Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, June 30, 2019

Lamunan Pekan Biasa XIII

Senin, 1 Juli 2019

Matius 8:18-22

8:18. Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang.
8:19 Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
8:20 Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
8:21 Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku."
8:22 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat merasa bahagia karena kecukupan harta. Dia dapat tenang menghadapi hari esok karena ada jaminan kesejahteraan.
  • Tampaknya, orang juga dapat terhormat karena hartanya. Makin kaya seseorang, makin besar kemungkinannya untuk memperoleh status dan kehormatan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun amat berlimpah harta dan kekayaannya, orang akan menyadari bahwa kekayaan sejati adalah sikap yang dilandasi bahwa semua yang ada padanya sebenarnya tak satupun yang berada dalam genggaman kuasanya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menghayati apapun yang dimiliki sebagai titipan hidup dan bukan miliki sendiri.
Ah, orang harus berjuang memiliki berbagai kekayaan.

Santo Theobaldus dari Provins

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3161 Diterbitkan: 03 Jun 2014 Diperbaharui: 15 Februari 2017
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    30 Juni
  • Lahir
    Tahun 1017
  • Kota asal
    Provins, Brie, Perancis
  • Wilayah karya
    Vicenza - Italia
  • Wafat
    30 Juni 1066 di Salanigo Vicenza Italia - Oleh sebab alamiah
  • Kanonisasi
    Tahun 1073 oleh Paus Alexander II Sumber : Katakombe.Org

Santo Theobaldus dari Provins adalah seorang pertapa suci dari Perancis. Ia lahir di kota Provins Perancis dalam sebuah keluarga bangsawan tinggi Kerajaan.  Ayahnya Arnoul, adalah seorang Pangeran Palatine dari Champagne.
Sebagai seorang pemuda, ia sangat senang membaca kisah kehidupan para pertapa suci seperti santo Yohanes Pembaptis, Santo Paulus pertapa, Santo Anthonius Agung, dan Santo Arsenius. Ia juga sering mengunjungi seorang rahib pertapa bernama Burchard, yang tinggal di sebuah pulau kecil di tengah-tengah Sungai Seine.
Bacaan-bacaan ini dan teladan dari Burchad menumbuhkan benih panggilan Allah dalam hatinya untuk menjalani hidup seperti para pertapa kudus tersebut. Ia sungguh mengagumi cara hidup asketis dan mati-raga dari para pertapa dalam perjuangan mereka untuk meraih kesempurnaan hidup Kristiani.
Hasratnya bernyala-nyala untuk menjadi seorang pertapa membuat pemuda bangsawan ini menolak untuk menikah atau berkarir di bidang Militer.  Ketika pecah perang antara sepupunya Pangeran Blois, Odo II dan Raja Conrad II (Conrad the Salic) karena memperebutkan  mahkota Kerajaan Burgundi, Theobaldus menolak untuk memimpin pasukan dalam pertempuran untuk membantu sepupunya itu. Ia malah berusaha meyakinkan ayah dan keluarganya untuk membiarkannya pergi dan menjadi seorang pertapa.
Karena keinginannya tidak kunjung direstui oleh ayahnya, pada tahun 1054 Theobaldus memutuskan untuk meninggalkan rumah dengan diam-diam.  Bersama seorang teman bernama Walter, mereka pergi untuk menjadi pertapa di daerah Suxy di Distrik Chiny. Kemudian mereka melakukan perjalanan ke Pettingen, di mana dua orang pemuda bangsawan ini mengasah kerendahan hati mereka dengan bekerja sebagai kuli kasar, sambil terus menjalani hidup bermati-raga dan doa secara diam-diam.
Theobaldus dan Walter kemudian menjadi peziarah melalui rute ziarah Santo Yakobus (The Way of St. James) dan setelah itu mereka kembali ke keuskupan Trier. Mereka lalu melanjutkan perziarahan mereka ke Roma dan berencana untuk pergi ke Tanah Suci Yerusalem melalui Venecia. Namun, Walter jatuh sakit dekat di kota Salanigo di Vicenza. Karena itu mereka memutuskan untuk menetap di sana. Tidak lama kemudian Walter wafat. Pertapa suci ini pergi ke surga dengan senyum kebahagiaan di wajahnya.
Theobaldus tetap tinggal di Salanigo dan melanjutkan hidupnya sebagai seorang pertapa. Ketika orang-orang mengetahui akan kesucian hidup Theobaldus, banyak orang datang untuk menjadi muridnya. Marasa terganggu dengan kedatangan banyak orang, Theobaldus lalu berusaha mencari tempat yang lebih sepi untuk dapat mengasingkan diri dan menjalani hidup bermati-raga dengan lebih keras. Namun tetap saja ia diikuti oleh orang-orang yang tertarik untuk mendapat bimbingannya.  
Keharuman namanya dan kesucian hidupnya membuat suatu hari Uskup Vicenza memutuskan untuk mengunjungi pertapaannya.  Sang uskup kemudian mentahbiskan Theobaldus sebagai seorang imam.  Kepada Uskup, Theobaldus kemudian menceriterakan tentang latar belakang keluarganya dan tak lama kemudian kedua orang tuanya datang berkunjung ke pertapaan. Ibunya, Gisela, lalu memutuskan untuk mengikuti jejak Theobaldus dan menjadi seorang pertapa wanita di dekat pertapaan anaknya.  
Theobaldus tutup usia pada tanggal 30 Juni 1066. Sesaat sebelum kematiannya ia memutuskan menjadi seorang biarawan Benediktin Kamaldoli (OSB Cam). Karena itu setelah kematiannya, para pengikutnya pun bergabung dengan Konggregasi yang didirikan oleh santo Romualdus tersebut.
Santo Theobaldus dikanonisasi oleh Paus Alexander II pada tahun 1073.
 Sumber : Katakombe.Org

Saturday, June 29, 2019

Lamunan Pekan Biasa XIII

Minggu, 30 Juni 2019

Lukas 9:51-62

9:51. Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem,
9:52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
9:53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
9:54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?"
9:55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.
9:56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
9:57. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
9:58 Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
9:59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku."
9:60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."
9:61 Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku."
9:62 Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di dalam hidup orang mendapatkan banyak hal dari masa lampau. Banyak hal baik entah itu berasal dari dirinya, orang lain, ataupun dari tradisi.
  • Tampaknya, masa lampau menghadirkan banyak pelajaran di dalam kehidupan seseorang dan atau komunitas dan atau bangsa. Dari sini orang bisa menemukan semboyan jangan sekali-kali melupakan sejarah.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun dari masa lampau orang dapat menemukan banyak pelajaran yang amat berharga, untuk sungguh menghayati kehidupan baik dan luhur dia harus melandaskan diri pada realita yang dihadapi saat kini di tempat berpijak. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati, sekalipun harus belajar dari pengalaman masa lalu dan memiliki visi kedepan, orang harus menghayati dan menjalani hidup kini dan di sini.
Ah, asal ikut kebiasaan-kebiasaan yang dulu baik orang sudah hidup baik.

Santo Paus Petrus Rasul

diambil dari katakombe,org/para-kudus Hits: 16040 Diterbitkan: 01 September 2013 Diperbaharui: 15 Desember 2016
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    29 Juni - 22 Februari (Pesta Tahta St.Petrus)
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  • Kota asal
    Galilea - Israel
  • Wilayah karya
    Yerusalem, Asia Kecil, Roma
  • Wafat
    Sekitar Tahun 67 - Martir. Disalibkan secara terbalik, Kepala dibawah dan kaki diatas
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Petrus adalah pemimpin para rasul dan Paus kita yang pertama. Nama asli rasul besar ini adalah Simon, tetapi Yesus mengubahnya menjadi Petrus, yang artinya batu karang, yang mengisyaratkan bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya di atas Petrus. “Engkaulah Petrus,” kata Yesus, “Dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.” 
Petrus adalah seorang sederhana yang giat bekerja. Ia murah hati, jujur, polos seperti anak kecil dan amat dekat dengan Yesus.   Namun, Petrus juga seorang yang penakut. Beberapa kali Injil mencatat sifat Petrus yang satu ini. Ketika melihat Yesus berjalan diatas air Petrus dengan penuh iman berseru :
..... "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air. Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. --Mat 14:28
Namun ketika merasakan dinginnya tiupan angin yang menerpa wajahnya, dan melihat gelombang di sekelilingnya; Petrus mulai takut.  Imannya yang tadi bernyala-nyala seketika padam.
...... Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"  --Mat 14:30
Dan atas sikap penakut dan kurang percayanya itu Petrus mendapat sebuah teguran dari Yesus.
..... "Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" --Mat 14:31
Ketika Yesus ditangkap, sekali lagi Petrus ketakutan. Saat itulah ia berbuat dosa dengan menyangkal Kristus sebanyak tiga kali. Petrus kemudian menyesali perbuatannya dengan sepenuh hati. Ia menangisi penyangkalannya sepanjang hidupnya. Yesus mengampuni Petrus.
Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus bertanya tiga kali kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Sesungguhnya, Yesus memang tahu! Petrus benar. Dengan lembut Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Yesus mengatakan kepada Petrus untuk mengurus Gereja-Nya, sebab Ia akan naik ke surga. Yesus menetapkan Petrus sebagai pemimpin para pengikut-Nya.
Pada hari Pentakosta Petrus dan para rasul lainnya menjadi penuh dengan kuasa Roh Kudus. Mereka berkata-kata dalam bahasa roh sehingga membingungkan orang-orang yang melihat mereka.  Maka bangkitlah Petrus dan menyampaikan kotbahnya yang pertama setelah kebangkitan Yesus. Para pendengarnya begitu terkesima dengan kata-kata nelayan dari Galilea  ini; yang penuh dengan hikmat dan kuasa. Dalam hari itu juga mereka memberikan diri untuk dibaptis. Jumlah orang yang dibaptis pada hari itu sungguh luar biasa; Tiga ribu orang. (Kis 2:14-41)
Di kemudian hari Petrus pergi mewartakan kabar gembira hingga ke kota Roma, kota terbesar dan juga ibukota dari Kerajaan Romawi. Petrus tinggal disana dan mempertobatkan banyak orang. Ketika penganiayaan yang kejam terhadap orang-orang Kristen dimulai, umat memohon pada Petrus untuk meninggalkan Roma dan menyelamatkan diri. Dan sekali lagi Petrus ketakutan.
Menurut tradisi, ia memang sedang dalam perjalanan meninggalkan kota Roma ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan.  Petrus bertanya kepada-Nya, "Domine, Quo vadis..? (Tuhan, hendak ke manakah Engkau pergi?)” Yesus menatapnya dan menjawab, “Aku hendak ke Roma untuk disalibkan lagi..”   Dan Petrus yang malang seketika jatuh tersungkur di kaki Yesus dan menangis tersedu-sedu.  Sama seperti saat ia menangisi penyangkalannya di Yerusalem puluhan tahun yang lalu, Petrus kini kembali harus menyesali rasa takutnya. Dengan berderai airmata ia berbalik dan kembali ke kota Roma.
Kembali ke Roma, Paus kita yang pertama ini segera ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.  Karena ia seorang Yahudi dan bukan warga negara Romawi, sama seperti Yesus, ia dapat disalibkan. Petrus kini sudah menguasai rasa takutnya. Kali ini Ia tidak lagi menyangkal Kristus. Ia tidak lagi melarikan diri dan siap untuk wafat sebagai saksi Kristus.  Petrus minta agar ia disalibkan dengan kepalanya di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita seperti Yesus. Para prajurit Romawi tidak merasa aneh akan permintaannya, sebab para budak disalibkan dengan cara demikian.
St. Petrus wafat sebagai martir di Bukit Vatikan sekitar tahun 67. Pada abad keempat, Kaisar Konstantinus membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut. Penemuan-penemuan kepurbakalaan baru-baru ini menegaskan kisah sejarah tersebut. Sumber : Katakombe.Org

Friday, June 28, 2019

Minggu Biasa XIII/C 30 Juni 2019 (Luk 9:51-62)

diambil dari https://unio-indonesia.org/category/gagasan-homili
ilustrasi dari koleksi Blog Domus


TUJUAN PERJALANANNYA
Rekan-rekan yang baik!
Bacaan dari Luk 9:51-62 bagi hari Minggu Biasa XIII tahun C berawal dengan kalimat “Ketika sudah hampir tiba waktunya Yesus diangkat ke surga, ia mengarahkan pandangannya untuk pergi ke Yerusalem.” Dalam Injil Lukas perjalanan dari Galilea menuju ke Yerusalem melewati Samaria (Luk 9:51-19:28) mendapat perhatian istimewa dan membingkai pengajaran serta tindakan-tindakan Yesus selama perjalanan tadi. Banyak bahan dalam sepuluh bab ini hanya ditemukan dalam Injil Lukas. Marilah kita dekati beberapa gagasan khas dalam bagian itu.
KE YERUSALEM 
Ungkapan “mengarahkan pandangan” di sini artinya “berkeputusan/bertekad”. Jadi ditegaskan Yesus bertekad pergi ke Yerusalem. Dalam Luk 9:51 kota itu dieja sebagai “Ierousaleem”. Ini cara Lukas membicarakan kota itu dalam hubungan dengan mereka yang menolak kedatangan Yesus. Bila ditulis sebagai “Hierosolyma”, kota itu tampil sebagai tempat yang bersedia menerimanya. Pada awal perjalanan ini kota itu disebut “Ierousaleem”, tapi nanti menjelang akhir perjalanan, Luk 19:28, kota itu ditulis sebagai “Hierosolyma”. Di sana Yesus menjumpai ke dua sisi kota itu. Para pemimpin menolaknya, tetapi di kota itu pula nanti ia diterima sepenuhnya oleh Bapanya. 
Kedua sisi kota itu menyertainya di sepanjang perjalanannya. Dikatakan dalam Luk 13:22, Yesus mewartakan kebaikan Tuhan dengan mengajar dari kota ke kota dan dari desa ke desa dalam perjalanan menuju ke “Hierosolyma”. Tetapi dalam Luk 17:11-19 dari sepuluh orang kusta disembuhkannya hanya satu kembali memuliakan Tuhan. Ini diceritakan terjadi dalam perjalanan menuju ke “Ierousaleem”. Tidak semua orang yang memperoleh kebaikan dapat sungguh-sungguh menerimanya. 
Disebutkan juga dalam Luk 9:51 bahwa hampir tiba waktunya ia “diangkat ke surga”. Dalam teks Yunaninya, pengertian ini diungkapkan dengan kata “analeempsis”, harfiahnya “pengangkatan ke atas”. Ini terjadi nanti setelah mengalami penderitaan, wafat, dan kebangkitan berkat kemurahan dan perhatian Yang Mahakuasa yang disebutnya Bapa dan yang diajarkannya kepada orang banyak. Gagasan “analeempsis” menjadi lebih jelas bila dijajarkan dengan “exodos”, yakni “tujuan perjalanan” yang disebut dalam Luk 9:31 dalam peristiwa penampakan kemuliaan di gunung Luk 9:28-36. Tujuan perjalanan yang dimaksud di situ ialah kota Yerusalem, ditulis dalam bentuk “Ierousaleem”, sama seperti Luk 9:51, yakni kota yang akhirnya kurang bersedia menerimanya. Namun demikian, ia malah diangkat ke atas, ke surga, justru ketika orang-orang yang didatanginya makin keras menolaknya! Inilah pokok pikiran yang hendak disampaikan Lukas kepada pembaca Injilnya.
Menuju Yerusalem yang tampil dengan dua sisi itu memberi arti lebih kepada semua kisah dan pengajaran yang disampaikan Lukas dalam Luk 9:51-19:28. Pembaca zaman kini sebaiknya memakai gagasan “menuju ke tempat ia ditolak orang-orangnya, tetapi diluhurkan Bapanya” itu sebagai makna dasar dari tiap kejadian dan pengajaran yang disampaikan sepanjang perjalanan tadi. 
MENYAMPAIKAN “AJARAN YANG BENAR”?
Pada awal perjalanan tadi diceritakan Yesus mengutus beberapa murid mendahului ke sebuah desa di Samaria untuk mempersiapkan kedatangannya di situ. Lukas memakai motif tentang utusan mengabarkan kedatangan tokoh keramat atau Tuhan sendiri. Motif ini juga dijumpai dalam pengisahan Injil-Injil mengenai Yohanes Pembaptis yang datang mendahului Yesus. Pembaca dari zaman dulu yang masih peka akan motif ini langsung mengerti bahwa Yesus yang kedatangannya didahului pewartanya itu ialah seorang tokoh keramat. Nanti sebelum mengadakan perjamuan terakhir, Yesus mengutus dua orang muridnya untuk menyiapkan ruang perjamuan (Luk 22:8-13, lihat Mrk 14:13-16, Mat 26:18-20). Sekali lagi, pembaca diajak memahami peristiwa perjamuan malam itu sebagai peristiwa keramat. 
Bagaimana dengan kedatangan Yesus ke sebuah desa di Samaria? Di situ orang Samaria tidak mau menerimanya. Mereka menolak. Dalam alam pikiran dulu, penolakan terhadap tokoh keramat serta-merta mendatangkan kutukan. Karena itu Yakobus dan Yohanes ingin berbuat seperti yang lazim dilakukan, yakni mengucapkan kutukan terhadap orang Samaria (ayat 54). Dalam pandangan umum orang Yahudi, orang Samaria memang patut dikutuk karena tidak lagi memeluk “ajaran yang benar”, maksudnya, ajaran agama Yahudi (entah yang di Galilea atau yang ada di Yudea/Yerusalem sendiri). Orang Samaria yang tinggal di antara kedua wilayah tadi dianggap murtad. Dalam Perjanjian Lama diceritakan orang Samaria memusuhi Nabi Elia sang utusan Tuhan dan oleh karenanya dua kali pasukan yang dikirim raja untuk menangkapnya hancur binasa kena kutukan api yang datang dari langit! (2 Raj 1:10 dan 12). Yakobus dan Yohanes berpikir dengan cara itu. Orang Samaria mereka anggap tak mau “menerima ajaran yang benar” yang dibawakan Guru mereka dan oleh karenanya patut dikutuk seperti dulu. Tetapi sikap intoleran ini tidak disetujui Yesus. Ia malah menegur mereka. 
Berpikir dalam kerangka menyampaikan “ajaran yang benar” dengan sikap intoleran mengurung orang dalam angan-angan “mempertobatkan”, “mengancamkan kutukan”. Sering maksud baik berakhir dengan mengutuk orang yang tak berpendapat sama, terang-terangan atau secara tak langsung menjelek-jelekkan keyakinan orang lain. Dalam bacaan hari ini dikisahkan Yesus melepaskan ikatan-ikatan seperti itu. Ia mengajak orang mengikuti dia untuk mewartakan Kerajaan Allah. Ia mengajarkan Tuhan itu Maharahim. Oleh karenanya orang yang mau mengabarkan kehadiranNya tidak boleh mengancamkan hukuman, apalagi mengutuk orang atas namaNya. 
MENGIKUTI PANGGILAN DENGAN HATI MENDUA?
Bagian kedua dari petikan hari ini (ayat 57-62) menceritakan tiga pembicaraan perihal mengikuti Yesus dan mengabarkan Kerajaan Allah. Rasa-rasanya mengikuti Kristus dan mengabarkan Kerajaan Allah itu menuntut penyerahan diri total sejak awal. Betulkah demikian?
Orang yang pertama dalam kisah itu memang menyatakan diri ingin mengikutinya. Yesus menegaskan, mengikutinya berarti bersedia berjaga terus-menerus tanpa mengharapkan istirahat. Suatu perkara yang melampaui kemampuan manusiawi? Nanti ketiga murid yang diajak menemaninya di Getsemani jatuh tertidur dan baru bangun ketika para penangkap datang. Memang mengikuti dia tak dapat dijalankan sebagai ikhtiar manusiawi belaka. Maka mengikutinya hanya dapat terjadi bila ada kekuatan dari atas sana dan yang bersangkutan membiarkan diri dibawa kekuatan ini. Yesus sendiri disertai Roh ketika berada di padang gurun ketika menghadapi pilihan hidup: ikut Tuhan atau mengabdi Iblis (Luk 4:1).
Orang yang kedua bersedia mengikuti, tetapi minta kelonggaran waktu karena ada kewajiban mendesak, yakni menguburkan ayahnya. Maksudnya masih ada kewajiban moral dan sosial yang sulit dielakkan. Orang ini mau mengikutinya tetapi nanti saja bila sudah bebas dari kewajiban yang tak dapat ditinggalkan begitu saja. Jawaban Yesus berupa pepatah, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”. Apa arti pepatah ini? Orang mati kan tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi mengubur. Jadi dengan pepatah itu hendak dikatakan, “Nonsense! Jangan berpikir begitu! Kalau engkau menunggu, bisa-bisa kehilangan kesempatan dan malah ikut mati dan tidak bisa berbuat bagi orang yang sebetulnya mau kau perhatikan. Lakukan kewajibanmu dan buatlah itu sebagai cara mengikuti aku sehingga sekarang juga engkau bisa mulai. Demikian juga engkau dapat mengabarkan Kerajaan Allah!” Kewajiban manusiawi tidak dilepaskan, melainkan dijadikan bagian dalam mengikuti dia dan mewartakan Kerajaan Allah, yakni panggilan mewartakan iman bahwa Tuhan itu Maharahim.
Dua pembicaraan di atas terdapat juga dalam Injil Matius (Mat 8:19-22) dengan pengertian yang sama. Yang ketiga, Luk 9:61-62, hanya ada dalam Injil Lukas. Seperti halnya yang pertama, orang yang ketiga ini menyatakan diri mau mengikuti Yesus, tetapi ingin berpamitan terlebih dahulu dengan keluarganya. Sekali lagi jawaban Yesus berupa pepatah yang intinya mengatakan orang yang mendua perhatiannya tidak cocok bagi Kerajaan Allah. Bagaimana penjelasannya?
Perhatian mendua memang tidak membuat orang tenang, khususnya dalam mengikuti panggilan. Namun penyelesaiannya bukanlah dengan cara menyingkirkan salah satu. Memang untuk sementara waktu bila yang satu dilepas orang akan merasa dapat lebih memusatkan diri. Tetapi nanti akan muncul perkara lain yang lambat laun akan membelah perhatian. Penyelesaian yang diajarkan dalam dialog ini bukan ditujukan untuk menghilangkan perhatian yang sudah ada dan mengisi dengan kepedulian baru, dengan tekad mengikuti Yesus dan niatan mengabarkan Kerajaan Allah. Yang diajarkan ialah menyatukan perhatian dan kepedulian yang sudah ada dan membuatnya makin menjadi bentuk nyata mengikuti Yesus dan mengabarkan Kerajaan Allah. Kata orang sekarang, mengintegrasikan kehidupan dengan panggilan mengikuti Kristus dan wartanya tentang Kerajaan Allah.
Ikut mewartakan Kerajaan Allah berarti juga mulai belajar mengenali kerahiman Tuhan dari dalam, dari kenyataan sehari-hari yang ada dalam hidup ini dengan mengikuti jejak dia yang menjadi utusannya, langkah demi langkah. Dibaca dengan latar teguran Yesus kepada murid yang mau mengutuk orang Samaria, langkah pertama dalam mengikuti jejaknya ialah menjauh dari sikap dan perbuatan intoleran. Menjauhi sikap intoleran itu menghormati hak manusia untuk memperoleh ruang hidup yang leluasa. Juga menaruh orang lain pada kedudukan yang setara, bukan hanya memberi konsesi, bukan sekadar mentolerir perbedaan.
Salam hangat,
A. Gianto

Lamunan Hari Raya

Santo Petrus dan Paulus, Rasul
Sabtu, 29 Juni 2019

Matius 16:13-19

16:13. Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran untuk memahami tentang yang ilahi orang harus memeluk agama. Agama menjadi lahan hadirat ilahi.
  • Tampaknya, untuk tahu dan paham tentang yang ilahi orang harus rajin membaca kitab-kitab yang ada dalam khasanah hidup keagamaan. Makin banyak membaca buku-buku keagamaan, ikut ceramah keagamaan bahkan kuliah ilmu agama, orang akan makin paham tentang yang ilahi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun menguasai ilmu-ilmu keagamaan bahkan dengan titel tinggi, orang belum tentu memiliki pemahaman sejati tentang yang ilahi kalau tidak biasa mendengarkan bisikan-bisikan yang ada dalam relung kalbu. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mendapatkan pengajaran hidup sejati yang menempatkannya sebagai salah satu fondamen keumatan milik sorga.
Ah, asal lulus teologi orang jelas paham tentang ketuhanan.

Santo Ireneus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 7039 Diterbitkan: 01 September 2013 Diperbaharui: 29 Juli 2016

  • Perayaan
    28 Juni
  • Lahir
    antara tahun 120-140
  • Kota asal
    Yunani
  • Wilayah karya
    Lyon - Perancis
  • Wafat
    Martir di Lyon pada tahun 202. Makamnya di hancurkan oleh kaum Calvinis pada tahun 1562
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Ireneus adalah seorang Yunani yang dilahirkan antara tahun 120-140. Ia beroleh kesempatan istimewa menjadi murid St. Polikarpus.  Polikarpus sendiri adalah murid dari Rasul Yohanes. Suatu ketika Ireneus mengatakan kepada seorang teman, “Aku mendengarkan pengajaran St. Polikarpus dengan amat seksama. Aku menuliskan setiap tindakan maupun perkataannya, bukan di atas kertas, melainkan dalam hatiku.”
Setelah ditahbiskan menjadi seorang imam, Ireneus diutus ke Lyons di Perancis. Di kota inilah Uskup St. Pothinius wafat sebagai martir bersama dengan banyak kudus lainnya. Ireneus tidak wafat sebagai martir pada waktu itu sebab ia diminta oleh rekan-rekan para imam untuk pergi ke Roma menyampaikan suatu pesan penting dari mereka kepada paus. Dalam surat itu, mereka menyebut Ireneus sebagai seorang yang penuh semangat iman.
Ketika Ireneus kembali untuk menjadi Uskup Lyons, masa penganiayaan telah berakhir. Namun demikian, muncul suatu bahaya lain, yaitu bidaah yang disebut Gnostisisme. Ajaran sesat ini memikat sebagian orang dengan janji-janji untuk mengajarkan misteri-misteri rahasia. Uskup Ireneus pun mempelajari bentuk-bentuk ajaran Gnostik. Meskipun sangat berbeda dengan Kristen, secara umum mereka mengajarkan bahwa dunia fana ini jahat; bahwa dunia ini diciptakan dan diperintah oleh kuasa malaikat, bukan Tuhan; bahwa Tuhan berada jauh dan tidak ada hubungannya dengan dunia ini; bahwa keselamatan dapat diraih dengan mempelajari ajaran-ajaran rahasia khusus; bahwa kaum Gnostik itulah orang-orang rohani yang lebih unggul daripada orang-orang Kristen biasa. Para guru aliran Gnostik sangat mendukung pendapat ini dengan Injil Gnostik mereka – buku yang biasanya mencatut nama para rasul.
Setelah uskup Lyons itu mempelajari ajaran sesat itu, ia menulis buku Melawan Ajaran Sesat, suatu karya besar yang membeberkan kebodohan "ajaran yang secara keliru disebut Gnostik" tersebut. Dengan menyitir gambaran dari Perjanjian Lama dan Baru, ia membuktikan kesesatan aliran tersebut. Tentang orang-orang Gnostik ia menulis,
Uskup Ireneus berpegang teguh pada keabsahan pengajaran dari para rasul ketika ia berjuang melawan paham Gnostik. Ia adalah murid dari Santo Polikarpus, yang adalah murid dari Rasul Yohanes, salah satu murid dari Yesus sendiri.  Argumentasinya yang tersebar luas merupakan pukulan besar bagi aliran sesat Gnostik pada masanya.  Ireneus menegaskan bahwa para rasul mengajar di tempat-tempat umum dan tidak ada satu pun yang dirahasiakan. Di seluruh kekaisaran, gereja-gereja berpegang pada ajaran-ajaran yang hanya disampaikan para rasul Kristus, dan hanya inilah satu-satunya dasar keyakinan. Ireneus menyatakan bahwa para uskup yang merupakan pelindung iman Kristen adalah penerus para rasul.  
St Ireneus wafat sebagai martir sekitar tahun 202.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

 Sumber : Katakombe.Org

Percikan Nas Jumat, 28 Juni 2019

HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS
warna liturgi Putih

Bacaan-bacaan:
Yeh. 34:11-16; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Rm. 5:5b-11; Luk. 15:3-7.
BcO Rm. 5:1-21 atau Rm. 8:28-39.

Bacaan Injil:
3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? 5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, 6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. 7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Memetik Inspirasi:
Dalam perjalanan di laut tiba-tiba nahkoda melambatkan kapalnya dan memutar balik arah kapal. Dari sisi lain seorang kelasi langsung terjun dan berenang mengejar sesuatu. Ternyata ia mengambil dompet pimpinannya yang terjatuh ke laut. Setelah mendapatkan dompet itu dua orang itu tersenyum bahagia. Tampak bahwa nahkoda pun mendukung usaha mereka dengan tanpa bertanya atau pun mempedulikan reaksi kami para penumpang. Meski di awal kami bertanya-tanya, ketika melihat mereka bergembira kami pun gembira.
Hari ini adalah hari raya Hati Yesus Yang Mahakudus. Yesus adalah pribadi yang sangat mempunyai hati yang baik. Ia tidak pernah mau satu pun dari anaknya tersesat dan hilang. Ketika ada yang hilang, Dia mencari. Bagi-Nya ditemukan kembali yang hilang sungguh menghadirkan kegembiraan. “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan” (Luk 15:7).
Tuhan berulang-ulang menyampaikan pengajaran dan bertindak yang menampakkan hati. Hal ini dilakukan agar kita pun mempunyai hati seperti hati-Nya. Hati Tuhan sungguh Mahakudus. Maka rasanya kita pun perlu membangun hidup yang berhati. Ketika kita mempunyai hati maka kita bisa meraih banyak hal melebihi estimasi kita.

Refleksi:
Seberapa besar hatimu?

Doa:
Hati Yesus yang Mahakudus, pujian dan syukur kuhaturkan kepada-Mu. Engkau tak pernah membiarkan kami tersesat dan hilang. Semoga hati kami pun terbentuk seperti hati-Mu. Amin.

Mempunyai Hati
 MoGoeng
 Wates

Thursday, June 27, 2019

Lamunan Hari Raya

Hati Yesus Yang Mahakudus
Jumat, 28 Juni 2019

Lukas 15:3-7

15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada yang berkeyakinan bahwa untuk menjadi kudus orang harus beragama. Agama dipandang sebagai jalan untuk mendapatkan karunia ilahi.
  • Tampaknya, ada yang berkeyakinan bahwa dengan rajin doa, ibadat dan memperdalam ajaran-ajaran agama orang akan hidup dalam kebaikan ilahi. Orang akan mengalami sukacita surgawi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun rajin menjalani apapun yang diperintahkan oleh agama, tanpa sikap terbuka mudah bergembira karena ada orang jahat, sekalipun hanya seorang, meninggalkan kebusukannya, orang tak akan mengenyam kekudusan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan memiliki jiwa mudah gembira menyaksikan jadi baiknya orang yang tak baik.
Ah, bagaimanapun juga orang jahat harus selalu diwaspadai.

Santo Sirilus dari Alexandria

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 5001 Diterbitkan: 01 September 2013 Diperbaharui: 27 Juli 2017
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    27 Juni
  • Lahir
    tahun 370
  • Kota asal
    Alexandria - Mesir
  • Wafat
    tahun 444 - Sebab alamiah
  • Venerasi
    -
  • Beatifikasi
    -
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Sirilus dilahirkan di Alexandria Mesir pada tahun 370. Pamannya adalah patriark atau uskup agung Aleksandria bernama Teofilus. Pamannya seorang yang baik, tetapi terkadang cepat marah dan keras kepala. Patriark Teofilus adalah salah seorang yang bertanggung-jawab atas pembuangan pertama St. Yohanes Krisostomus pada tahun 403. Tetapi kaisar membawa kembali Patriark Yohanes ke Konstantinopel setelah terjadi huru-hara dan gempa bumi di kota itu.  Tampaknya Sirilus juga ikut terpengaruh oleh prasangka buruk pamannya terhadap Patriark Yohanes. Karena itu Sirilus juga mendukung pengucilan terhadap Patriark Yohanes Krisostomus.
Ketika pamannya wafat pada tahun 412, Sirilus diangkat menggantikannya. Ia mempunyai cinta yang berkobar-kobar kepada Gereja dan kepada Yesus. Ia tidak mencari pujian orang atau pun kedudukan karena ia seorang yang jujur, suka berterus terang dan tegas. Sikapnya ini membuat banyak orang tidak menyukainya. Namun Ia tidak peduli. Dengan gagah berani ia tetap mewartakan dan mempertahankan iman Gereja dari ajaran-ajaran sesat. Namun, seperti pamannya Teofilus, Patriark Sirilus juga adalah seorang yang keras kepala.

Perangainya ini pastilah membuatnya menderita. Walau demikian, umat Kristiani patut berterima kasih kepadanya atas banyak kecakapannya yang mengagumkan. Sebagai misal, ia dengan tidak gentar membela Gereja dan membela apa yang ia yakini kebenarannya. St. Sirilus adalah wakil Paus Santo Selestinus I dalam Konsili Efesus pada tahun 431. Konsili ini merupakan sidang resmi Gereja yang melibatkan lebih dari dua ratus uskup yang ada waktu itu. Mereka memeriksa ajaran sesat Nestorian yang diajarkan oleh Patriark Nestorius. Hasil Konsili menerangkan dengan jelas bahwa Nestorius salah dalam beberapa kebenaran penting yang kita yakini. Paus memberinya waktu sepuluh hari untuk berjanji bahwa ia tidak akan mewartakan ajaran-ajarannya sendiri yang salah. Tetapi Nestorius tidak mau. Konsili menjelaskan kepada umat Allah bahwa kita tidak dapat menerima ajaran-ajaran sesat. Para uskup begitu jelas menerangkan hingga ajaran-ajaran sesat ini tidak pernah lagi menjadi ancaman besar bagi Gereja.
Gereja sangat berterima kasih kepada Patriark Alexandria Sirilus yang telah memimpin jalannya Konsili. Pada akhirnya Nestorius dengan diam-diam pulang kembali ke biaranya dan tidak lagi membingungkan umat.  Sirilus kembali juga ke keuskupan agungnya dan bekerja keras demi Gereja hingga ia wafat pada tahun 444. Paus Leo XIII memaklumkan St. Sirilus sebagai Pujangga Gereja pada tahun 1883.
 Sumber : Katakombe.Org

Wednesday, June 26, 2019

Percikan Nas Kamis, 27 Juni 2019

Sirilius dari Alexandria,
Tomas darri Orvieto
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan: 
Kej. 16:1-12,15-16; Mzm. 106:1-2,3-4a,4b-5; Mat. 7:21-29.
BcO 1Sam. 2:22-36.

Bacaan Injil:
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" 24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." 28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Memetik Inspirasi:
Suatu kali ada orang yang menceritakan pengalaman hidupnya. Tutur katanya terdengar sangat dalam. Orang-orang yang mendengarkannya pun diam terpukau. Tampak mereka begitu terpesona dengan kisahnya. Apa yang dia katakan terasa hidup bagi para pendengarnya karena ia melakukan apa yang dikatakan.
Kata yang berangkat dari pengalaman akan menggetarkan mereka yang mendengar. Tidak cukup orang hanya berkata, namun katanya mesti terwujud dalam tindakannya. Orang pun terpesona dengan sabda Yesus. Kata-kata Yesus bukanlah sebuah bualan. Kata itu muncul dari pengalaman yang telah dilakukannya. Maka kata-katanya mengandung kuasa. “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa” (Mat 7: 28-29).
Mungkin di antara kita ada yang pandai berkata-kata. Keahlian ini tentu sangat berguna. Namun kata itu akan berdaya kuat kalau merupakan ungkapan pengalaman hidup kita. Kesaksian yang jujur akan menggerakkan mereka yang mendengarkan. Kita semua punya pengalaman. Kita juga mampu berkata. Maka mari kita katakan pengalaman kita agar bermakna dan menghadirkan kuasa atas hidup.

Refleksi:
Bagaimana kata-kata yang kaukatakan, apakah ada dayanya?

Doa:
Tuhan sabda-Mu sungguh menghadirkan kuasamu. Semoga kami yang mampu berkata dan menpunyai pengalaman bisa merangkai kalimat yang berdaya. Amin.

Kata berdaya.
 MoGoeng
 Wates

Lamunan Pekan Biasa XII

Kamis, 27 Juni 2019

Matius 7:21-29

7:21. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
7:28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
7:29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, kalau berbicara tentang kekuasaan orang kerap mengkaitkan dengan status atau jabatan. Makin tinggi jabatan seseorang makin banyak orang lain yang menjadi bawahannya.
  • Tampaknya, kekuasaan kerap dikaitkan dengan kekuatan untuk memerintah orang lain. Makin tinggi jabatan seseorang makin banyak orang lain yang tunduk kepadanya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki jabatan tinggi dan banyak orang menjadi bawahannya, orang belum tentu sungguh memiliki kekuasaan yang sejatinya adalah daya relung batin yang menjadikan segala omongannya merupakan ungkapan diri dan bukan kutipan sana-sini. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan berada dalam kekuasaan nurani yang terpancar lewat omongan yang membuat orang lain dikuasai oleh ketakjuban.
Ah, yang namanya kekuasaan itu ya yang memudahkan orang mendapatkan uang.