Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, December 31, 2019

Santo Telemakus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3536 Diterbitkan: 23 October 2014 Diperbaharui: 27 Desember 2019

  • Perayaan
    1 Januari
  •  
  • Lahir
    Hidup pada akhir abad ke-4 (tanggal dan tahun lahir tidak diketahui)
  •  
  • Kota asal
    Yang tertulis : Datang dari Timur ke Roma
  •  
  • Wafat
    Martir - Dilempari batu sampai mati dalam arena Gladiator di Roma - Italia pada tanggal 1 Januari 391 atau 404 (sumber berbeda)
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Kisah tentang Santo Telemakus ditemukan dalam tulisan Theodoret, Uskup Cyrrhus, Suriah. Telemakus disebutkan sebagai seorang pertapa (sumber lain menyebutkan : biarawan)  yang datang ke Roma dari Timur. Ia mencoba untuk menghentikan perkelahian gladiator di amphitheater Romawi, hingga ia dilempari batu sampai mati oleh orang banyak. Kaisar Kristen Honorius, bagaimanapun, sangat terkesan dengan kemartiran biarawan itu dan mendorongnya untuk mengeluarkan larangan yang sangat bersejarah, yaitu melarang pertunjukan pertarungan gladiator.
Pertarungan gladiator yang terakhir diketahui berlangsung di Roma adalah pada tanggal 1 Januari 404 M, jadi tanggal ini dijadikan sebagai tanggal kemartiran Santo Telemakus.
Sebuah tradisi lain mengisahkan bahwa kemartiran santo Telemakus terjadi setelah ia berdiri di ampiteater dan mengatakan kepada majelis untuk berhenti menyembah berhala dan mempersembahkan korban kepada para dewa. Mendengar pernyataan ini, prefek kota lalu memerintahkan para gladiator untuk membunuh Telemachus.

Lamunan Hari Raya

Santa Maria Bunda Allah
Rabu, 1 Januari 2020

Lukas 2:16-21

2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.
2:17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.
2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.
2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.
2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
2:21. Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, seseorang menjadi ibu atau bapak karena sudah berkeluarga. Mereka dapat merasa sungguh ibu dan bapak karena mempunyai anak.
  • Tampaknya, di dalam kebersamaan ada juga sosok yang dituakan. Dia adalah seorang pemimpin dan mendapatkan penghormatan khusus.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun di dalam keluarga sudah memiliki beberapa anak atau di dalam hidup bersama menjadi seorang pemimpin, orang sungguh menjadi orangtua dan dituakan karena memiliki kebiasaan memasukkan segala hal dan peristiwa ke dalam hati dan memikir-mikirkannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mampu menjadi salah satu sumber hidup karena biasa mendialogkan segala yang dialami dengan nuraninya.
Ah, orangtua sejati itu ya yang bisa membeayai anak.

Monday, December 30, 2019

Santo Paus Silvester I

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 7218 Diterbitkan: 08 Agustius 2013 Diperbaharui: 24 Desember 2019

  • Perayaan
    31 Desember
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-4
  •  
  • Kota asal
    Roma - Italia
  •  
  • Wafat
    31 Desember 335 di Roma, Italia | Oleh sebab alamiah
    Dimakamkan di Church of Saint Sylvester Roma.
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Paus St. Sylvester I adalah paus kita yang ke-33. Ia dinobatkan menjadi paus menggantikan Santo Paus Meltiades. Ia adalah orang yang membabtis Kaisar Romawi menjadi seorang Kristen dan sekaligus menjadi bapa Spiritual dari Kaisar Kristen pertama dalam kerajaan Romawi; Kaisar Konstantinus I. Kisah pertobatan Kaisar ini sungguh luar biasa.
Pada mulanya Konstantinus sama saja dengan para kaisar pendahulunya yang membenci dan menganiaya umat Kristen. Kemudian Konstantinus I terjangkit penyakit kusta. Ia sudah  menyelenggarakan suatu ritual kafir penyembahan dewa-dewi sebagai usaha mendapatkan kesembuhan. Namun ia tidak juga disembuhkan.  Menurut legenda Kaisar kemudian bermimpi di mana ia melihat St. Petrus dan St. Paulus berbicara kepadanya. Mereka menyuruh kaisar pergi kepada Paus Sylvester untuk minta disembuhkan. Konstantinus kemudian memohon kepada paus agar ia dibaptis dan kaisar dibaptis di Basilika St. Yohanes Lateran. Pada saat Pembaptisan, Kontantinus disembuhkan sama sekali dari penyakitnya. Sejak saat itu, Konstantinus tidak hanya mengijinkan agama Kristiani berkembang, (mengeluarkan Edik Milano);  malahan ia sendiri menjadi seorang Kristen yang taat. Kejadian ini menandai berakhirnya masa penganiayaan pada umat Kristen yang sudah berlangsung selama hampir tiga abad.  Konstantinus I di kemudian hari dikenal dengan nama Konstantinus Agung;  Kaisar Romawi Kristen yang pertama.
Dalam masa kepausan Santo Sylvester; dengan dukungan penuh dari Kaisar Konstantinus, Paus Sylvester lalu membangun gereja-gereja besar di Roma. Seperti Basilika St. John Lateran, Santa Croce in Gerusalemme, Basilika Santo Petrus, dan beberapa gereja cemeterial di atas makam para martir. Dalam masa ini juga diselenggarakan konsili ekumenis pertama yang disebut Konsili Nicea I pada tahun 325. Paus Sylvester sendiri tidak bisa menghadiri Konsili tersebut, namun ia menunjuk Vitus dan Vincentius untuk mewakilinya dan ia menyetujui semua keputusan dari sidang Konsili tersebut.
Devosi kepada Paus Sylvester I amat terkenal pada masa Gereja Perdana. Ia adalah paus pertama bukan martir yang dimaklumkan sebagai santo. Di Basilika St. Yohanes Lateran di Roma terdapat suatu dinding berhiaskan mozaik yang sungguh indah, menggambarkan Yesus memberikan kunci-kunci kuasa rohani kepada Paus St. Sylvester I.

Lamunan Oktaf Natal

Hari ketujuh
Selasa, 31 Desember 2019

Yohanes 1:1-18

1:1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
1:5. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
1:6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;
1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.
1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
1:15. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku."
1:16 Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;
1:17 sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada umumnya orang dikatakan hidup kalau masih dapat bernapas. Napas menjadi ciri utama untuk kehidupan manusia.
  • Tampaknya, kalau napas berhenti orang dikatakan mati. Dengan demikian di dalam napas ada hidup.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun badan sehat wal afiat sehingga selalu mampu bernapas, orang belum tentu sungguh menghayati kehidupan yang sejatinya merupakan keheningan batin yang menghadirkan keceriaan dalam keadaan apapun bahkan ketika dia meninggalkan alam fana. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang merasakan kesungguhan hidup yang menceriakan dirinya baik di kala susah maupun gembira.
Ah, orang sungguh hidup kalau masih enak makan.

Sunday, December 29, 2019

Santa Anysia

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 5633 Diterbitkan: 08 Agustus 2013 Diperbaharui: 24 Desember 2019

  • Perayaan
    30 Desember
  •  
  • Lahir
    Hidup pada akhir abad ke-2
  •  
  • Kota asal
    Salonika, Thessaly, Yunani
  •  
  • Wafat
    30 December 304 | Martir. Di tebas dengan pedang sampai mati
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Santa Anysia hidup di Tesalonika pada akhir abad kedua. Ia lahir dari keluarga Kristen yang kaya dan saleh.  Anysia sangat saleh. Ia hidup dalam doa dan ia memiliki kaul pribadi akan kesucian dan kemiskinan. Ia juga sering menggunakan kekayaannya untuk membantu orang-orang miskin di Tesalonika. Tesalonika adalah sebuah kota purba di Yunani dimana St. Paulus pernah singgah dan mewartakan Injil Kristus. 
Pada masa itu, terjadi penganiayaan yang kejam terhadap umat Kristiani. Gubernur Tesalonika bertekad untuk mencegah semua umat Kristiani untuk berkumpul bersama dan merayakan Misa. Tetapi umat beriman secara diam-diam  tetap berkumpul dan merayakan misa bersama. Pada suatu hari Anysia berusaha untuk menghadiri pertemuan tersebut. Ketika ia melewati pintu gerbang kota yang disebut Gerbang Kasandra, seorang serdadu menjadi curiga kepadanya. Ia segera menghalangi langkah Anysia serta menyelidiki kemanakah Anysia hendak pergi.
Karena amat ketakutan, Anysia melangkah mundur sambil dengan tidak sadar membuat tanda salib. Melihat itu, sang serdadu langsung menyadari bahwa gadis ini adalah seorang Kristen. Ia mencengkeram tubuhnya dengan kasar dan berusaha menyeretnya menuju kuil berhala untuk memaksa Anysia agar murtad dengan memberikan persembahan kepada dewa-dewi dalam kuil tersebut. Anysia berusaha melawan sekuat tenaga sehingga orang kafir itu menjadi semakin marah. Akhirnya, dalam puncak kemarahan, ia mencabut pedangnya dan menebaskannya ke tubuh Anysia. Anysia pun jatuh dan tewas seketika di kaki sang serdadu.
Ketika penganiayaan telah berakhir, umat Kristiani Tesalonika mendirikan sebuah gereja di tempat di mana St. Anysia telah menyerahkan nyawa bagi Kristus. Anysia wafat sekitar tahun 304.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Oktaf Natal

Hari keenam
Senin, 30 Desember 2019

Lukas 2:36-40

2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,
2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

Butir-butir Permenungan
  • Katanya, pada umumnya kaum lanjut usia (lansia) selalu mengalami penurunan baik berkaitan dengan raga maupun jiwa. Secara ragawi penyakit-penyakit tertentu mudah menjangkitinya dan secara jiwani mudah goncang karena makin menyempitnya hubungan sosial.
  • Katanya, pada umumnya kaum lansia mudah mengalami krisis karena hal-hal mulitidimensional. Lansia mudah mengalami banyak hal jadi masalah kalau pikirannya diwarnai oleh hal-hal yang irasional.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun hidupnya dirundung berbagai macam derita baik ragawi maupun jiwani dalam kondisi kesendirian, seorang lansia akan tetap menjadi sosok luhur karena ketenangan batinnya sehingga selalu membawa realita hidupnya kepada Tuhan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati seorang lansia dalam keadaan apapun akan selalu mengalami keceriaan batin.
Ah, bagaimanapun juga orang kalau sudah berusia lanjut akan mudah merepotkan orang lain.

Saturday, December 28, 2019

Santo Thomas Becket

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3678 Diterbitkan: 08 Agustus 2013 Diperbaharui: 23 Desember 2019

  • Perayaan
    29 Desember
  •  
  • Lahir
    21 Desember 1118
  •  
  • Kota asal
    London, Inggris
  •  
  • Wafat
    29 Desember 1170. | Matir. Dibunuh didalam Kathedral Canterbury, Inggris
  •  
  • Kanonisasi
    21 February 1173 oleh Paus Alexander III

Thomas Becket lahir di Cheapside London  pada tanggal 21 Desember 1118. Ayahnya adalah seorang tuan tanah kecil atau bangsawan kelas rendah di Inggris.  Ketika usianya sekitar duapuluh empat tahun, Thomas mendapatkan pekerjaan di Keuskupan Agung Canterbury. Disini ia mulai tertarik untuk menjadi seorang imam. Thomas seorang pemuda yang tampan, amat cerdas dan pandai bergaul. Sebentar saja, ia telah menjadi kesayangan Raja Henry II sendiri. Orang mengatakan bahwa raja dan Thomas memiliki hanya satu hati dan satu pikiran - seperti layaknya sepasang sahabat karib. 
Raja Henry II bahkan mengirim putranya yang juga bernama Henry untuk hidup bersama Thomas. Adalah lumrah pada masa itu apabila anak bangsawan dibina dengan cara tinggal dalam rumah bangsawan lainnya.  Pangeran Henry dilaporkan pernah mengatakan bahwa dalam sehari; Thomas Becket menunjukkan cinta kasih yang tulus dan figur kebapakan yang dibutuhkannya dan lebih dari yang bisa diberikan oleh ayahnya dalam sepanjang hidupnya. Keterikatan emosional Henry muda dengan Santo Thomas Becket sebagai ayah angkat mungkin merupakan salah satu alasan yang membuat Henry muda di kemudian hari berbalik menentang ayahnya.
Ketika Thomas berusia tigapuluh enam tahun, Raja Henry menjadikannya ketua parlemen. Sebagai ketua parlemen Inggris, Thomas menempati rumah yang besar dan kemewahan.  Namun demikian, ia sungguh murah hati kepada orang-orang miskin. Awalnya Ia adalah seorang yang cepat marah, dan ia mengatasinya dengan melakukan banyak matiraga dan melewatkan berjam-jam lamanya dalam doa, seringkali hingga larut malam.
Ketika Uskup Agung Canterbury wafat, raja meminta paus untuk memberikan jabatan tersebut kepada Thomas. Itu berarti bahwa Thomas harus ditahbiskan terlebih dahulu menjadi seorang imam. Tetapi, Thomas mengatakan secara terus terang kepada raja bahwa ia tidak ingin menjadi Uskup Agung Canterbury. Ia sadar sepenuhnya bahwa jabatan itu akan menempatkannya dalam konflik langsung dengan Raja Henry. Thomas tahu bahwa kalau ia menjadi seorang Uskup maka haruslah ia membela Gereja; dan itu berarti bahwa ia akan berhadap-hadapan secara langsung dengan Raja Henry.
“Bila saya seorang uskup maka kasih baginda kepadaku akan berubah menjadi kebencian,” demikian ia memperingatkan Henry.  Raja tidak peduli, dan Thomas ditahbiskan menjadi imam dan kemudian menjadi uskup pada tahun 1162. Pada mulanya, segala sesuatu berjalan lancar seperti sedia kala.
Suatu hari raja menuntut sejumlah uang yang cukup besar dari kas gereja. Uskup Thomas dengan tegas menolak tuntutan ini karena merasa tidak patut bila keuangan dan kebebasan gereja dirampas oleh negara. Penolakan tegas ini membuat Raja geram terhadap sahabatnya itu. Ia  mulai memperlakukan Thomas dengan buruk.  Sesaat, Thomas tergoda untuk sedikit mengalah. Tetapi kemudian ia menyadari akan kuatnya keinginan Raja Henry untuk mengendalikan Gereja. Thomas sungguh menyesal bahwa ia bahkan pernah berpikiran untuk mengalah kepada raja. Ia mohon ampun atas kelemahannya itu dengan bermatiraga, dan kemudian ia menjadi lebih tegas dari sebelumnya.
Kebencian raja semakin menjadi-jadi ketika ia menyadari bahwa uskup Thomas tidak mungkin akan mengalah padanya. Suatu hari, dalam amarahnya raja berteriak : “Tak adakah seorang pun yang dapat mengenyahkan uskup agung sialan ini dari hadapanku?” Beberapa perwira kerajaan menanggapi umpatan ini dengan serius. Mereka bermufakat untuk menghabisi sang uskup agung.  Mereka kemudian menyerang Thomas yang sedang merayakan misa di dalam katedral keuskupan. Dalam sakrat maut, bapa uskup mengatakan, “Demi nama Yesus dan demi membela Gereja, aku bersedia mati.” 
Hari itu tanggal 29 Desember 1170. Segenap umat Kristiani di seluruh penjuru dunia terkejut dan ngeri atas pembunuhan keji di dalam Katedral tersebut. Paus Alexander III dengan keras menegur raja Henry bahwa ia secara pribadi bertanggung jawab atas pembunuhan uskup agung.
Uskup Agung Thomas Becket dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Alexander III pada tahun 1173.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Pesta

Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf
Hari kelima Oktaf Natal
Minggu, 29 Desember 2019

Matius 2:13-15.19-23

2:13. Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
2:14 Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
2:19. Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:
2:20 "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."
2:21 Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.
2:22 Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea.
2:23 Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang tua yang baik akan selalu memperhatikan anak. Orang tua akan menjaga kebaikan anak.
  • Tampaknya, ada pepatah Jawa yang berbunyi anak polah bapa kepradhah (anak memiliki keinginan, orang tua akan berjuang memenuhi). Orang tua memperjuangkan kesejahteraan bagi anaknya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun sudah dipandang baik karena menjaga dan memperjuangkan kebaikan anak, orang tua yang sungguh baik akan menjalani kebaikan bagi anak berdasarkan suara dalam nuraninya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tua akan menjaga kehidupan keluarga berdasarkan hasil pendengaran akan suara yang ada dalam nurani.
Ah, asal bisa menyediakan simpanan untuk masa depan bagia anak, itu sudah membuat orang tua menjadi sungguh baik.

Minggu perayaan Keluarga Kudus 29/12/19 (Mat 2:13-15.19-23; Sir 3:2-6.12-14)

diambil dari https://unio-indonesia.org/2019/12/25; ilustrasi dari koleksi Blog Domus

Perayaan Keluarga Kudus
Rekan-rekan yang baik!
Injil yang dibacakan dalam Perayaan Keluarga Kudus kali ini ialah Mat 2:13-15.19-23. Kisahnya sudah banyak dikenal. Atas suruhan malaikat lewat sebuah mimpi, Yusuf membawa Yesus dan Maria menyingkir ke Mesir menghindari tangan kejam Herodes yang mau membunuh. Petunjuk malaikat dengan cara yang sama membuatnya kembali bersama keluarganya. Sekali lagi di tanah asalnya bisikan dalam mimpi membawanya pindah ke utara, dan menetap di Nazaret di Galilea. Matius menggambarkan riwayat sebuah keluarga yang menghadapi macam-macam kesulitan tetapi tetap disertai lindungan ilahi. Setelah uraian tentang Injil akan ditambahkan satu dua catatan mengenai bacaan pertama (Sir 3:2-6.12-14).
KISAH MASA KECIL YESUS
Boleh dikatakan, membaca Kisah Masa Kecil Yesus ada seninya tersendiri. Pokok-pokok yang dikisahkan dapat dan bahkan sebaiknya dibayangkan dengan cara yang cukup bebas. Kita juga biasa menggambarkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita itu. Cara ini bahkan sudah menjadi motif seni lukis dan pementasan selama berabad-abad. Dari keempat penginjil hanya Matius dan Lukas-lah yang mengisahkan masa kecil Yesus. Kedua Injil ini berbicara kepada orang-orang yang sudah mulai mengenal Yesus (lewat Markus) dan kini mau mengerti apa artinya menjadi muridnya dengan mendalami asal usulnya, keluarganya, masa kecilnya. Nanti akan tiba saatnya murid akan berbagi kehidupan rohani dengan Yesus sendiri, berbagi sangkan paran dengannya. Itulah saatnya Injil Yohanes dapat membantu lebih jauh. Di situ tidak lagi ada kisah masa kanak-kanak.
Dalam upaya membaca secara kreatif itu tadi dapat kita bayangkan tokoh-tokoh yang berperan dalam kisah Yusuf bersama Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir, kemudian pulang dan menetap di Galilea. Ada empat tokoh, yang pertama ialah malaikat yang menampakkan diri dalam mimpi, kemudian Yusuf, dan “Anak serta ibunya”, akhirnya “Herodes, ayah dan anak.” Boleh jadi di antara rekan ada yang heran mengapa “Ibu dan anak” dianggap satu tokoh dan bukan dua. Di situlah kita perlu mengikuti cara bercerita Matius dengan teliti dan berusaha memahami maksudnya. Bila kita baca dari dekat ay. 13, 14, 20, 21, Yesus dan Maria kedua-duanya selalu disebutkan bersama. Mereka tidak dapat dipisahkan. Jadi Matius menampilkan mereka sebagai satu tokoh dengan “dua sisi”. Memang penokohan seperti ini hanya muncul dalam hubungan dengan tindakan Yusuf yang mengikuti petunjuk malaikat, yakni membawa mereka mengungsi, membawa mereka kembali. Bagaimanapun juga kita diajar Matius untuk membayangkan Yesus kanak-kanak dan Maria, yang hanya disebut sebagai “ibunya”, sebagai kesatuan, sebagai satu pribadi yang tak terpisahkan. Namun lebih penting lagi, “anak dan ibunya” itu ditampilkan Matius sebagai tokoh yang dilindungi oleh daya-daya langit dengan cara yang amat manusiawi, dengan memakai kesahajaan orang seperti Yusuf.
Kekuatan jahat ditokohkan dengan sosok yang memiliki “dua sisi” juga, yakni Herodes dan anaknya. Namun kekuatan ini tidak dapat berbuat banyak. Bukan tanpa maksud Matius menggambarkan Herodes ayah-anak itu sebagai kekuatan gelap yang turun-temurun yang mau merusak dan menghancurkan kehadiran Allah di antara manusia. Menyadari hal itu dapat membuat kita mengerti gerak gerik kehadiran kekuatan yang jahat di dunia ini: hadir terus, memakai kekuasaan dan menungganginya untuk memusuhi kemanusiaan. Tidak lagi penting lagi siapa persisnya yang membadankan kuasa ini. Yang mencolok ialah perkaranya, kegiatannya. Kekuatan jahat bisa memakai orang ini atau orang itu, Herodes yang dulu atau Arkhelaus, anaknya. Sekarang pun masih ada dalam macam-macam bentuknya yang hanya dapat dikenal oleh orang yang jeli batinnya seperti Yusuf.
KESAHAJAAN YUSUF
Kesahajaan Yusuf membuat kekuatan jahat itu tidak bisa berbuat banyak walau kuasa mereka tidak dipunahkan. Sekaligus kesahajaan orang seperti Yusuf itu menjadi kebijaksanaan yang menyelamatkan. Yusuf paham situasi zaman. Matius menyiratkan hal ini dengan cara diam-diam pada ay. 22. Dikatakannya bahwa Yusuf mendengar bahwa yang menjadi raja di Yudea ialah anak Herodes, dan kemudian disebutkan ia takut ke sana. Dengan segala sisi kemanusiaannya, termasuk rasa takut juga, Yusuf mampu membaca gerak-gerik daya-daya yang luar biasa itu. Ia pandai membaca tanda-tanda ke mana kekuatan jahat mengarah. Namun lebih dari itu, ia mahir mengenal bimbingan ilahi dan dapat menurutinya. Dan bimbingan ilahi datang sesuai dengan kejelian Yusuf. Pada ay. 22 itu tidak lagi diceritakan malaikat menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan memberi tahu apa yang mesti dikerjakannya. Hanya disebutkan Yusuf “dinasihati dalam mimpi”. Matius seolah-olah hendak menyarankan, kini Yusuf sudah jadi orang yang peka akan bimbingan dari atas. Ia tahu apa yang mesti diperbuat. Dan memang yang dikerjakannya sejalan dengan yang diisyaratkan dari dunia keramat tadi.
Dari satu sudut pandang tertentu memang Yusuf ditampilkan sebagai tokoh buat-buatan yang dimunculkan untuk memudahkan orang memahami cara Tuhan melindungi “anak dan ibunya” tadi. Tetapi bila dibaca dengan minat untuk mengerti kemanusiaan, sambil merasa-rasakan apa yang dialami Yusuf, akan tampil seorang tokoh Yusuf yang sungguh nyata, yang berhasil menjalani liku-liku kehidupan dengan bimbingan ilahi menghindari jatuh ke dalam pengaruh yang jahat. Yusuf itu “orang pintar” yang ideal, tokoh kebatinan yang berpijak di bumi. Dia itu seperti Yusuf di Mesir yang pandai membaca arti mimpi, juga seperti Daniel si bijak yang akrab dengan dunia malaikat. Memang Matius berbicara kepada pembaca yang tahu alam pikiran Perjanjian Lama. Mereka itu segera menangkap maksudnya.
OMONG-OMONG DENGAN MATT
Malam Minggu kemarin Matt mengajak ke pasar malam Piazza Navona dan menikmati vino cotto di situ sekadar penghangat malam di musim dingin ini. Kayak minum wedang ronde di alkid Yogya.
GUS: Matt, kenapa kau buat cerita keluarga kudus itu mengungsi ke Mesir dan balik lagi?
MATT: Dalam ay. 15 kan kujelaskan, ini supaya digenapi yang difirmankan Tuhan dalam Hos 11:1, “Dari Mesir Kupanggil anak-Ku!”
GUS: Kalau boleh kutebak, kau itu waktu ingat Musa dan umat yang dipimpinnya kan? Dan menerapkannya kepada Yesus, ya cak?
MATT: Ekseget! Tapi musti juga kalian tekankan, dulu Musa dan orang-orang yang dibawanya itu rombongan penakluk tanah terjanji. Sekarang ini cuma satu keluarga kecil yang sering kalian orang modern gambarkan sebagai Yusuf yang sedang menuntun keledai yang dinaiki Maria yang menggendong anaknya.
GUS: Jadi sekarang bukan lagi perkara menaklukkan tanah terjanji dengan pekik kemenangan, tapi menampilkan sosok kemanusiaan yang membiarkan diri dibimbing kekuatan ilahi menjauhi yang jahat?
MATT: Bener! Aku cuma mau mencatat gambaran orang dulu mengenai keluarga yang kalian rayakan sekarang sebagai keluarga kudus. Dalam usia waktu itu Yesus belum tampil sebagai dirinya sendiri. Ia masih perlu dibesarkan ibunya. Maka dia kusebut dalam hubungan dengan ibunya. Tapi setelah agak besar ia akan diasuh bapa keluarga, siapa itu tak penting, apa ayahnya atau orang yang menjalankan peran itu.
GUS: Dan kau mau menekankan Yusuf itulah yang mengasuh dan membesarkannya?
MATT: Ya, juga untuk menunjukkan siapa Yusuf itu. Dari dialah nanti Yesus akan mendapat banyak. Belajar mengenal dunia, belajar mengenal Bapa-Nya di surga. Belajar memperhatikan orang-orang lain seperti Yusuf sendiri.
GUS: Tapi, Matt, apa bisa dikatakan bagi orang zaman sekarang bahwa tokoh Yusuf sendiri sebenarnya bukan pusat pengisahan. Yang mau kautonjolkan kan peranannya sebagai pengasuh. Jadi dengan kepolosan seperti yang ada pada Yusuf itu, siapa saja bisa ikut membesarkan kehadiran Yang Ilahi, merawatnya dengan penuh perhatian. Ulah batin katakan saja begitu.
MATT: Dan itulah kebijaksanaan yang masih bisa berlaku bagi orang zaman apa saja. Yes, an appeal to humanity, nothing is more convincing than that, my friend. Dari situ baru bisa orang mulai omong tentang yang di surga sana.
Dan malam itu kami pun ngobrol mengenai apa saja. Beberapa kenalan ikut nimbrung mempersiapkan homili di tengah keramaian pasar malam. Asyik. Malam itu di rumah saya bolak-balik membayangkan cara Matt membicarakan kisah-kisah keluarga kudus yang disusunnya itu. Dia yang kelihatannya tradisional dan suka ngikut establishment itu sebenarnya orang yang berpikir merdeka tapi juga yang amat menghormati sudut-sudut keramat dalam kehidupan ini. Ternyata dengan cara yang tak habis saya mengerti itu Matt mampu menampilkan Yusuf sang Pendiam itu sebagai orang pintar yang besar peranannya.
DARI BACAAN PERTAMA
Pada awal petikan Sirakh 3:2-6.12-14 ditandaskan bahwa anak-anak ialah penghargaan yang nyata-nyata telah diberikan Tuhan (“Tuhan telah memuliakan”) kepada seorang bapak. Anak-anak juga menjadi tanda dari atas bahwa seorang ibu benar-benar telah berhasil mendidiknya (“hak atas para anaknya diteguhkan-Nya”). Pernyataan dalam ay. 2 itu diberikan bukan sebagai anjuran melainkan sebagai penegasan mengenai yang betul-betul sudah terjadi.
Bisa disimpulkan bahwa orang tua anak-anak tadi memang dekat pada Tuhan dan mampu melihat dan memperlakukan keturunan mereka sebagai pemberian dari-Nya. Ayat-ayat selanjutnya dalam bacaan ini menyampaikan “penerapan” kenyataan tadi dari sisi anak. Dikatakan dalam ay. 3. bahwa menghormati bapak menjadi silih dari dosa dan memuliakan ibu sama dengan mengumpulkan harta, dan orang yang demikian tentunya juga bakal menemukan kebahagiaan pada anak-anaknya nanti dan mujur hidupnya serta panjang umurnya. Begitu seterusnya ditandaskan bahwa berbakti terhadap bapak atau ibu mendatangkan kebaikan bagi sang anak.
Pada akhir ay. 6 muncul kembali sisi ilahi. Disebutkan, orang yang taat kepada Tuhan mendatangkan ketenangan bagi ibunya. Dalam bahasa aslinya, “taat” diungkapkan sebagai “mendengarkan dan menuruti”. Penandasan bahwa “orang yang taat kepada Tuhan menenangkan ibunya” di sini berisi ajakan yang ditujukan baik kepada sang anak maupun kepada ibunya – dan tentunya kepada orang tua pada umumnya. Kepada anak diminta agar menjaga ketenangan batin orang tuanya dan kepada orang tua diisyaratkan agar melihat anaknya dalam hubungan dengan Tuhan, bukan hanya dengan diri mereka sendiri. Ini imbauan agar orang tua tidak memaksa-maksakan pandangan atau keinginan-keinginan mereka sendiri kepada anak-anak mereka. Mereka hendaknya memberi ruang kepada Tuhan untuk ikut membesarkan anak mereka sehingga mahir mengenali-Nya, mendengarkan-Nya, dalam bahasa bacaan kali ini, “taat kepada-Nya”. 
Dan keterbukaan seperti itulah yang membuat keluarga juga menjadi tempat Yang Ilahi bisa hadir, seperti yang terjadi dalam keluarga kudus yang pestanya dirayakan kali ini. Sang bapak keluarga, Yusuf, membiarkan kebijaksanaan ilahi sendiri membimbing perjalanan hidup keluarganya. Dan inilah perlindungan terbaik yang bisa diberikannya kepada anak dan ibunya.
Salam hangat,
A. Gianto

Santa Fabiola, Janda

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender; ilustrasi darikoleksi Blog Domus



Fabiola Iahir di Roma pada pertengahan abad ke-4 dari sebuah keluarga ningrat. Masa mudanya sangat tidak terpuji. Mula-mula ia menikah dengan seorang pemuda yang bejat hidupnya. Karena tidak tahan maka ia berusaha cerai. Setelah ia berhasil secara sipil, ia menikah Iagi dengan lelaki lain. Sebagai orang Kristen, tindakannya ini sangat tidak terpuji dan mencoreng nama baik Gereja. Namun Tuhan rupanya tidak sudi membiarkan Fabiola bertindak semakin sembrono. Tuhan mulai campur tangan.

Tidak lama kemudian dua laki-laki yang menjadi suaminya itu meninggal dunia. Fabiola sendiri menyesali sikap hidupnya dan bertobat. Ia menaati aturan hidup sebagai anggota Gereja, melakukan silih di hadapan seluruh umat sehingga diterima kembali sebagai anggota Gereja. Pertobatannya secara terbuka dilakukannya di muka basilik Lateran. Paus Santo Siricius menerimanya kembali dalam pangkuan ibu Gereja.

Corak hidupnya yang baru diwarnai dengan pengabdian tulus dalam karya-karya cinta kasih. Harta bendanya ia manfaatkan untuk kepentingan Gereja Roma. Ia mendirikan rumah sakit khusus untuk membantu orang-orang miskin. Para pasiennya adalah gelandangan-gelandangan yang ditemuinya di jalan-jalan atau yang meringkuk di dalam penjara. Rumah sakit ini menampung siapa saja sehingga menjadi semacam rumah sakit umum pertama dalam sejarah Barat.

Pada tahun 395 Fabiola berziarah ke Yerusalem dan mengunjungi Santo Hieronimus, Santa Paula dan Santa Eustakium. Ketika itu Hieronimus sedang bermusuhan dengan Uskup Rufinus berkenaan dengan ajaran Origenes yang ditentangnya. Orang berusaha mempengaruhi Fabiola agar memihak Rufinus. Namun Fabiola tetap mendukung Hieronimus, gurunya. Fabiola mendirikan sebuah biara dan membantu Hieronimus dalam usaha menerjemahkan Kitab Suci. Tetapi kemudian ia pindah dari biara itu: biara itu menjadi tempat ziarah yang sangat ramai; kondisi hidup umat sangat tidak menyenangkan: umat Kristen terpecah-pecah, dan dari luar ada ancaman serangan bangsa Hun, dll.

Untuk sementara Fabiola dengan kawan-kawannya mengungsi ke Jaffa, sambil menantikan ketenteraman di Yerusalem. Setelah keadaan pulih dan aman, Fabiola pulang ke Roma dan kawan-kawannya kembali ke Yerusalem. Di Roma masih terdapat banyak masalah. Meskipun demikian, Fabiola tetap meneruskan karya cintakasihnya selama tahun-tahun terakhir hidupnya. Bersama Santo Pammachius, ia mendirikan rumah sakit umum besar di Porto untuk peziarah yang miskin dan sakit. Dalam satu tahun saja rumah sakit itu terkenal dari Parthia sampai ke Britania. Fabiola wafat pada tahun 399. Ia sangat dicintai dan dihormati.

Friday, December 27, 2019

Dispensasi Ilahi?


Ini adalah pengalaman rumah tua yang penghuninya terdiri dari para pastor lansia. Mereka pasti tahu bahwa ketidaksopanan adalah salah satu wujud dosa. Penulis Kitab Suci mengatakan “.....  aku akan berdukacita terhadap banyak orang yang di masa yang lampau berbuat dosa dan belum lagi bertobat dari kecemaran, percabulan dan ketidaksopanan yang mereka lakukan.” (2Kor 12:21) Di dalam kehidupan orang Jawa kesopanan ini akan terungkap dalam sikap hormat dari yang muda terhadap yang lebih tua dan dari bawahan kepada pimpinannya.

Terkisah salah satu rama, demikian sebutan untuk pastor di banyak kalangan orang Jawa, tampak selalu murung. Beliau selalu berada dalam keadaan tak mau bicara. Kalau ada yang masuk menemuinya di kamar, beliau banyak menunjukkan sikap amat tidak bersahabat. Tidak jarang beliau mengusir orang yang masuk kamarnya. Di kamar makan beliau juga hanya diam dengan mimik amat buram sementara rama-rama lain berbicara dan bercanda. Keadaan ini menjadikan keprihatinan mendalam bagi salah satu rama yang menjadi pengurus rumah. Doa-doa pribadinya selalu terisi oleh permohonan akan terjadinya keceriaan bagi rama yang selalu bermuka gelap itu. Bagi sang pengurus bagaimanapun juga beliau pernah menjadi pembimbing perjalanan panggilannya ketika masih mahasiswa. Maka doa-doa bagi sang mantan pembimbing selalu muncul baik ketika di tempat tidur maupun di dalam ibadat bersama orang serumah. Bahkan ketika sedang nonton TV, bila teringat sang mantan pembimbing, doa spontan pun muncul. Tetapi dari hari ke hari dan minggu ke minggu serta masuk bulan ketiga, muka buram mulut terkunci masih mewarnai sang mantan pembimbing. Entah bagaimana, sang pengurus kemudian kerasukan rasa jengkel. Kejengkelan pun mewarnai kata-kata dalam doa menjadi semacam curhat kepada Tuhan.

Pada suatu pagi, ketika masuk kamar makan, perasaan sang pengurus diterpa gelegak kemarahan tertahan melihat bekas pembimbingnya. Dia berseru menyebut panggilan sang muka gelap dan meneruskan dengan kata-kata “Sugeng anjiiiiiiing”. Ini adalah kata-kata salam pagi hari yang seharusnya berbunyi “Sugeng énjing” yang berarti (Selamat pagi). Tetapi kata énjing diubah jadi anjing. Tiba-tiba terjadilah keajaiban. Rama mantan pembimbing itu tertawa terbahak-bahak dan kemudian berkata “Sing asu ki kowé” (Kamulah yang anjing). Dan sejak itulah beliau dapat omong-omong penuh warna saling ejek dengan sang pengurus. Ketika berdoa mensyukuri keadaan, sang pengurus berpikir “Kalau dalam 2Kor 12:21 ketidaksopanan menjadi kedosaan, mungkinkah untuk aku Tuhan memberi dispensasi boleh tidak sopan?”

Lamunan Pesta

Kanak-kanak Suci, Martir
Hari keempat Oktaf Natal
Sabtu, 28 Desember 2019

Matius 2:13-18

2:13. Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
2:14 Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
2:16. Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
2:17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
2:18 "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada umumnya orang beragama yakin akan kebaikan Tuhan. Dia mendapat sebutan Mahabaik.
  • Tampaknya, tidak sedikit yang yakin bahwa kebaikan-Nya tak akan membiarkan umat-Nya mengalami derita dan sengsara. Dia tidak pernah menghendaki manusia mengalami kesusahan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun tidak pernah menghendaki manusia mengalami derita dan sengsara, Tuhan juga menggunakan segala hal buruk akibat ulah manusia menjadi tanda dan sarana untuk menyatakan kehendak-Nya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang yakin akan karya Tuhan dalam segala pengalaman kongkret.
Ah, asal tekun beraga orang tak akan mengalami penderitaan.

Thursday, December 26, 2019

Santo Yohanes Rasul

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 19044 Diterbitkan: 08 Agustus 2013 Diperbaharui: 14 Oktober 2019

  • Perayaan
    27 Desember
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Galilea - Israel
  •  
  • Wilayah karya
    Galilea, Yerusalem, Efesus, Asia Kecil
  •  
  • Wafat
    Sekitar tahun 100, di Efesus (Sekarang Turki)
    Sebuah Basilika yang indah pernah dibangun diatas makamnya di Efesus oleh kaisar Justinian I pada abad ke-6; Basilika tersebut saat ini hanya tinggal reruntuhan.
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

St. Yohanes adalah seorang nelayan di Galilea. Ia, bersama dengan St. Yakobus saudaranya, dipanggil untuk menjadi rasul Kristus. Yesus memberi julukan “anak-anak guruh” kepada kedua putera Zebedeus ini.
St. Yohanes adalah rasul yang termuda. Ia amat dikasihi oleh Yesus, dan iapun amat mengenali Yesus Sang Guru. Pada perjamuan malam terakhir, Yohanes diperbolehkan menyandarkan kepalanya didada Yesus. Yohanes juga satu-satunya rasul yang berdiri di kaki salib sementara yang lain melarikan diri. Yesus yang sedang menghadapi ajal menyerahkan pemeliharaan Bunda-Nya kepada murid yang dikasihi-Nya ini. Sambil memandang Bunda Maria, Ia berkata, “Inilah ibumu.” (Yoh 19:26-27). Jadi, hingga akhir hidupnya di dunia, Bunda Maria tinggal bersama St.Yohanes. Hanya Yohanes seorang yang memperoleh hak istimewa untuk menghormati serta melayani Bunda Allah yang tanpa noda.
Pada hari Paskah, pagi-pagi sekali, Maria Magdalena dan beberapa wanita membawa rempah-rempah menuju ke makam Yesus untuk meminyaki Tubuh-Nya. Mereka kembali dengan berlari-lari kepada para rasul untuk menyampaikan suatu berita yang mengejutkan. Tubuh Yesus telah hilang dari makam. Petrus dan Yohanes pergi untuk menyelidiki hal itu. Hati Yohanes yang bergetar hebat membuat ia berlari dengan sangat cepat dan tiba terlebih dahulu, tetapi karena ia menghormati Petrus; ia tidak mau mendahului Petrus untuk masuk kedalam kubur.  Walau ia merupakan murid yang paling dikasihi Yesus; tapi Yohanes adalah orang yang sangat rendah hati.  Ia masih menunggu sampai Petrus datang dan masuk ke dalam makam terlebih dahulu. Baru sesudahnya, ia masuk dan melihat kain kafan yang telah tergulung rapi.
Kemudian, dalam minggu itu juga, para murid sedang memancing di Danau Tiberias tanpa hasil. Seseorang yang berdiri di pantai mengatakan kepada mereka untuk menebarkan jala mereka ke sisi lain perahu. Ketika mereka menarik jala mereka kembali, jala itu penuh dengan ikan-ikan besar. Yohanes adalah orang pertama yang mengenali siapa Orang itu. Tapi dengan kerendahan hati yang luar biasa ia terlebih dahulu mendekati Petrus dan berkata, “Itu Tuhan!”.  Petrus si Batu Karang segera saja terjun ke Danau dan berenang ke Pantai menuju Tuhan; sedangkan Yohanes dan para Rasul yang lain tetap datang dengan perahu. (Yoh 21:1-14)
Kedekatan St.Yohanes dengan Yesus tercermin dalam pertanyaan Petrus ini :
"Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini..?"  (Yoh 21:21).
Saat itu Yesus menjawab :
"Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau : ikutilah Aku". 
Pernyataan Yesus ini membuat para rasul yang lain sempat berpikir kalau Yohanes tidak akan mati. 
Dengan turunnya Roh Kudus, para rasul penuh dengan keberanian baru.  Mereka mengadakan banyak mijizat dalam nama Yesus. Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang lumpuh dalam Nama Yesus. Setelah jemaat perdana di Yerusalem terbentuk, Para Rasul kemudian terus berkarya dan mewartakan kabar gembira ini ke segala penjuru dunia.

Yohanes hidup hampir seabad lamanya. Walau Ia tidak wafat sebagai seorang martir,  tetapi sungguh ia menjalani hidup yang penuh penderitaan. (Tradisi lain menyatakan bahwa Rasul Yohanes mati sebagai martir; tapi tradisi ini kurang diterima karena tidak mampu menyebutkan dimana tempat kemartiran Rasul Yohanes).  Yohanes mewartakan Injil dan menjadi Uskup di kota Efesus. Dimana menurut tradisi Yohanes kemudian menulis Injil keempat, tiga buah surat Gembala dan Kitab terakhir dari Perjanjian Baru : kitab Wahyu.
Di tahun-tahun terakhir hidupnya, ketika ia tidak lagi dapat berkhotbah, para muridnya tetap dengan setia membawanya ketengah jemaat. Pesannya yang terakhir sangat sederhana;  “Anak-anakku, kasihilah seorang akan yang lain.”  St. Yohanes wafat di Efesus sekitar tahun 101.
Banyak kisah-kisah mujizat yang menurut tradisi diadakan oleh Rasul Yohanes. Sebagian mungkin hanyalah "mitos".  Beberapa diantaranya : 
  1. Ketika Yohanes sedang dalam perjalanan untuk berkhotbah di Asiakapalnya rusak dalam badaisemua orang berhasil menyelamatkan diri ke pantai, kecuali Yohanes. Yohanes kemudian dinyatakan meninggal. Tapi dua minggu kemudian gelombang laut melemparkan Yohanes ke pantai dan jatuh di dekat kaki Prochoros salah seorang muridnyadalam keadaan hidup.
  2. Ketika Yohanes mengatakan penyembahan berhala adalah pekerjaan iblis, para pemuja dewi Artemis melemparinya dengan batu.  Batu-batu yang dilemparkan mental dan mengenai para pelempar.
  3. Yohanes berdoa di sebuah kuil Artemislalu turunlah api dari langit yang membakar 200 orang yang sedang menyembah berhala itu. Ketika sebagian  orang yang tersisa memohon belas kasihania membangkitkan kembali 200 orang yang sudah mati. Mereka semua kemudian bertobat dan dibaptis.
  4. Mengusir setan yang sudah berdiam dalam  sebuah kuil pagan selama 249 tahun.
  5. Dalam sebuah pelayaran, persediaan air diatas kapal habis. Yohanes kemudian mengubah air laut menjadi air tawar untuk diminum.
  6. Seorang pesulap bernama Ceonopsberpura-pura dapat menghidupkan kembali tiga orang yang sudah meninggal.  Tiga "Orang"  mati tersebut sebenarnya adalah iblis yang bersekutu dengan pesulap tersebut.  Melalui doa, Santo Yohanes mengagalkan tipu muslihat penyihir itu dan setan-setan sekutunya lari menghilang.
  7. Sekali setahun makamnya menyebarkan  aroma harum yang dapat menyembuhkan orang sakit.