Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, June 8, 2019

Penghayatan Kebhinekaan Religius?


Peristiwa ini sebenarnya sudah direncanakan pada tahun 2018. Pada waktu itu Mas Handoko dan Bu Rini dengan mantap mendukung. Secara pelahan Bu Rini sudah mengumpulkan barang benda yang pada waktunya siap dibungkus satu persatu. Katering juga sudah dipesan pada tahun 2018. Mas Handoko menghitung-hitung yang berkaitan dengan tata tempat termasuk panggung dan kebutuhan kursi serta soundsystem. Rachel membantu Bu Rini untuk mengusahakan barang-barang yang juga akan dibungkus datu per satu oleh Bu Rini untuk menjadi door prize. Pada tanggal 20 Januari 2019 ada rapat yang memperjumpakan Mas Handoko dan Bu Rini dengan beberapa orang sanak saudara Rm. Bambang. Semua berbicara tentang acara yang akan menjadi peristiwa pada Jumat 7 Juli 2019. Dua minggu terakhir sebelum tanggal 7 Juni 2019 Bu Rini dibantu oleh beberapa tenaga Domus Pacis Puren menyiapkan dos-dos yang akan dipakai untuk mengemas beberapa macam snak. Sekalipun Bu Rini sudah memesan beberapa snak, keluarga Pak Suroso (om dari Rm. Bambang) dan Listyo (adik sepupu Rm. Bambang) memberi informasi akan menambah snak dan peyek. Door prize pun sudah siap sejak 3 Juni 2019. Pak Saryadi bersama Pak Sigit dan anaknya datang untuk memasang banner pada tanggal 4 Juni. Mas Handoko dibantu oleh Mas Tono mensiagakan sound system pada tanggal 6 Juni. Karyawan-karyawan Domus yang piket menata kursi. Katering menyiapkan perlengkapan pada malam sebelum peristiwa terjadi.

Ketika akan ikut misa Sabtu Imam 8 Juni 2019, Bu Titik dari Puren mendekati Rm. Bambang dan berkata "Kala wingi sawetawis tangga sami taken neng Domus ana apa? Kok ana nyanyian-nyanyian Islam?" (Kemarin ada acara apa di Domus Pacis? Mengapa ada lagu-lagu Islam). Katanya Bu Titik menjelaskan bahwa keluarga rama Domus, terutama Rm. Bambang, datang untuk Syawalan. Pada Jumat 7 Juni 2019 memang menjadi saat pelaksanaan yang sudah disiapkan oleh Bu Rini dan Mas Handoko. Pada hari ini ada Syawalan Trah Irodiryan Berbah, keluarga besar Rm. Bambang dari jalur ibu. Sejak jam 08.45 hingga hampir jam 10.00 Kelompok Hadrah mengalunkan musik yang didominasi oleh terbang untuk mengiringi nyanyian-nyanyian Islami dan kehadiran para tamu. Anak-cucu keturunan orang tua ibu Rm. Bambang mengenakan seragam batik. Keluarga Domus Pacis dan keluarga Bu Rini serta Rm. Bambang juga mendapatkan seragam sama. Salah satu adik sepupu Rm. Bambang pada saat persiapan mengatakan "Benjang disiapke kalih atus mawon. Biasane sing teka paling kathah satus seket" (Besok disiapkan 200 saja. Biasanya yang datang paling banyak 150 orang). Ternyata 230 kursi milik Domus harus ditambah oleh Mas Handoko dengan meminjam tambahan kursi dari Pastoran Pringwulung. Untunglah untuk konsumsi Bu Rini memesan 300 porsi. Untunglah pemilik produksi snak dan katering memberikan ekstra tambahan. Ruang serba guna pun penuh. Minuman untuk 300an orang harus ditambah dengan air mineral dan tambahan dengan menjerang air.

Pidato hanya ada dari Pak Sigit (wakil panitia penyelenggara) dan Pak Joko (pengurus). Rm. Bambang menampilkan para rama Domus dan karyawan untuk diperkenalkan sambil secara singkat menjelaskan tentang Domus Pacis Puren. Acara-acara hiburan menjadi dominan. Selain Hadrah, ada juga joget Remo yang ditarikan oleh Lusi cucu Bu Donoroto dari Paroki Minomartani. Kelompok Kor Yosepin (teman-teman Bu Rini) juga menampilkan beberapa lagu dalam dua tahap yang diiringi oleh dr. Bowo. Orgen tunggal disertai pemain ketipung dan 2 orang penyanyi puri dari Wonosari melantunkan berbagai lagu hingga semua orang meninggalkan Domus. Ketika jam menunjuk angka 11.30, para tamu lelaki Islam mendapat kesempatan Shalat Jumat di Masjid Puren. Sedang yang Islam perempuan pada saat dhuhur menjalankannya di salah satu ruang rumah induk Domus. Tentu saja pembagian door prize membuat banyak tamu yang memperoleh berbinar-binar karena isinya memang tidak terlalu sederhana. Satu acara yang mendapatkan tanggapan bagus juga datang dari Bp. Ustadz Gus Jaroh dari Pondok Pesantren di Wilayah Prambanan. Beliau memberikan pengajian. Beliau berkata bahwa baru sekali ini memberikan pengajian di tempat non Islam. Di dalam ceramahnya Pak Ustadz menjelaskan bahwa silaturahmi Idul Fitri di dunia ini hanya ada di Indonesia. Sejarah halal bi halal pun diuraikan dengan menceriterakan ketika Bung Karno, presiden pertama RI, menghadap seorang Kiai. Silaturahmi Lebaran adalah khas dan penting untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan kebhinekaannya. Barangkali sejajar dengan inti yang diajarkan Pak Jaroh, Mbak Yustina Retno Yuniatmi dalam status FB Jumat 7 Juni 2019 menayangkan gambar-gambar disertai judul Menyemarakkan HBH Kelg. Rm. Bambang yg "Pancasila"... Ternyata HBH adalah singkatan Hal Bi Halal.

1 comments:

Pacem in Terris said...

Terima kasih sharingnya, Romo. Inspiratif dan kontekstual, serta sangat rohani dalam relasi manusiawi acara halal bihalal keluarga.

Post a Comment