Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, September 30, 2017

Lamunan Pekan Biasa XXVI

Minggu, 1 Oktober 2017

Matius 21:28-32

21:28. "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
21:29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.
21:30 Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
21:31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
21:32 Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa orang baik akan dapat ditengarai dari apa yang diomongkan. Orang baik akan omong baik.
  • Tampaknya, di dalam agama yang mampu berbicara tentang Tuhan hingga menyentuh hati banyak orang akan mudah mendapatkan kekaguman. Dia dapat menjadi pengkhotbah baik.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sebaik dan seindah serta selugas apapun seseorang mampu omong tentang hidup baik dan luhur sehingga mampu membuat banyak orang terkesan, kebaikan seseorang tidak ditentukan oleh omongannya tetapi oleh yang dilakukan sehingga dapat terjadi kaum penyakit masyarakat yang biasa menjadi batu sandungan bagi banyak orang dengan banyak omongan buruknya, kalau berbalik dan hidup dalam perbuatan baik, akan menjadi teladan kebaikan bagi para ulama. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati kaum busukpun akan beraroma harum dan dapat menjadi mahkota keindahan agama.
Ah, bagaimanapun juga orang-orang yang menjadi penyakit masyarakat tak akan mampu jadi tokoh kebaikan.

Memiliki Hati Yang Selalu Bertobat



Try the new Yahoo Mail

Friday, September 29, 2017

Ulasan Eksegetis Bacaan K.S. Minggu Biasa XXVI/A

diambil dari http://www.mirifica.net by A. Gianto on Jendela Alkitab, Mingguan


Rekan-rekan!

Injil kali ini (Mat 21:28-32) menampilkan perumpamaan mengenai seorang ayah yang bergilir meminta dua orang anaknya berangkat bekerja di kebun anggur. Yang pertama pada mulanya tidak bersedia, tapi kemudian menyesal dan akhirnya menjalankannya. Yang kedua sebaliknya berkata “ya” tapi tidak melakukannya. Siapa dari kedua anak itu yang sungguh mengikuti kehendak sang ayah? Tentunya orang berpikir tentang anak yang pertama. Apakah perumpamaan ini sekadar dimaksud mengajarkan bahwa tindakan nyata jauh lebih bernilai dari pada sekedar janji? Adakah hal-hal khusus yang dapat dipetik dari bacaan Injil pada hari Minggu Biasa XXVI tahun A ini?

Sekedar Latar Belakang

Yesus biasa mengajar di Bait Allah . Di situ banyak orang mendengarkannya. Dalam kesempatan itu datang juga imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi. Suatu ketika mereka mempertanyakan, dengan kuasa mana Yesus melakukan “hal-hal itu” (Mat 21:23). Mereka mau tahu apa dan siapa di belakang tindakan Yesus menyembuhkan, menerima murid, mengajar tentang Kerajaan Surga, mengusir roh jahat dari diri orang, menghibur. Maklum, orang banyak makin melihat karya ilahi di dalam diri Yesus. Para pemimpin masyarakat Yahudi tadi menjadi waswas karena Yesus semakin populer. Bukan terutama karena mereka merasa tersaingi. Mereka khawatir jangan-jangan Yesus mengadakan gerakan politik dengan warna gerakan agama. Mereka curiga bahwa yang dilakukannya itu gerakan politik mengumpulkan massa dengan dalih keagamaan.

Dalam pembicaraan itu Yesus berkata, ia bersedia menjelaskan dari mana kuasanya asalkan mereka juga dapat menjawab satu pertanyaan darinya. Ia balik bertanya apakah pada hemat mereka Yohanes tokoh yang membaptis banyak orang itu mendapat perkenan dari Allah (“datang dari surga”, 21:25) atau tindakan mencari pengikut belaka (“dari manusia”). Para pemimpin tadi merasa terpojok. Bila mengakui adanya perkenan ilahi, berarti mereka mendukung Yohanes dan konsekuensinya akan ikut dicurigai penguasa Romawi. Tetapi bila menyatakan tindakan Yohanes hanya manusiawi belaka, maka mereka akan berhadapan dengan orang banyak yang percaya tokoh ini datang dari Allah.

Begitulah Yesus membuat para pemimpin itu menyadari sikap mendua dalam diri mereka sendiri mengenai Yohanes Pembaptis. Mereka tidak mau memberi jawaban jelas dan hanya berkata, “Kami tidak tahu!” Yesus pun menutup pembicaraan tadi dengan mengatakan karena mereka tak dapat memberi jawaban, maka ia pun tidak akan menjawab pertanyaan mereka pada awal, yaitu mengenai asal kekuasaan Yesus (Mat 21:27). Tapi jelas yang hendak dikemukakannya. Kalian tahu Yohanes menyuarakan seruan dari atas sana, tapi kalian tidak berani mengakuinya terang-terangan. Begitulah sikap kalian kepadaku!

Memang para pemimpin Yahudi itu diserahi tanggung jawab moral oleh pemerintah Romawi untuk menjaga ketenangan di masyarakat. Jangan sampai ada gejolak. Apalagi jangan sampai ada gerakan politik dengan warna agama. Bila terjadi, maka pemerintah Romawi akan bertindak dan akan makin membatasi kebebasan orang Yahudi. Inilah yang dikhawatirkan para pemimpin. Jika nanti Yesus dan pengikutnya dianggap mengadakan gerakan politik yang dibiarkan begitu saja oleh instansi agama, maka pemerintah Romawi tidak akan tinggal diam.

Sikap yang Cocok?

Berlainan dengan para pemimpin tadi, Yesus tidak menyembunyikan pendapatnya mengenai Yohanes Pembaptis. Dalam ayat 32 ia berkata bahwa Yohanes “datang untuk menunjukkan jalan kebenaran”. Diakuinya penugasan yang datangnya dari Allah sendiri. Namun para pemimpin Yahudi tidak menanggapinya dengan semestinya, malah tidak berani mengakuinya karena takut. Maka mereka bersikap seperti anak yang berkata ya ya tapi tidak melakukan yang diharapkan. Orang-orang yang mereka anggap rendah, yakni para pemungut cukai dan pelacur, sebaliknya seperti anak yang pada mulanya menolak permintaan si ayah tapi kemudian menyesal dan menurut. Lawan bicara Yesus juga paham maksud perumpamaan ini. Mereka merasa kena teguran. Dan dasar teguran itu ialah prinsip yang mereka pakai mengadili orang lain, yakni ketaatan atau ketidaktaatan religius.

Perumpamaan ini dipakai untuk menunjukkan sikap yang kurang serius dari pimpinan masyarakat Yahudi dalam perkara-perkara kerohanian. Oleh karenanya malah “pemungut cukai” dan ‘pelacur” bakal lebih beruntung daripada mereka karena orang-orang ini berani mengubah sikap mereka. Kedua golongan orang ini dianggap paling tidak taat pada ajaran agama. Pemungut pajak dijauhi karena mereka bekerja bagi sistem pajak asing yang memeras bangsa sendiri. Yang kedua dicap tidak punya kesetiaan. Tetapi mereka yang dianggap buruk itu percaya kepada warta pertobatan Yohanes Pembaptis sedangkan para pemimpin tidak. Mereka itu sebenarnya bahkan lebih memeras bangsa sendiri dan tidak setia pada inti ajaran agama.

Menyesal dan Akhirnya Berangkat

Gagasan dasar dalam perumpamaan ini terungkap dalam kata “menyesal” dalam ayat 29. Anak yang pada mulanya tegas-tegas tidak mau menuruti kemauan ayahnya itu kemudian menyesal. Gagasan “menyesal” di sini bukan terutama perasaan gegetun karena telah berbuat sesuatu yang kurang baik dan kini merasa tak enak, ada ganjelan dalam hati, kenapa tadi berbuat begini atau begitu. Oleh karena itu kiranya tidak amat tepat bila kita bayangkan anak yang akhirnya menjalankan permintaan ayahnya itu sebagai orang yang punya hati, berperasaan, dan ingin memuaskan ayahnya. Semua ini memang amat berharga dan sering terjadi. Namun perumpamaan kali ini tidak membicarakan sikap hati seperti itu. Yang ditunjukkan ialah keberanian untuk meninjau kembali niatnya dan memikirkan apakah tidak lebih baik menjalankan yang diminta dari pada bersikeras.

Perkaranya menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan anak yang kedua. Sebetulnya dia tidak pernah berniat berangkat bekerja di kebun anggur ayahnya. Ia hanya berbasa-basi mengatakan “Baik pak!” tapi sebetulnya hanya ingin agar tidak diganggu lebih lanjut. Ia lebih berminat meneruskan yang sedang dikerjakannya. Tidak juga ia berminat mencari tahu mengapa ayahnya memintanya pergi bekerja di kebun anggurnya. Ia cuma mau membungkam ayahnya dengan sebuah janji. Ia tidak berpikir panjang mengenai tindakannya atau alasan permintaan ayahnya.

Jadi pengertian “menyesal” dalam perumpamaan ini lebih cocok dipahami sebagai “memikirkan kembali”, “meninjau kembali keputusan yang telah dibuat” dan “urung menjalankan yang sudah diniatkan”. Ada usaha untuk tidak membiarkan diri terpancang pada satu pandangan mati. Itulah yang terjadi pada anak yang pertama. Meskipun sudah dengan jelas mengatakan tidak mau berangkat, ia akhirnya berangkat pergi juga. Boleh jadi ia mulai berpikir mengapa sang ayah memintanya bekerja. Apa tidak ada pekerja? Apa memang amat perlu? Tidak dijelaskan dalam perumpamaan alasan sang ayah. Tetapi anak yang ini jelas mengerti maksudnya. Dan ia yakin sebaiknya menuruti. Di bawah nanti akan diulas arti permintaan tadi.

Permintaan Sang Ayah = Rezeki Hari Ini?

Tidak ada buruknya kita coba ikut merasa-rasakan bagaimana sang ayah mengungkapkan keinginannya. Ia berkata, “Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur!” Kata-kata ini tidak berisi sebuah perintah keras, melainkan tawaran yang diungkapkan dengan halus. Terasa juga sapaan yang penuh kasih sayang. Isi permintaannya sendiri sebetulnya tidak amat berarti. Ada banyak orang yang menunggu dipekerjakan di kebun anggurnya. Sang ayah meminta anaknya bekerja di sana justru karena ia mau menawarkan kesempatan bagi mereka. Dan lebih khusus lagi, ia menawarkan kesempatan bekerja “hari ini”.

Tawaran bekerja di kebun anggur “hari ini” mengingatkan pada permintaan kepada Bapa dalam doa yang diajarkan Yesus: “Berilah kami rezeki pada hari ini”. Dalam perumpamaan ini ditunjukkan betapa sang ayah ingin memberi sesuatu yang dapat membuat anaknya mendapatkan sesuatu pada “hari ini”. Rezeki pada hari ini, itulah yang ditawarkannya dengan lembut. Tidak dipaksakannya. Berarti bisa ditolak, bisa tak dianggap penting, diremehkan, tapi tetap ditawarkan. Bagi yang tadinya tidak mau, tetapi kemudian berubah sikap, tawaran itu masih tetap berlaku.

Perumpamaan ini menggemakan tema kemurahan hati Allah yang ditawarkan kepada siapa saja tetapi yang tidak selalu diterima dengan serta merta. Dalam perumpamaan hari Minggu lalu (Mat 20:1-16) kemurahan hati ini dipersoalkan oleh mereka yang kurang memikirkan keadaan mereka yang kurang seberuntung mereka. Pekerja yang langsung menemukan pekerjaan dan masuk pagi kurang senang melihat yang datang kemudian mendapat upah sama. Tetapi mereka yang datang kemudian ini sebenarnya sudah lama menunggu. Kini dalam perumpamaan tentang dua anak, rezeki hari itu ditawarkan kepada dua orang yang sebetulnya tahu apa itu kemurahan hati dan kebaikan ilahi. Tetapi hanya satu saja yang akhirnya mau menerimanya. Yang lain merasa tidak membutuhkannya. Pembaca perumpamaan ini diajak berpikir di mana kedudukannya sekarang ini. Sekaligus ada imbauan untuk berubah bagi yang bersikap sebagai anak yang kedua.

Salam hangat,

Iman Adalah Anugerah Yang Mengagumkan

Try the new Yahoo Mail

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Sabtu, 30 September 2017

Lukas 9:43b-45

9:43b Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
9:44 "Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."
9:45 Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang akan banyak dihormati oleh masyarakat umum karena perannya dalam memperhatikan kebaikan umum. Amat banyak orang akan menyayanginya.
  • Tampaknya, karena banyak orang menghormat dan menyayangi, seorang tokoh akan selalu hidup terjaga. Hidupnya akan menjadi aman karena kesiagaan banyak orang jadi pelindung.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sebesar apapun jumlah orang mendukung perjuangannya dan sedalam apapun banyak orang menyayanginya, seorang tokoh pejuang kebaikan umum akan menyadari besarnya risiko yang dihadapi karena dia selalu berhadapan dengan gentayangannya jiwa-jiwa jahat. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menyadari bahwa kesejatian perbuatan baik akan sungguh tampak kala muncul penentangan kaum jahat.
Ah, kalau baik sungguh jelas tak ada penentangnya dong.

Thursday, September 28, 2017

Rama Yadi


Sudah lebih dari 10 hari Rm. Yadi tidak tampak ikut makan bersama dengan rama-rama lain. Bagian meja makan Domus Pacis yang biasa menjadi tempat Rm. Yadi selalu ditempati oleh Rm. Bambang. Pada suatu hari, sebelum itu, Rm. Yadi mengirim SMS kepada Rm. Bambang bahwa kondisi badannya membuat beliau tak dapat melayani dirinya. "Bu Riwi ngurus kula wonten kamar" kata beliau. Karena gejala pertama yang dirasakan adalah amat sakitnya tulang pinggul, beliau periksa ke dokter Rahardyan di RS Panti Rapih. Pada waktu itu beliau masih ikut makan di kamar makan Domus. Tetapi dokter kemudian merujuk ke dokter Tejo. Dan dalam pendaftaran ternyata Rm. Yadi baru dapat berjumpa dengan dr. Tejo pada tanggal 5 Oktober 2017. Sesudah itu Rm. Yadi memang terus berada dalam kamarnya. Kalau Bu Riwi sedang berada di tempat kerjanya, kemenakan Rm. Yadi menggantikannya. "Riki minggah mboten napa-napa" kata beliau, sambil menunjuk bagian pinggang ke kepala, kepada Rm. Bambang yang menengoknya pada sekitar jam 17.30 Selasa 26 September 2017 di kamarnya. Rm. Yadi memang berbaring dengan kondisi tidak segar. "Pinggul mengisor tansah kraos sakit. Ngadeg mboten kiyat. Lungguh rekaos sanget" (Pinggul ke bawah selalu terasa sakit. Untuk berdiri sudah tidak kuat. Duduk amat berat).

Allah Menjaga Kita Melalui Para Malaikat Agung

Lamunan Pesta

Santo Mikael, Santo Gabriel, dan Santo Rafael, Malaikat Agung
Jumat, 29 September 2017

Yohanes 1:47-51

1:47 Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
1:48 Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."  
1:49 Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
1:50 Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."
1:51 Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat merasa amat bergembira karena dapat melihat langsung peristiwa yang menjadi pembicaraan masyarakat umum. Dia tak hanya tahu karena mendengar atau membaca berita tetapi karena secara langsung berada di tempat peristiwa terjadi.
  • Tampaknya, dengan melihat langsung peristiwanya, orang dapat ikut menjadi saksi. Dia dapat ikut menjadi sumber kebenaran berita.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sebesar apapun pengetahuan seseorang termasuk kemampuan menganalisisnya terhadap sebuah peristiwa duniawi, dia belum akan menjadi sumber kesaksian kesejatian hidup kalau dalam kehidupan harian tidak didasari oleh kesibukan batin bergaul dengan daya-daya ilahi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mudah mengalami daya surgawi di tengah hidup hariannya.
Ah, yang pokok adalah sibuk kerja agar hidup menjadi kaya dan makin kaya.

Wednesday, September 27, 2017

Sebuah Soal: Mengurus Cucu


Pada Minggu 24 September 2017 Rm. Bambang diminta oleh Komisi Pendampingan Keluarga Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk memimpin rekoleksi keluarga-keluarga Katolik usia perkawinan tahun 1973-1983 dari Rayon Kulon Progo. Dari sekitar 200an orang peserta mayoritas datang dari Paroki Promasan karena yang menjadi penyelenggara adalah Tim Kerja Pastoral Keluarga Promasan. Rekoleksi ini terjadi di gedung Wisma Ibu, sebelah gedung gereja Promasan. Rm. Antonius Wahadi, pastor di Paroki Promasan, juga ikut hadir. Yang menjadi topik pembicaraan adalah Bangga Menjadi Keluarga Katolik. Rm. Bambang memproses rekoleksi ini bertolak dari omong-omong antar para peserta tentang kebanggaan mereka sebagai keluarga Katolik. Kemudian dibuka adanya ungkapan sharing publik. Rm. Bambang mencatat dan menemukan beberapa pokok yang menjadi akar pengalaman-pengalaman yang disampaikan dalam pleno. Ternyata yang kemudian menjadi pembicaraan panjang dan hangat bahkan agak panas adalah soal hubungan dengan cucu.

Berkaitan dengan pengalaman mengurus cucu, sebenarnya Rm. Bambang memberikan cakrawala: 1) Cucu adalah tanggung jawab orang tuanya. Anak yang sudah berkeluarga akan meninggalkan orang tuanya (bdk Kej 2:24); 2) Pada jaman kini yang namanya keluarga besar (extended family) sudah bergeser pada keluarga sebagai batih atau keluarga kecil (nucleus family); 3) Pada jaman kini setiap keluarga yang bertanggungjawab akan menanggung kehidupan secara mandiri. Rm. Bambang memang bicara tentang kemungkinan kakek-nenek menggantikan anak untuk mengurus cucu. Tetapi hal ini sebaiknya dilakukan dengan batasan waktu kalau ternyata orang tua si cucu masih hidup. Akan tetapi tampaknya soal mengurus cucu itu menjadi hal berat untuk dilepas. Beberapa hal yang menjadi soal adalah:
  • Bagaimanapun juga kakek-nenek wajib membantu anak dan menantu yang hidup pas-pasan dan harus mencari nafkah.
  • Kalau tidak mau peduli untuk mengurus cucu, bagaimana kalau kelak sudah jompo anak dan menantu ganti tak mau mempedulikannya.
  • Kalau nyatanya anak dan menantu melarat, kakek-nenek harus mengurus pembeayaan cucu.
  • Air selalu mengalir ke bawah sehingga kebaikan selalu pada yang bawah.
  • Dengan mengurus cucu, sekalipun sudah lansia, orang tak akan pikun.

Pertobatan Harian dalam KerahimanNya

Try the new Yahoo Mail

Lamunan Pekan Biasa XXV

Kamis, 28 September 2017

Lukas 9:7-9

9:7 Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan iapun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati.
9:8 Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.
9:9 Tetapi Herodes berkata: "Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?" Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, agama sering dipakai untuk tolok ukur menilai orang. Orang baik akan beragama dan orang jahat akan abai dalam agama.
  • Tampaknya, di dalam beragama pun orang masih sering mengukur sikap baik dan jahat. Yang tidak taat menjalani kebiasaan-kebiasaan doa dan ibadah dapat dinilai bahwa sesungguhnya dia berada dalam lingkungan kuasa jahat.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun orang memeluk agama tertentu dan tekun menjalani segala tatanannya, ini semua tidak boleh menjadi tolok ukur untuk menilai apakah dia baik atau jahat yang sejatinya dapat disadari dalam sikap hatinya cemas atau tidak bila berhadapan dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang lain terutama yang beda golongan atau sikap dengannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menyadari diri sebagai orang baik atau buruk berdasarkan iklim batin gelisah atau tidak ketika tahu orang lain melakukan kebaikan.
Ah, sebaik apapun orang lain yang berseberangan, itu adalah ancaman untuk kesuksesan kita. 

Tuesday, September 26, 2017

Presidium Cupu Rohani Wirobrajan


Ketika para rama Domus mulai berdatangan masuk kamar makan untuk santap siang, karyawan memberi informasi bahwa ada tamu. Itu terjadi pada Kamis 21 September 2017. Sebenarnya karyawan pertama-tama hanya bilang "Wonten suster badhe kepanggih rama" (Ada suster mau berjumpa dengan rama) yang ditanggapi oleh Rm. Bambang "Rama sapa" (Untuk rama siapa?). Ternyata karyawan berkata "Kangge sedaya" (Untuk semua). "Diaturi dhahar sisan" (Dimohon sekaliyan ikut makan) Kata Rm. Bambang. Ketika karyawan menjelaskan bahwa suster itu bersama tiga orang lain, Rm. Bambangpun tetap meminta mereka masuk kamar makan untuk santap bersama para rama Domus. Pada waktu itu rama yang ada adalah Rm. Rio, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, dan Rm. Bambang. Rm. Tri Wahyono dilayani di kamar dan Rm. Yadi juga di kamar karena sedang sakit.

Seorang suster masuk bersama dua orang ibu dan satu pemuda. "Kami dari Legio Maria Gereja Wirobrajan, rama" salah satu ibu, yang ternyata bernama Ibu Yuningsih memperkenalkan diri. Ketika Rm. Bambang bertanya "Dari presidium apa", Bu Yuningsih menjawab "Presidium Cupu Rohani." Ternyata mereka membawa nasi dos kotak dalam jumlah banyak yang masih sisa untuk semua rama Domus, para karyawan, dan tentu juga untuk mereka bereempat. Keempat orang Legioner ini datang berkunjung di Domus Pacis secara spontan. Katanya, mereka berjumpa di Pasar Wirobrajan lalu bersepakat mengunjungi para rama Domus. Tetapi mereka sempat membawa oleh-oleh termasuk T Shirt untuk para rama dan karyawan.

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Vinsensius a Paulo, Imam
Rabu, 27 September 2017

Lukas 9:1-6

9:1. Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.
9:2 Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang,
9:3 kata-Nya kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.
9:4 Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ.
9:5 Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka."
9:6 Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, bagaimanapun juga pada umumnya orang ingin selalu menghayati kebaikan. Dalam relung hati orang tak menginginkan masuk dalam golongan penjahat.
  • Tampaknya, tak sedikit yang menggambarkan bahwa kunci menjadi baik adalah hidup beragama. Orang akan dijauhkan dari jiwa jahat kalau tekun menjalani perintah dan menjauhi larangan agama.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun amat tekun dan disiplin menjalani hidup keagamaan, orang masih amat mudah dirasuki oleh jiwa kejahatan apabila tidak memiliki sikap peduli dan ikut ambil bagian membawa kegembiraan dengan ikut menghadirkan kesejahteraan bagi kaum papa dan terlantar. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan sadar bahwa daya jiwani sejati itu terutama membawa orang pada upaya meringankan beban derita kaum papa dan terlantar.
Ah, yang rohani itu ya hanya yang agamawi.

Mari Mewartakan Kabar Baik

Monday, September 25, 2017

Bantulah Aku Mendengarkan dan Melaksanakan SabdaMu



Try the new Yahoo Mail

Lamunan Pekan Biasa XXV

Selasa, 26 September 2017

Lukas 8:19-21

8:19 Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak.
8:20 Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau."
8:21 Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada anggapan bahwa orang yang terbiasa olah kerohanian hidupnya akan selalu dituntun oleh cahaya relung kalbu. Apa yang dikatakan dan dilakukan menjadi ungkapan dan wujud hari amanat nurani.
  • Tampaknya, ada anggapan bahwa orang yang hidup dalam kuasa nurani akan jadi sosok baik. Banyak orang akan kagum dan bahkan mau menjadi pengikutnya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, dikagumi oleh banyak orang lain atau tidak dan banyak pengikutnya atau tidak, kebiasaan menjadi pendengar amanat nurani dan taat menjalani dalam segala perbuatan akan menjadikan orang terutama bagian dari persaudaraan besar dengan siapapun yang dikuasai kehendak luhur. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjadi bagian dari keluarga besar kaum taat nurani.
Ah, kalau memang sungguh baik orang akan mudah menjadi kaya.

Yesus Kristus Cahaya Hidupku

Try the new Yahoo Mail

Sunday, September 24, 2017

Air Minum


"Mo, bentar lagi ada yg ngantar air mineral AXOGY galon ke DP. Galon kosong AQUA gak usah dibawakan, biar ambil galon kosong dr Sapen" kata Bu Titik Ariniwati dalam SMS di HP Rm. Bambang pada Rabu 20 September 2017 jam 08.56 yang masih diteruskan pada jam 08.58 "Berikutnya, setiap bulan kami bantu 10 galon ya." Bu Titik adalah adik sepupu dari almarhum Ibu Sumarsiyah, ibu kandung Rm. Bambang. Pada hari itu Bu Titik mengirimkan 10 galon AxoGy. Pengiriman ini memenuhi janji beliau pada hari Jumat tanggal 8 September 2017. Pada waktu itu, sepulang dari kontrol dokter di RS Panti Rapih, Rm. Bambang diantar oleh Bu Rini mengunjungi rumah Bu Titik di kampung Sapen. Kunjungan ini berkaitan dengan Pak Bambang Ananto, suami Bu Titik, yang baru saja opname untuk operasi tulang patah pada jari. Pada kesempatan omong sana omong sini, pembicaraan sampai pada kebiasaan minum air mineral Kangen Water pemberian berkala dari Bu Dwi yang tinggal di Tlogo, Prambanan. Dari dua sumber kepedulian itu, Rm. Bambang mengambil keputusan untuk menempatkan AxyGo di kamar makan Domus Pacis dan Kangen Water untuk kamar pribadi.

Lamunan Pekan Biasa XXV

Senin, 25 September 2017

Lukas 8:16-18

8:16 "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.
8:17 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.
8:18 Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang akan disebut bijak karena mampu memegang rahasia. Rahasia dapat menyangkut hal buruk yang dapat menjatuhkan nama orang lain.
  • Tampaknya, orang juga disebut bijak kalau tidak mudah mengungkapkan hal-hal yang menyangkut dirinya. Demi kerendahan hati dan sikap santun orang juga tidak layak untuk mengungkap kebaikan yang ada dalam dirinya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, serapat apapun orang tidak menunjukkan kebaikan yang ada dalam dirinya baik demi kerendahan hati ataupun demi kesantunan, kebaikan sejati tetap akan terungkap dan terwujud karena ada daya ilahi yang menampilkan dan mengejawantahkan demi kemaslahatan banyak orang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan bersyukur karena boleh menjadi pancaran kebaikan-Nya.
Ah, berbuat baik itu pada jaman kini harus jelas imbalannya.