karena apa yang diiyakan Maria terasa berat dan mereka tidak bisa membantu. Dalam kegelisahannya ia pun pergi menemui Elisabet saudarinya.
Berjumpa dengan Elisabet Maria merasa dikuatkan. Mereka pun yakin (dalam syair lagu yang kutulis) dengan mengatakan, “Jalan ini berat, banyak tanya di hati. Namun kami percaya Engkau slalu mendampingi.” Mereka sama-sama merasakan bahwa menjalani rencana Tuhan itu berat. Ada banyak pertanyaan yang mungkin belum bisa segera dijawab. Walau demikian mereka percaya Tuhan selalu mendampingi.
Perjumpaan persahabatan dengan Elisabet sungguh menguatkan Maria menerima dan menjalani kehendak Tuhan. Dalam hidup kita pun mungkin masih tersimpan banyak pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Kadang hal itu bisa membuat kita ragu bahkan berhenti melangkah. Belajar dari Maria dan Elisabet kita mesti percaya Tuhan selalu mendampingi. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan mereka yang menjalankan kehendak-Nya. Ia akan selalu memberikan jalan walau kesulitan hebat menghadang.
Doa:
Tuhan, jalan ini berat. Banyak tanya di hati. Namun kami percaya Engkau slalu mendampingi. Engkau tidak akan pernah meninggalkan kami dalam kesulitan yang tidak mudah kami atasi. Pada-Mu selalu ada jalan. Amin.
Perjumpaan Sahabat.
(goeng).

SAKSI IMAN DERITA KRISTUS

KETIKA LANSIA MENERIMA SAKRAMEN URAPAN ORANG SAKIT

Menakutkan?

Di dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) salah satu dari tujuh Sakramen yang berkaitan dengan kondisi sakit di sebut Sakramen Urapan Orang Sakit. Tetapi banyak umat Katolik menyebutnya Sakramen Perminyakan. Dibandingkan dengan enam sakramen lainnya, Sakramen ini kerap diterima dengan rasa kurang menggembirakan. Orang dapat mengadakan pesta karena menerima Sakramen Permandian, Sakramen Penguatan, Komuni Pertama, apalagi untuk Sakramen Perkawinan dan Sakramen Pentahbisan. Menjelang Paskah dan Natal orang juga dapat berbondong-bondong untuk menerima Sakramen Pengakuan. Namun demikian Sakramen Perminyakan dapat menimbulkan rasa takut. Orang Katolik dapat ketakutan untuk menerimanya karena kekuatiran untuk meninggal dunia. Hal ini dilandasi oleh kebiasaan penerimaan Sakramen ini berkaitan dengan kondisi sakit berat yang menempatkan penderita berada dalam bahaya kematian. Ketakutan ini makin diperparah kalau di dalamnya terselip kepercayaan bahwa dengan menerima Sakramen Perminyakan, di samping kemungkinan orang dapat cepat sembuh dari penyakitnya, orang juga dapat cepat meninggal dunia kalau memang harus wafat.

Yang jelas dalam KGK  1514 dinyatakan bahwa Sakramen Urapan Orang sakit “bukanlah Sakramen bagi mereka yang berada di ambang kematian saja.”  Selain orang yang sakit berat dan yang menghadapi operasi besar, kaum lanjut usia juga termasuk yang dapat menerima. Hal ini didasari oleh alasan bahwa kaum lanjut usia dapat memiliki kondisi kekuatan badan yang mulai melemah (KGK 1515). Tentang kaum lansia bila menerima Sakramen Urapan Orang Sakit inilah yang akan kita bicarakan di sini.

Kan Masih Bisa Aktif?

Barangkali orang lanjut usia memang sudah terjangkit satu atau lebih penyakit bahkan penyakit yang membutuhkan perhatian hingga wafat. Barangkali karena penyakitnya lansia harus menyantap obat atau obat-obat seumur hidup. Hal ini memang membuat kondisi badan melemah tak sekuat sebelum punya penyakit apalagi seperti jaman masih punya kebugaran badan. Tetapi dibandingkan dengan yang boleh menerima Sakramen Urapan Orang Sakit lainnya, yaitu yang menderita sakit berat dan menghadapi operasi besar sehingga tak dapat ke mana-mana, kaum lansia yang diomongkan di sini relatif masih dapat mengalami mobilitas aktif.

Karena masih bisa aktif bahkan untuk kepentingan banyak orang, penghayatan iman lansia yang menerima Sakramen Urapan Orang Sakit selayaknya dicari kekhasannya. Dengan tulisan ini saya akan mencoba menyampaikan yang barangkali dapat menjadi kekhasan. Tentu saja ini adalah renungan saya berdasarkan pengalaman pribadi sebagai sosok yang boleh ikut dalam jajaran kelompok lansia. Lebih dari ini saya juga mengalami beberapa penyakit: hipertensi, kolesterol, trigiserit, asam urat, dan diabetes. Ada obat-obat yang harus saya santap setiap hari yang katanya sampai akhir hayat. Hipertensi saya derita mulai tahun 1972 ketika saya berumur 21 tahun. Kolesterol, trigiserit, dan asam urat sudah menyangkiti saya pada usia 40an hingga 50an tahun. Sedang diabetes diketahui hadir pada Januari 2012 ketika saya hampir 61 tahun. Meskipun demikian, tidak sedikit orang yang berkomentar bahwa saya kelihatan segar. Dan benar, saya memang banyak merasa badan segar dan memang masih bisa ikut melayani umat dengan berbagai keterbatasan saya.

Saksi Iman dalam Kelemahan dan Derita

Satu hal yang harus dicatat adalah bahwa sampai tulisan ini saya buat saya belum pernah menerima Sakramen Urapan Orang Sakit. Tetapi dari merenungkan KGK  1499-1525 dan omong-omong dalam Jagongan Iman dengan kelompok lansia di Pringgolayan dan Gondang, saya memberanikan diri untuk menyampaikan pertimbangan  tentang kekhasan penghayatan lansia kalau menderima Sakramen ini. Apalagi sebagai salah satu imam Gereja Katolik saya merasa ikut mendapatkan amanat Gereja yang berbunyi “Para pastor mempunyai kewajiban untuk mengajarkan umat beriman mengenai daya guna yang menyelamatkan dari Sakramen ini.” (KGK 1516) Dari daya guna inilah saya mau mengetengahkan pertimbangan saya. Daya guna Sakramen ini saya ambil dari buah-buah Perayaan Urapan Orang Sakit (KGK 1520-1523): anugerah khusus Roh Kudus, persatuan dengan sengsara Kristua, rahmat Gerejani, dan persiapan perjalanan terakhir.
  1.  Sadar kurnia. Buah pertama dari Perayaan Urapan Orang sakit dinyatakan sebagai berikut: “Rahmat pertama Sakramen ini ialah kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan satu penyakit berat atau dengan kelemahan karena usia lanjut.” (KGK 1520). Ini semua adalah kekuatan Roh Allah yang membawa orang menuju kesehatan jiwa, dan kalau Allah menghendaki juga menuju pada kesembuhan badan. Dengan pelayanan imam dalam Sakramen ini orang akan mengalami kesehatan jiwa. Hal ini terjadi sebagaimana dikatakan oleh Santo Yakobus “Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” (Yak 5:15b) Dengan menerima urapan yang dilandasi doa yang sungguh beriman orang akan mengalami keselamatan dan kebangkitan batin. Dan bila berdosa, dia mengalami pengampunan. Suasana jiwa ceria sungguh dapat membawa suasana badan segar. Ada yang bilang bahwa kesegaran batin adalah obat yang berkekuatan 80% untuk kesehatan badan. Layaklah bila ada ungkapan mens sana in corpore sano (dalam jiwa sehat terdapat badan sehat). Dari buah pertama ini lansia perlu menyadari kurnia atau kurnia-kurnia apa yang sebetulnya ada dalam diri. Ini perlu digali dan atau dikembangkan. Karena itu adalah karunia atau rahmat (yang dalam bahasa Latin gratia yang berarti pemberian cuma-cuma), maka lansia akan memanfaatkannya sebagai ambil bagian demi kebaikan umum karena “tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.” (1 Kor 12:7)
  2.  Ahli menderita. Dengan menerima Sakramen Urapan Orang Sakit orang “menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat dengan sengsara Tuhan” (KGK 1521). Di sini Katekismus juga mengatakan bahwa dengan menerimanya orang beriman seakan-akan “ditahbiskan untuk menghasilkan buah melalui keserupaan dengan sengsara Juru Selamat yang menebus.” (idem) Dengan ini lansia penerima dapat menjalani apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23) Orang ikut menghadirkan makna baru kesengsaraan sebagai keikutsertaan karya penyelamatan Yesus. Bagi orang beriman salib, sebagai tanda kesengsaraan yang menyelamatkan, adalah kebanggaan utama. Dengan demikian kita dapat berkata seperti Santo Paulus “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” (Gal 6:14) Dengan kenyataan iman itu lansia penerima Sakramen Urapan Orang sakit sewajarnya akan mampu menghayati keceriaan sebagai semangat hidup sekalipun mengalami derita karena kelemahan badan dan mungkin juga penyakit seumur hidup.
  3.  Rasul sesama penderita. Dengan merujuk ke KGK 1522, di dalam penerimaan Sakramen ini Gereja mendoakan kaum lansia di dalam persekutuan. Tetapi yang juga harus diingat adalah bahwa penerimaan Sakramen Urapan Orang Sakit menjadikan kaum lansia ikut menjadi rasul khusus dalam Gereja. Secara praktis lansia penerima menjadi bagian gerakan Gerejani yang bertugas “menderita dan menyerahkan diri kepada Allah Bapa melalui Kristus” demi pengudusan Gereja dan kesejahteraan semua orang. Tugas itu menjadi amanat bagi lansia penerima Sakramen Urapan Orang Sakit dalam menghayati kelemahan dan derita sakitnya sebagai daya motivasi untuk menjadi pewarta dan saksi karya Kristus bagi orang-orang lain sesama penderita.
  4.  Penghayat keabadian dalam kefanaan. Sakramen Urapan Orang Sakit bagi orang yang mendekati ajal menjadi kekuatan jiwani untuk berhadapan dengan saat akhir hidup di dunia. Hal ini dilandasi bahwa wafat dan kebangkitan Kristus adalah jalan keselamatan yang diyakini sejak penerimaanm Sakramen Pembaptisan. Bagi orang Kristiani  kematian adalah “sebagai pertemuan dengan Kristus dan sebagai langkah masuk ke dalam kehidupan abadi.” (KGK 1020). Bagi para lansia, penerimaan ini membuat kekuatan hati untuk siap sedia kapanpun Allah memanggil. Yang harus dicatat adalah keyakinan bahwa dalam pangkuan Bapa yang ada adalah kebahagiaan kekal. Kesediaan itu dapat dihayati di dalam kehidupan harian yang menampakkan kegembaraan batin sekalipun memiliki penyakit yang bagi banyak orang mengakibatkan kematian.

Puren, 25 Mei 2018

D BAMBANG SUTRISNO, PR.

Catatan:
Tulisan ini dibuat sebagai sajian dalam peristiwa Perayaan Sakramen Urapan Orang Sakit yang diterimakan bagi para lanjut usia di Paroki Pringgolayan, Yogyakarta, pada hari Selasa 29 Mei 2018.

Tuesday, May 29, 2018

Singkirkan Iri dan Dengki, Pikullah Salibmu Bersama Kristus


Rabu, 30 Mei 2018
Pekan Biasa VIII
Refleksi harian dan doaku berdasarkan Markus 10: 32-45
Sahabatku terkasih. Yesus berjalan di depan murid-muridNya, tegar dan teguh. Beberapa dari mereka yang mengikutiNya mulai gelisah, tetapi Yakobus dan Yohanes tampaknya tidak memahami keadaan yang serius itu. Tampaknya Yesus ditemani, namun dalam arti tertentu, Dia sendirian. Mereka tidak memahami yang dikatakan Yesus. Berulang kali Yesus mencoba menjelaskan kepada pengikutNya bahwa Ia akan ditolak dan diejek dan menderita kematian yang paling kejam. Tetapi mereka tampaknya tidak mampu menangkap pesan itu. Semua dianggap tidak masuk akal. 

Kadang-kadang kita juga mendengar dan membaca Sabda Kristus tentang salib yang harus kita pikul setiap hari dan bahwa kita harus kehilangan hidup kita demi Dia. Namun kita tidak paham. Bahkan ingin membuang salib itu. Yesus terus mengundang kita untuk mengikuti jejakNya dan memikul salib kita sehari-hari bersama Kristus.

Tuhan, sering kami lebih suka memerintah daripada taat. Sikap iri dan dengki menyebabkan persaingan dan perasaan pahit. Tolonglah daku untuk bersemangat taat dan setia memikul salibku. Ajarilah daku bersikap lemah lembut dan rendah hati kini dan selamanya. Amin.

 JoharT Wurlirang, 29/5/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Percikan Nas Rabu, 30 Mei 2018

Marta Wiecka, Baptista Varani, Yakobus Filipus Bertonius
warna liturgi Hijau

Rabu, 30 Mei 2018

Bacaan-bacaan:
1Ptr. 1:18-25; Mzm. 147:12-13,14-15,19-20; Mrk. 10:32-45. BcO 2Kor. 10:1-11:6.
Nas Injil:
32 Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, 33 kata-Nya: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, 34 dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.” 35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” 36 Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” 37 Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” 38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” 39 Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. 40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.” 41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Percikan Nas
Pada masa sekarang uang mendatangkan kuasa dan kekuasaan mendatangkan uang. Maka mereka yang beruang akan bertaruh mengejar kekuasaan atau minimal mendukung orang yang menguntungkannya untuk meraih kekuasaan. Dan mereka yang berkuasa cenderung mengumpulkan uang demi kepentingan sendiri dan kelompoknya. Maka banyak catatan tentang mahar politik maupun korupsi.
Yakobus dan Yohanes pun ingin mendapatkan kedudukan dalam kemuliaan Tuhan. Namun Tuhan mengingatkan bahwa kekuasaan dan kemuliaan yang dimiliki adalah untuk melayani bukan untuk menguasai. Pelayanan yang diberikan ini untuk kesejahteraan dan kedamaian bersama.
Rasanya sikap Tuhan itu bukan hanya menjadi tantangan pada jaman-Nya tapi juga jaman sekarang. Pemimpin masa kini mesti mengedepankan usaha menjalankan kekuasaan demi pelayanan warganya agar makin sejahtera dan damai. Maka kita pun sebagai warga negara mesti cerdas dalam menentukan siapa yang dipilih. Jangan sampai hanya karena kelompoknya atau karena uang 100rb kita mengorbankan idealisme kita dan memilih pemimpin yang mementingkan diri sendiri.
Doa:
Tuhan semoga para pemimpin kami mempunyai jiwa melayani demi kesejahteraan dan kedamaian bersama. Semoga para warga pun cerdas dan berani memilih pemimpin yang sungguh akan mensejahterakan mereka. Amin.
Pemimpin melayani.
(goeng).

Lamunan Pekan Biasa VIII

Rabu, 30 Mei 2018

Markus 10:32-45

10:32. Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya,
10:33 kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
10:34 dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit."
10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"
10:36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"
10:37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."
10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"
10:39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.
10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."
10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.
10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran feodalistik yang menganggap martabat orang ditentukan oleh status sosialnya. Orang akan menjadi tokoh terpandang kalau memiliki jabatan tinggi.
  • Tampaknya, di era demokratis pun kedudukan sosial juga masih banyak yang mengejar. Melalui pemilihan umum banyak orang berlomba-lomba untuk berebut kursi jabatan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun rakyat masih mudah disogok dan ditipu untuk meraih jabatan kepemimpinan, bagaimanapun juga perolehan kedudukan adalah ketentuan ilahi lewat pemilihan umum seburuk apapun. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menerima hasil pemilihan umum sekalipun di situ terjadi aneka rekayasa kejahatan.
Ah, kalau proses pemilihan umum buruk yang hasilnya harus ditolak.

Berkah Penyangkalan Diri Demi Kristus


Selasa, 29 Mei 2018
PW Santo Filipus Neri, Imam
Refleksi harian dan doaku berdasarkan Markus 10: 28-31

Sahabat terkaaih. Sekilas, kata-kata Petrus kepada Yesus tampak egois.
"Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau." Kalimat itu tampaknya belum selesai dan bisa saja dilanjutkan dengan pertanyaan, "Apa manfaatnya bagi kami?" Namun, pertanyaan itu sesungguhnya tidak didorong oleh keegoisan, sebab merupakan tanggapan terhadap pernyataan Yesus sebelumnya bahwa sangat sulit bagi orang kaya untuk masuk surga. Dalam konteks itulah, Petrus ingin tahu apa kemungkinan masuk kerajaan Allah bagi seseorang yang telah menyerahkan segalanya untuk mengikuti Kristus. 

Inilah jawaban Yesus. Yesus bersabda Petrus dan kepada kita bahwa mereka yang telah menyerahkan segalanya tidak hanya akan menerima pahala kehidupan kekal di masa yang akan datang tetapi juga banyak pahala dalam hidup di dunia ini. Berkah tidak hanya diberikan kepada mereka yang hanya memberikan segalanya, tetapi lebih kepada mereka yang memberikan segalanya demi Kristus dan cinta Injil. Pengorbanan hanya bernilai bila dilakukan demi Kristus dan Injilnya, demi cinta. Niat kita dalam penyangkalan diri harus untuk memuliakan Kristus atau untuk mewartakan pesan Injil. 

Tuhan, Engkau menjanjikan berkah untuk penyangkalan diri yang dimulai dalam kehidupan ini dan memiliki puncaknya di kehidupan yang abadi. Hidup di dunia ini adalah pemurnian. Bantulah aku untuk melepaskan apa yang harus kulepaskan demi cinta padaMu dan InjilMu, bukan karena cinta untuk diri sendiri atau apa yang mungkin saya dapatkan dari itu. Ajarilah aku untuk tidak takut menyangkal diri sendiri demi mengasihiMu dan sesama kini dan selamanya. Amin.

Tinjomoyo, 29/5/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Monday, May 28, 2018

Percikan Nas Selasa, 29 Mei 2018

Yoseph Gerard
warna liturgi Hijau

Selasa, 29 Mei 2018

Bacaan-bacaan:
1Ptr. 1:10-16; Mzm. 98:1,2-3ab,3c-4; Mrk. 10:28-31. BcO 2Kor. 9:1-15.
Nas Injil:
28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” 29 Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, 30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”
Percikan Nas
Dalam banyak kesempatan melayat orang tua temen Rama, di pandangan mata selalu banyak orang yang datang melayat. Apalagi kala rama tersebut telah berkarya di banyak paroki atau tempat. Tampak selalu ada perwakilan dari paroki-paroki tempat rama tersebut pernah berkarya.
Tuhan mengatakan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat” (Mrk 10:29-30). Tuhan meyakinkan Petrus bahwa mereka yang mengikuti Dia akan mendapat anugerah tersebut.
Rasanya kita tidak perlu khawatir kalau anak kita mengikuti panggilan Tuhan menjadi imam, bruder dan suster. Kita tidak pernah akan kehilangan mereka. Banyak hal yang akan kita temukan dengan keikhlasan kita menyerahkan mereka kepada Tuhan. Tuhan tidak akan meninggalkan mereka yang berserah kepada-Nya. Tuhan akan melipatgandakan rahmat-Nya.
Doa:
Tuhan semoga panggilan menjadi imam, bruder dan suster bertumbuh di lingkungan sekitar kami. Semoga banyak orang tua ikhlas dan mensupport anaknya yang mau mengikuti panggilan-Mu. Berkatilah keluarga-keluarga yang telah merelakan anggotanya menjadi abdi-Mu. Amin.
Mendukung panggilan.
(goeng).

Lamunan Pekan Biasa VIII

Selasa, 29 Mei 2018

Markus 10:28-31

10:28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"
10:29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,
10:30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.
10:31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, tak sedikit orang berpandangan bahwa keluarga adalah landasan utama penghayatan hidup. Orang akan mengutamakan hubungan dengan keluarganya dibandingkan dengan yang lain.
  • Tampaknya, kemampuan orang memiliki hubungan baik dengan keluarga dan sanak-saudara akan menjadi bukti keluhuran budi seseorang. Orang dapat dicap amat buruk kalau tidak mampu menjalin kedekatan dengan mereka.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun harmonis dengan keluarga dan sanak-saudara, itu tidak menjamin keluhuran hidup kalau orang tidak melandaskan diri pada tuntunan nurani sehingga bila harus meninggalkan keluarga justru akan menemukan beratus keluarga lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjadi anggota dari amat banyak keluarga sekalipun tidak sedarah.
Ah, orang yang baik akan mengutamakan dan berjuang menghayati hidup bersama serumah dengan keluarganya.