Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, April 30, 2018

Mei Bulan Maria

diambil dari https://perawanmaria.wordpress.com/2015/05/08


Secara tradisi, Gereja Katolik mendedikasikan bulan Maria untuk devosi kepada Bunda Maria.
Bulan Mei sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan Mei di negara- negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. Maka bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. Hawa sendiri artinya adalah ibu dari semua yang hidup (Kej 3:20).
Devosi mengkhususkan bulan Mei sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke 13. Namun praktek ini baru menjadi populer di kalangan para Jesuit di Roma pada sekitar tahun 1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja.
Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria.
Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Paus dibebaskan, dan dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen.
Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.
Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, Mense Maio (Bulan Mei) mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati.”
Lebih lanjut, bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, Mense Maio, 1)

Percikan Nas Selasa, 01 Mei 2018

St. Yusuf Pekerja
warna liturgi Putih

Selasa, 01 Mei 2018


Bacaan-bacaan:
Kis. 14:19-28; Mzm. 145:10-11,12-13ab,21; Yoh. 14:27-31a. BcO Kis. 17:19-34.
Nas Injil:
27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. 28 Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. 29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. 30 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku. 31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini.”
Percikan Nas
Hari-hari ke depan anak-anak SMA dan SMP akan memulai berpisah dengan teman-teman seangkatannya. Pengalaman mereka 3 tahun bersama-sama memberi kenangan tersendiri bagi hidup mereka. Karenanya perpisahan sering membawa mereka dalam rasa haru. Tidak jarang muncul pertanyaan apakah mereka bisa bertemu lagi.
Yesus pun akan meninggalkan para murid. Ia akan kembali kepada Bapa. Hati para murid pun sedih. Namun Yesus mengajak mereka untuk tegar dan gembira menerima itu karena Ia akan kembali kepada Bapa. Ia pun berjanji akan datang lagi untuk menemui mereka.
Perpisahan memang menyisakan kepedihan. Namun kita harus mengalami aneka macam perpisahan di dalam hidup kita. Kadang perpisahan itu memang harus terjadi supaya mereka yang berpisah berkembang bersama-sama. Anak sekolah tidak bisa bersama-sama terus. Mereka harus siap menjadi mandiri. Para murid pun harus mandiri menghadapi dunia dan ditinggalkan Yesus. Kita mesti tetap semangat dan mempunyai harapan kala itu terjadi. Dunia selalu terasa terang pada mereka yang mempunyai harapan.
Doa:
Tuhan aku percaya rahmat-Mu mencukupi bagiku untuk mengarungi hidup ini. Banyak jalan yang Kaubukakan bagi langkahku. Engkau tidak pernah meninggalkanku sama sekali. Aku percaya pada perlindungan-Mu. Amin.
Dunia Harapan
(goeng).

Lamunan Pekan Paskah V

Selasa, 1 Mei 2018

Yohanes 14:27-31a

14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
14:28. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.
14:29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.
14:30 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku.
14:31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa ....."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat menggambaran kedamaian seperti kata-kata Jawa “Tata, titi, tentrem, karta, raharja”. Menurut http://artikatadari.blogspot.co.id/2017/03 ungkapan itu berarti “keadaan wilayah yang tertib, tentram, serta sejahtera dan berkecukupan segala sesuatunya.”
  • Tampaknya, kedamaian berkaitan dengan keadaan yang tak kacau dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Kedamaian menjadi tanggungjawab dari orang-orang yang duduk di pemerintahan, perwakilan rakyat, dan urusan peradilan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun ada dalam lingkungan hidup tanpa konflik dan segala kebutuhan terpenuhi, orang belum tentu mengalami kedamaian sejati yang sebenarnya tidak tergantung dari situasi dan kondisi luar dirinya tetapi dari sikap diri orang yang memiliki kemesraan dengan suara nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang menyadari bahwa kedamaian itu tidak dapat diukur dengan gambaran-gambaran sekular tetapi dari keterbukaan pada aura kedalaman kalbu.
Ah, asal makan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan sekolah beres, orang pasti mengalami kedamaian.

Ke Pastoran Brayut


Hujan memang sudah turun sejak siang pada Selasa 17 April 2018. Tetapi sekalipun masih belum reda tiga mobil tetap disiapkan. Semua rama Domus Pacis dengan kursi rodanya sudah didorong menuju garasi pada jam 16.00. Mereka dibantu masuk untuk duduk di dalam mobil. Mas Handoko, Mbak Sri Handoko, Bu Riwi, Bu Rini, dan seorang kerabat Rm. Yadi adalah para relawan yang menyertai. Sedang karyawan Domus yang ikut adalah Mas Abas dan Mas Ardy. Kira-kira seperempat jam kemudian tiga mobil itu meninggalkan Domus Pacis menuju Dusun Brayut. Sesampai tempat dimana sudah ada tiga bangunan berdiri, tampaklah mobil-mobil yang sudah diparkir di situ. Ketika rombongan Domus tiba, bapak-bapak dan ibu-ibu yang duduk-duduk di bangunan pendapa banyak yang keluar membawa payung menjemput rama-rama Domus yang dikeluarkan dari tiga mobil.

Pada sore itu para rama Domus Pacis, kecuali Rm. Ria dan Rm. Wita yang tidak ikut, dengan para pendampingnya mengadakan acara kunjungan ke Pastoran Santo Yohanes Paulus II Brayut. Setelah duduk di bangunan pendapa, rombongan Domus langsung dijamu dengan minuman jahe dan berbagai snak yang sudah tersedia di meja-meja. Kemudian Rm. Tri Margana, Pastor Paroki Mlati yang tinggal di Pastoran Brayut, berdiri mengucapkan selamat datang. Rm. Tri Margana mengucapkan terima kasih karena kedatangan para rama Domus telah memenuhi permintaan beliau untuk berkunjung. Beliau juga menjelaskan bahwa Pastoran Brayut, yang kini adalah bagian dari Paroki Mlati, memiliki lima Wilayah. Masing-masing wilayah memiliki gedung gereja sendiri. Sedang kompleks Pastoran Brayut dibangun sebagai pusat pastoral semua wilayah. Di sini tidak ada gedung gereja karena dibangun untuk menyatu dengan Dusun Brayut sebagai Desa Wisata Budaya. Kompleks Pastoran Brayut juga memiliki arena untuk pertunjukan-pertunjukan seni.

Salah satu bapak di antara para penyambut, yang ternyata para pengurus Dewan dan aktivis, tampil menceriterakan proses pembangunan kompleks Pastoran Brayut. Rm. Tri Margana kemudian mengatakan bahwa dalam waktu dekat Brayut akan diresmikan menjadi paroki. Santo Yohanes Paulus II dijadikan pelindung karena penggembalaan umat Brayut memiliki model diaspora yang tersebar di lima Wilayah sehingga Rama Paroki dan Dewan harus selalu berkunjung ke masing-masing gereja Wilayah untuk paling tidak Misa Minggu. Masing-masing gereja Wilayah bergantian menjadi penyelenggara Misa Minggu sehingga umat Brayut dari lima Wilayah akan mengalami berpindah-pindah gedung gereja untuk merayakan Misa Minggu. Para rama Domus dalam kunjungan ini mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan diri. Sesudah itu terjadi omong-omong santai penuh canda tawa. Acara kunjungan ini diakhiri dengan makan bersama. Sebelum pulang ada foto-foto bersama.

Sunday, April 29, 2018

Roh Kudus, Sang Penghibur Kita


Senin, 30 April 2018
Pekan Paskah V
Refleksi harian dan doaku berdasarkan Yoh 14:21-26

Sahabatku terkasih. Tuhan Yesus menjanjikan Penghibur yang akan diutus oleh Bapa, yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita, khususnya kasih kepada Yesus dan kepada Bapa. Barangsiapa mengasihi Yesus, ia akan dikasihi oleh Bapa-Nya; dan Yesus pun akan mengasihi dia. Inilah sabda Tuhan Yesus Kristus kepada para murid-Nya dan juga kepada kita.

Sang Penghibur yang dijanjikan Yesus adalah Roh Kudus. Roh Kudus, Roh Penghiburan telah memeteraikan hidup kita dalam baptisan. Ia menjadikannya milikNya sendiri. Roh Kudus memandu setiap keputusan kita sehingga kita memilih yang benar dan menolak apa yang jahat. Ketika kita lupa, Roh Kudus akan mengingatkan kita akan semua yang telah dikatakan Kristus. 

Marilah berdoa: Tuhan Yesus Kristus, Engkau menganugerahiku Roh Kudus yang menginspirasi semua emosi dan pikiran, dan memperkaya hidupku dengan semangatNya. Semoga Roh Kudus selalu mengisi pikiranku dengan gambar yang hebat dan kuat. Bantulah aku membuka diri bagiNya kini dan selamanya. Amin.

JohArt Wurlirang, 30/4/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Lamunan Pekan Paskah V

Senin, 30 April 2018

Yohanes 14:21-26

14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
14:22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?"
14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
14:25. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;
14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di kalangan umat Kristiani ada gambaran bahwa untuk mengenal yang ilahi orang harus tekun membaca Kitab Suci. Kitab Suci diyakini sebagai kata-kata ilahi.
  • Tampaknya, ada juga gambaran bahwa untuk memahami kata-kata ilahi orang dapat belajar pada ahli-ahli Kitab Suci. Buku-buku tafsir Kitab Suci juga menjadi pertolongan untuk belajar otodidak.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun tekun membaca Kitab Suci dan buku-buku keagamaan, tanpa kebiasaan bersikap hening membuka hati pada cahaya relung kalbu orang tak akan mampu menangkap kesejatian sabda ilahi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mendapatkan berbagai pencerahan untuk menangkap kehendak-Nya dalam hidup sehari-hari.    
Ah, untuk tahu sabda Tuhan itu ya tekun saja baca dalam Kitab Suci.

Percikan Nas Senin, 30 April 2018

Pius V, Benedictus dr Urbino
warna liturgi Putih

Senin, 30 April 2018

Bacaan-bacaan:
Kis. 14:5-18; Mzm. 115:1-2,3-4,15-16; Yoh. 14:21-26. BcO Kis. 17:1-18
Nas Injil:
21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” 22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” 23 Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. 24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. 25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; 26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Percikan Nas
Sebuah pesan yang penting akan disampaikan kepada pendengar yang tepat. Orang akan memilih kepada siapa ia akan menyampaikan pesan tersebut. Semakin istimewa dan rahasia maka semakin sedikit yang akan diberi pesan tersebut.
Banyak pesan khusus disampaikan Yesus kepada para rasul. Bahkan mereka sering mendapatkan penjabaran arti dari perumpamaan yang Yesus sampaikan. Pesan-pesan itu tidak diberikan kepada khalayak umum. Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” (Yoh 14:22).
Hidup harian kita pun memuat pesan-pesan khusus. Tidak semua yang kita pikirkan dan alami mesti disampaikan kepada semua orang. Hanya mereka yang ngember dan gampang menilai orang dari luaran akan gampang nyinyir dan mengumbar gosip. Sebagai orang yang mengimani Kristus kita perlu pintar dalam berkabar dan tidak gampang nyinyir dan ngember dengan sesuatu yang tidak kita ketahui dengan baik.
Doa:
Tuhan semoga aku mampu menangkap pesan-pesan istimewa-Mu. Semoga aku pun makin pintar dalam berbagi kisah. Jagailah aku supaya tidak gampang nyinyir dan nggosip. Amin.
Berbagi Pesan.
(goeng).

Saturday, April 28, 2018

Mengapa Orang Lanjut Usia Sering Jatuh?

diambil dari https://meetdoctor.com

Terjatuh merupakan kasus yang sering dialami seseorang yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini dipaparkan oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention), Amerika Serikat. Data CDC menyebutkan sekitar satu dari tiga orang lansia pernah jatuh setiap tahunnya. Sayangnya, para lansia tersebut tidak menginformasikan hal tersebut kepada dokter atau keluarga mereka. Padahal jatuh bukan hanya menyebabkan cedera, tapi bisa juga menyebabkan pergeseran tulang panggul hingga gegar otak yang membahayakan nyawa.
Nah, apa saja penyebab orang berusia lanjut rentan jatuh? Ini alasannya:
1. Ketangkasan yang sudah banyak berkurang, sehingga orang lanjut usia jarang beraktivitas. Akibatnya otot melemah, massa tulang berkurang, hilangnya keseimbangan tubuh, dan berkurangnya kelenturan tubuh.
2. Pandangan mata yang terganggu karena katarak, rabun, atau lupa memakai kacamata.
3. Konsumsi obat-obatan seperti obat penenang, obat antidepresi, dan obat antipsikotik. Kadang, obat-obatan ini dikonsumsi sekaligus dalam satu kali minum.
4. Menderita penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, dan penyakit rematik artritis yang membuat tubuh terasa lemah, pegangan tangan yang kurang stabil dan tidak kuat, gangguan keseimbangan, serta penurunan kemampuan berpikir.
5. Baru saja menjalani operasi seperti operasi tulang sendi panggul dan jenis operasi lain yang membuat tubuh lemah akibat timbulnya rasa sakit. Tubuh juga tidak leluasa bergerak seperti sebelum operasi.
6. Lingkungan, desain tempat tinggal, atau perabotan yang berpotensi menyebabkan terjatuh. Beberapa faktor lain yang tak kalah penting adalah pencahayaan yang terlalu redup, lantai yang licin, karpet terlipat, dan kurangnya pengaman di sekitar rumah juga menyebabkan lansia mudah terjatuh.
Terjatuh hampir mustahil dihindari seiring bertambah lanjutnya usia seseorang. Meski demikian, Anda dapat mengurangi risikonya dengan membuat lingkungan dan rumah lebih aman bagi para lansia. (PA)
Di-review oleh dr. T. Ari Wibowo

BERTUMBUH UNTUK BERBUAH YOH 15: 1- 8

diambil dari https://askensinaga.wordpress.com January 6, 2011 · by  · in Spiritual
Sebagaimana tercetak pada Warta PAK FMIPA USU Edisi Desember 2010
Perumpamaan pokok anggur yang benar ini disampaikan Yesus kepada murid-murid-NYa (minusYudas) pada suatu malam sebelum Paskah sehabis mereka makan bersama (Yoh 13:1-2). Yudas pada saat itu tidak ikut lagi karena ia meninggalkan mereka setelah diperingatkan oleh Yesus (lihat Yoh 13:30). Lokasi peristiwa ini tidak diketahui secara pasti, namun, jika mengacu pada Yoh 14:31, diperkirakan terjadi dalam perjalanan mereka dari ruang makan menuju (ada yang menafsirkan) taman Getsemani, tempat Yesus ditangkap. Tidak lama setelah peristiwa ini terjadi (mungkin dalam hitungan jam), Yesus ditangkap di taman itu. Jadi, bagian ini adalah satu dari beberapa pesan terakhir Yesus kepada murid-murid-Nya (Lih. Yoh 14: 30). Dan, pesan-pesan terakhir biasanya mengandung sesuatu yang sangat penting untuk diingat atau dilakukan oleh orang yang ditinggalkan. Apakah pesan terakhir Yesus ini juga demikian? Apa saja dan seberapa pentingkah pesan itu? Itulah beberapa pertanyaan yang akan dibahas dalam artikel ini.
Biasanya Yesus memulai perumpamaan (sebagian penafsir mengatakan ini bukan sebuah perumpamaan, melainkan sebuah ilustrasi) dengan kalimat seperti: “Hal kerajaan sorga itu seumpama….”, atau: “Adalah seorang….” Kali ini Yesus menggunakan cara yang agak berbeda. Dia memulainya dengan kalimat “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-kulah pengusahanya.” Masih berbeda dengan perumpamaan-perumpamaan lain yang biasanya dimulai dengan sebuah cerita kemudian dilanjutkan dengan artinya, perumpamaan ini menempatkan cerita dan artinya secara silih berganti. Mengapa Yesus memakai cara yang agak berbeda? Tidak diketahui dengan pasti. Namun, paling tidak ini bisa menunjukkan adanya kekhususan perumpamaan ini dibanding dengan perumpamaan yang lain, kekhususan yang sepertinya mengharapkan perhatian khusus juga dari kita.
Yesus mengatakan: “(1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”.  Yesus menggunakan beberapa kata benda dan kata kerja di sini, yaitu pokok anggur, pengusaha (tukang kebun), ranting, (ber) buah (banyak), dipotong dan dibersihkan.  Saya yakin ucapan pembuka Yesus ini segera menghasilkan sebuah gambaran mental dalam diri para murid, yaitu gambaran sebuah kebun anggur dengan pokok-pokok anggurnya berikut seorang tukang kebun yang sedang merawat pokok anggur tersebut. Ini dimungkinkan karena mereka paham betul dengan kegiatan berkebun anggur; mereka hidup di daerah yang banyak ditumbuhi oleh pokok anggur dan di daerah yang penduduknya banyak berprofesi sebagai petani anggur. Lagipula, Tuhan telah seringkali menggunakan istilah pokok anggur dan petani anggur di Perjanjian Lama. Yesaya 5: 1- 7, misalnya, memaksudkan pokok anggur sebagai bangsa Israel dan Yeremia 2: 21 menyatakan bahwa Tuhan adalah Penanam pokok anggur. Jadi, ilustrasi tentang pokok anggur bukanlah hal yang baru bagi orang Israel, termasuk bagi murid-murid Yesus. Yang dapat membuat penasaran para murid pada titik ini agaknya adalah proses pertukaran (asosiasi) kata ranting. Yesus sudah menukarkan diri-Nya dengan pokok anggur dan Bapa dengan pengusahanya (tukang kebunnya). Lalu, bagaimana dengan ranting? Siapa atau apa yang akan diasosiasikan oleh Yesus dengan kata itu? Mengapa Yesus tidak segera mengasosiasikan kata itu?
Rasa penasaran murid-murid itu ternyata tidak segera dijawab oleh Yesus. Malahan, Yesus pindah ke topik ‘baru’ dengan mengatakan, “(3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. (4a) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu….” Meskipun tidak langsung memberikan jawaban atas rasa penasaran murid-murid-Nya, dalam kalimat ini Yesus secara perlahan membawa mereka kepada pengasosiasian ranting itu melalui penggunaan kata bersih. Kata bersih ini menggiring para murid untuk mengaitkan kalimat “ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya” (ayat 1)” dengan kalimat “kamu memang sudah bersih” (ayat 3)Sampai di sini, para murid mungkin sudah menduga bahwa Yesus akan mengasosiasikan ranting dengan diri mereka. Dugaan itu ternyata tidak meleset karena di ayat-ayat berikutnya Yesus membenarkan hal itu: “(4b) Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5a) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya….” Jelaslah sudah bagi para murid bahwa merekalah yang dimaksudkan Yesus sebagai ranting.
Apa yang menarik tentang ranting? Banyak sekali. Ranting memiliki kemiripan yang sempurna dengan pokok; sifat alamiahnya persis sama seperti pokok. Bedanya cuma pokok itu besar, kuat dan sumber kekuatan, sedangkan ranting itu kecil, lemah dan selalu butuh kekuatan dari pokok. Ranting itu ada untuk satu alasan saja, yaitu untuk menghasilkan (lebih tepatnya untuk tempat bergantung) buah. Keberhasilan sebuah ranting dilihat dari apakah ada buah atau tidak di ranting itu. Ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri. Ranting bergantung sepenuhnya kepada pokok; ia harus menyatu dengan pokok agar bertahan hidup dan menghasilkan buah.
Apa maknanya ini bagi kehidupan murid-murid, bagi orang percaya dan bagi kita? Artinya adalah kita memiliki kemiripan dengan Yesus yaitu ketika Ia meyelamatkan kita dan memberikan kepada kita Roh-Nya yang kudus. Maksudnya adalah kita harus menyadari bahwa kita adalah bagian dari sifat ilahi dan dipanggil untuk hidup seperti Kristus. Kita ada dan diselamatkan hanya untuk satu alasan, yaitu untuk menghasilkan buah; tidak ada alasan lain. Jika kita tidak menghasilkan buah, kita tidak berguna. Maknanya adalah Yesus itu kuat dan sumber kekuatan, sementara kita lemah dan selalu butuh kekuatan dari Dia. Kita tidak dapat berbuah dari diri kita sendiri; kita tidak dapat berbuat apa-apa tanpa tinggal di dalam Dia. Kita harus menyatu dengan Yesus agar buah dapat dihasilkan. Tujuan hidup yang dirancang Tuhan untuk kita adalah menjadi ranting yang menghasilkan buah, tidak lebih dan tidak kurang. Peran yang diminta dari kita hanyalah tetap tinggal di dalam Kristus.
Yesus juga mengatakan beberapa hal tentang ranting: ada ranting yang tidak berbuah, ada ranting yang berbuah (sedikit), dan ada ranting yang berbuah banyak. Perlakuan yang disiapkan oleh Bapa untuk ketiga jenis ranting itu berbeda-beda. Ranting yang tidak berbuah dipotong (dibuang) karena tidak ada gunanya. Ranting yang berbuah sedikit dibersihkan agar ia berbuah lebih banyak. Kepada ranting yang telah berbuah banyak dijanjikan bahwa apa saja yang dikehendakinya akan diterimanya.
Khusus tentang perlakuan membersihkan ranting yang berbuah sedikit, dalam tulisannya, The True Vine, Rev. Dr. Andrew Murray (1828-1917) mengatakan bahwa tukang kebun membersihkan ranting tidak hanya dari duri, rumput liar atau apa saja yang dapat menghalangi pertumbuhannya. Tetapi, ia juga akan memotong pucuk ranting yang panjangnya berlebih akibat proses dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain, ia membuang sesuatu yang berasal dari dalam diri ranting itu sendiri; ia memotong sebagian dari ranting yang sehat! Alasannya sederhana saja, yaitu untuk menghemat bahan makanan. Pucuk-pucuk yang panjang itu akan menyerap lebih banyak makanan yang dipasok oleh pokok. Dengan dipotongnya ranting yang berlebih, diharapkan makanan akan lebih banyak tersalur untuk proses pembuatan buah yang akhirnya akan memungkinkan dihasilkannya buah yang lebih banyak.  Dalam prakteknya di kebun, ranting-ranting itu sering kali harus dipotong sepanjang 20-30 cm sehingga hanya tersisa sekitar 3-6 cm ranting, cukup untuk menahan buah.
Pelajaran ini sangat berharga bukan? Tidak hanya dosa yang dimaksudkan Tuhan untuk dibersihkan dari dalam diri kita, tetapi juga termasuk kegitan kerohanian yang tidak lagi produktif. Maksudnya adalah kita harus berkembang dengan karunia-karunia yang telah diberikan oleh Tuhan. Kita tidak boleh berhenti dan berpuas diri dengan buah-buah tahun lalu. Kita diingatkan untuk tidak terlena dengan ‘panjang dan sehatnya ranting’ kita karena ternyata itu bisa menghalangi kita berbuah banyak. Berilah diri dibersihkan oleh Firman Tuhan sebab firman Tuhanlah yang mampu membersihkan kita, seperti kata Yesus, “(3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
Yesus berkata, “(5b) Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (6) Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Di sini Yesus berbicara tentang (ber) buah dan prasyarat untuk berbuah banyak. Apakah buah itu? Seberapa banyak buah yang dimaksud? Apa maksudnya tinggal di dalam Kristus? Buah adalah sesuatu yang dihasilkan (ditahan) oleh ranting. Buah itu enak rasanya, bergizi dan menyehatkan. Buah itu dapat menyembuhkan penyakit bahkan menyelamatkan nyawa orang. Buah bukan untuk digunakan oleh pokok atau ranting, melainkan untuk dikumpulkan dan dibawa oleh pemiliknya, yang selanjutnya untuk dinikmati oleh orang lain yang membutuhkan.
Apa artinya ini dalam kehidupan kita dan bagaimana kita bisa menunjukkan buah? Jika kita lanjutkan membaca Firman Tuhan pada Yohanes 15 : 9 -17, Yesus dengan gamblang memberikan perintah untuk saling mengasihi. Cara penyampaiannya yang mirip sekali dengan perumpamaan tentang pokok anggur yang disampaikan Yesus sebelumnya, membawa kita kepada penafsiran bahwa buah yang dimaksud Yesus di sini adalah (salah satunya) kasih. Jadi, Kita diperintahkan untuk saling mengasihi dan membagikan kasih itu kepada orang yang membutuhkan. Dalam usaha menafsirkan Firman Tuhan, Lutheran berprinsip bahwa kita harus menggunakan Firman Tuhan untuk menafsirkan Firman Tuhan. Ini berarti, kita dapat menafsirkan kata buah ini dengan buah-buah Roh yang terdapat dalam Galatia 5: 22-23, yaitu sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Karunia, bakat atau talenta yang diberikan Tuhan kepada kita secara individu juga dapat termasuk ke dalam kategori buah ini.
Banyak orang yang tersesat secara rohani dan akan segera mati jika mereka tidak mendapat buah anggur surgawi. Dari kita diharapkan dihasilkan buah anggur surgawi untuk Bapa berikan kepada mereka. Keselamatan yang telah dianugerahkan kepada kita tidak ditujukan untuk kita konsumsi sendiri, tetapi untuk kita bagikan kepada orang lain selama kita hidup di bumi ini. Seberapa banyak buah yang diharapkan dari kita? Alkitab berbahasa Inggeris versi King James menerjemahkan berbuah banyak dengan much fruit, bukan many fruits. Ini berarti kata banyak mengacu kepada kualitasdan bukan kuantitas. Kualitas buah kita harus tinggi dan memberi pengaruh yang luas terhadap lingkungan sekitar kita. Kita diingatkan untuk tidak menghitung dan berpuas diri dengan jumlahkarunia yang dianugerahkan kepada kita, tetapi diperintahkan untuk mengoptimalkan karunia apapun yang telah dipercayakan kepada kita. Dengan begitulah kita menjadi berbuah banyak.
Tinggal di dalam Kristus adalah syarat yang harus dipenuhi oleh ranting agar ia menghasilkan buah yang banyak. Tanpa tinggal di dalam Kristus, sampai kapanpun ranting tidak akan pernah berbuah! Frase barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia mengandung arti bahwa Yesus akan tinggal di dalam kita hanya jika kita tinggal di dalam Yesus. Hukum “jika A maka B” berlaku pada frase ini. Jika kita tinggal di dalam Dia, maka Dia di dalam kita. Selain itu, tinggallah di dalam Aku adalah sebuah perintah, bukan ajakan atau saran. Ini berarti kita wajib mematuhinya dan kita berdosa jika kita mengabaikannya.
Alkitab berbahasa Inggeris versi King James menggunakan frase if a man abide not in me di ayat 6 (Alkitab berbahasa Indonesia menggunakan frase barangsiapa tidak tinggal di dalam aku). Selain dengan terjemahan barangsiapa tidak tinggal di dalam aku, frase itu juga dapat diterjemahkan dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu barangsiapa tinggal tidak di dalam Aku. Terlihatkah beda arti keduanya? Terjemahan yang kedua ini membantu kita mengerti bahwa ada keadaan dimana kita tinggal diam di dalam sesuatu yang lain selain Kristus. Di jaman ini, mungkin kita bisa melihat dengan jelas bagaimana orang percaya tidak lagi tinggal di dalam Kristus, tetapi tinggal di dalam ‘pokok’ yang lain seperti uang/harta, jabatan/karir, status sosial, dll. Orang yang demikian dipastikan oleh Yesus tidak akan didiami-Nya dan dijamin akan tidak berbuah, dibuang, kering dan dibakar.  Kedua terjemahan di atas memperkaya pengertian kita akan ayat ini. Kita diperintahkan untuk mempercayai dan mematuhi Tuhan (tinggal di dalam Tuhan) dan diperintahkan untuk tidak menyandarkan diri pada ilah-ilah lain (tinggal tidak di dalam Aku). Kita mesti bergantung dan bersandar kepada Tuhan saja, dan bukan yang lain.  Hanya ketika ini dilakukan, maka keadaan Aku di dalam kamu terpenuhi. Banyak orang percaya berseru-seru agar mereka dipenuhi oleh Allah namun tetap saja gagal karena mereka tidak berhasil memelihara keadaan tinggal di dalam Kristus.  Abide in me berarti tinggal, diam dan bertahan di dalam Tuhan.
Yesus mengatakan, “(7) Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan Firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Ini adalah sebuah jaminan surgawi yang sering kita abaikan dan tidak kita percayai. Di sini, sekali lagi Yesus menggunakan hukum “Jika A maka B”, hukum yang mengisyaratkan sebuah keniscayaan. Ada kepastian di dalamnya. Urutannya adalah sebagai berikut: “kamu tinggal di dalam Aku” maka “firman-Ku tinggal di dalam kamu’ maka “kamu akan menerima apa yang kamu kehendaki”. Jadi, apabila kita ingin apa saja yang kita kehendaki dikabulkan oleh Tuhan, syaratnya hanya satu, yaitu Tuhan harus dalam keadaan tinggal di dalam kita. Untuk membuat Tuhan dalam keadaan tinggal di dalam kita, syaratnya juga hanya satu, yaitu kita harus dalam keadaan tinggal di dalam Dia. Sederhana sekali konsepnya bukan?
Mudah dipahami konsepnya, tetapi sulit sekali mematuhinya. Itulah kita. Mungkin kita perlu belajar dari anak-anak kecil dalam hal kepatuhan ini. Mereka cenderung patuh oleh karena satu hal: kesederhanaan berpikir. Mungkin inilah sebabnya mengapa Yesus suka kepada anak-anak kecil. Mereka bertanya, bertanya lagi, bertanya terus kepada orang tua mereka dan mereka mengerti. Ketika mereka mengerti, mereka kemudian patuh. Itulah kesederhanaan. Tidak ada kerumitan berpikir. Mereka berpikir keras untuk mengerti jawaban orang tuanya (yang biasanya tidak mampu memberikan jawaban sederhana sehingga mereka anak-anak harus bertanya berulang-ulang), tetapi mereka tidak berpikir rumit. Kita sebaiknya selalu bercermin kepada anak-anak kecil itu: berpikir keras tetapi tidak berpikir rumit.
Jadi, jika urutan di atas telah terpenuhi (kita tinggal di dalam Tuhan à Tuhan tinggal di dalam kita), maka kita akan menerima dari Tuhan apa saja yang kita kehendaki. Namun, jangan sampai kita keliru tentang jaminan Tuhan ini. Kata apa saja harus dipahami secara hati-hati. Ketika Tuhan tinggal di dalam diri seseorang karena dia telah tinggal di dalam Tuhan, maka ketika itulah kerjasama antara Roh Tuhan dan rohnya dimungkinkan terjadi. Kerjasama itu akan melahirkan keinginan atau kehendak yang baru dalam diri orang itu. Kehendak yang baru ini tidak lagi ditujukan demi kesenangan pribadi dan kedagingannya, tetapi berupa keinginan untuk kesenangan Tuhan. Pada keadaan demikian, permohonan yang terucap dari diri seseorang adalah keinginan agar Tuhan menambahkan berkat-berkat dan karunia-karunia (jasmani dan rohani) yang diperlukan untuk memungkinkan dia menjadi orang yang berbuah banyak. Permintaan yang demikianlah yang dijamin oleh Tuhan untuk dikabulkan ketika Dia berkata dalam ayat 7: ‘apa saja yang kamu kehendaki’. Ini jugalah alasannya mengapa Yesus tidak berhenti di ayat 7, tetapi meneruskan pengajarannya dengan ayat 8, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”  Seseorang yang tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam dia akan selalu rindu untuk memuliakan Bapa dan menunjukkan status kemuridannya melalui berbuah banyak. Kerinduan yang kuat untuk bisa berbuah banyak inilah yang selalu menjadi dasar permintaan-permintaannya.
Sebagai penutup, perumpamaan ini begitu sederhana tetapi sangat kaya makna. Rahasia bertumbuh secara rohani dan hidup bahagia ada di dalam perikop ini. Kata kuncinya menurut saya adalah pada kata ranting dan tinggal di dalam Kristus. Kata ranting menjelaskan alasan dan tujuan kita diciptakan dan diselamatkan oleh Tuhan. Steven R. Covey dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People” dan Rick Warren dalam bukunya “The Purpose Driven Life” mengatakan bahwa tujuan hidup harus dimiliki oleh seseorang untuk kehidupan yang berarti dan efektif dan bahwa setiap sikap atau tindakan seseorang ditentukan oleh tujuan hidupnya. Tujuan hiduplah yang menggerakkan seseorang. Yesus mengetahui ini dan oleh karenanya Dia ingin kita memiliki tujuan hidup yang benar. Yesus menegaskan bahwa tujuan hidup yang dirancangkan untuk kita sejak semula adalah seperti tujuan sebuah ranting pokok anggur yaitu untuk menghasilkan buah anggur. Dia tidak merancangkan tujuan lain selain hal itu. Jadi, apabila kita menemukan dalam diri kita tujuan hidup lain selain dari tujuan sebuah ranting, maka dipastikan itu adalah tujuan ‘jadi-jadian’ yang merasuki kita secara diam-diam. Sebaiknya kita waspada akan hal ini.
Tinggal di dalam Kristus adalah satu-satunya cara agar kita terbebas dari tujuan hidup yang salah dan menghasilkan buah yang banyak. Tuhan Yesus memberikan satu tip ampuh agar kita dapat senatiasa tinggal di dalam Kristus. Apakah itu? Coba dengarkan ucapan Yesus ini baik-baik:“Tinggallah di dalam Aku”. Kedengarannya aneh? Ya, itulah tip mujarab dari Yesus. Masak sih, tip untuk tinggal didalam Tuhan adalah tinggal di dalam Tuhan? Memang begitulah. Yesus sendiri yang mengucapkan hal itu dan ucapan Yesus selalu benar. Apabila kita ingin tetap tinggal di dalam rumah, jangan keluar, tetapi tinggal dan bertahanlah di dalam rumah. Pintu rumah tidak akan dikunci, tetapi kita bisa tidak keluar dari rumah kalau kita memang memutuskan untuk tidak keluar. Kita akan tetap tinggal di dalam Kristus jika kita memutuskan tinggal di dalam Kristus. Tinggallah di dalam Aku bermakna putuskanlah untuk tinggal dan bertahan di dalam Kristus.
Akhirnya, Saya ingin mengutip teori motivasi klasik yang menyatakan bahwa manusia secara naluriah bertindak untuk menghindari penderitaan dan mendapatkan kenikmatan. Dari pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan seseorang, kita dapat mengetahui apa yang menjadi kenikmatan yang dikejarnya dan apa yang menjadi penderitaan yang dihindarinya. Kenikmatan dan penderitaan sewaktu kita masih hidup di bawah kuasa daging haruslah berbeda dengan kenikmatan serta penderitaan setelah kita hidup di dalam Roh, karena Roh berbeda dari daging. Rasul Paulus mengalami hal tersebut sehingga sesuatu yang dulu dianggapnya berharga, sekarang (setelah ditangkap Tuhan) dianggapnya sampah, dan sesuatu yang dulunya dianggapnya penderitaan, sekarang malah dianggapnya kebahagiaan.
Ijinkan saya menutup tulisan ini dengan sebuah ajakan sederhana: Jadilah ranting! Tinggallah di dalam Kristus!

Lamunan Pekan Paskah V

Minggu, 29 April 2018

Yohanes 15:1-8

15:1. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
15:2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
15:3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa orang berbudi luhur tak akan hidup untuk diri sendiri. Dia juga memikirkan kebaikan orang lain.
  • Tampaknya, demi kebaikan banyak orang lain, orang akan berjuang dengan penuh semangat. Orang yang berbudi luhur memang menjadi sumber jasa baik bagi orang-orang lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun banyak diakui oleh banyak orang sebagai sosok berbudi luhur karena menjadi sumber banyak jasa baik, seseorang sungguh berbudi luhur kalau sadar bahwa dia hanyalah bagian pancaran ilahi yang kalau terlepas dari cahaya relung kalbu segalanya akan pudar dan tak bernilai. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjadi bagian dari pancaran karya-Nya.
Ah, kebaikan orang dalam berkarya adalah hasil perjuangan dalam belajar dan berlatih.

Friday, April 27, 2018

Minggu Paskah V/B 29 April 2018 (Yoh 15:1-8 & 1Yoh 3:18-24)

diambil dari http://www.unio-indonesia.org/content Ditulis oleh admin pada Rab, 25/04/2018 - 08:23



POKOK ANGGUR YANG BENAR?
Rekan-rekan yang baik!
Menurut Yoh 15:1-8 Yesus mengumpamakan diri sebagai pokok pohon anggur yang benar dan para murid ialah ranting-ranting yang tumbuh dari pokok itu. Juga Bapanya yang ada di surga digambarkannya sebagai Dia yang mengusahakan agar ranting-ranting semakin berbuah. Apa maksud petikan ini?
Ada kesejajaran antara bacaan kedua (1Yoh 3:18-24) dengan petikan Injil. Penulis surat itu mengajak orang menyadari bahwa Allah itu sumber kehidupan yang sungguh (ay. 19). Seperti digambarkan dalam Injil kali ini, Dia itu pokok yang menjadi tumpuan hidup ranting-ranting. Juga kian jelas bahwa di dalam ranting yang hidup mengalir kekuatan yang berasal dari pokok. Sehubungan dengan itu, bacaan kedua, 1Yoh 3:18-24, melukiskan daya ini sebagai kehadiran Roh dalam diri orang yang percaya (ay. 24).
BACAAN DAN LITURGI
Hingga Minggu Paskah ke IV yang lalu bacaan-bacaan Injil masa Paskah memperlihatkan pelbagai segi dari kejadian wafat dan kebangkitan Yesus serta pengalaman orang-orang yang paling dekat dengannya. Dalam Minggu ke-IV Yesus membicarakan diri sebagai “gembala yang baik” yang berani menyerahkan hidupnya dan berhasil memperolehnya kembali (Yoh 10:11-18). Dalam semua tahun liturgi, Injil bagi Minggu Paskah IV dipetik dari Yoh 10 yang menampilkan Yesus sebagai “gembala yang baik” tadi (tahun A Yoh 10:1-10, tahun B Yoh 10:11-18 dan tahun C Yoh 10:27-30). Setelah itu, juga dalam semua siklus tahun liturgi A-B-C , Injil pada hari Minggu Paskah V dan VI diambil dari wejangan-wejangan Yesus selama Perjamuan Terakhir yang termaktub dalam Yoh 13-15 sedangkan pada hari Minggu Paskah VII, dari doa Yesus bagi murid-muridnya yang disampaikan dalam Yoh 17. Demikian selama empat minggu menjelang Pentakosta ini kita mendengarkan Injil Yohanes dan semakin menyadari kedekatan Yesus dengan para murid-muridnya, mengikuti pesan-pesan serta doanya bagi mereka yang selanjutnya akan disertai sang Penolong, yakni Roh yang dikirim Bapanya sendiri.
Khusus menyangkut Yoh 15:1-8 yang dibacakan pada hari Minggu Paskah V tahun B ini, baiklah dilihat konteksnya. Disebutkan dalam Yoh 14:31 yang mendahului bacaan ini bahwa Yesus mengajak murid-muridnya untuk pergi dari “sini”. Yang dimaksud tentunya tempat perjamuan terakhir. Tetapi sebelum mulai menceritakan kepergian Yesus ke seberang sungai Kidron, ke sebuah taman (Yoh 18:1), Yohanes masih menuliskan tiga bab lagi, yakni Yoh 15, 16 dan 17. Ketiga bab itu ada kaitannya dengan beberapa hal yang telah diutarakan dalam perjamuan terakhir (Yoh 13-14):
- Yesus itu pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-8), artinya orang baru bisa hidup bersemi bila menjadi ranting-ranting hidup yang tumbuh dari pokok itu. Bila terpotong darinya maka akan binasa. Ini memberi keterangan lebih lanjut apa arti percaya kepadanya yang telah diutarakan selama perjamuan, khususnya dalam Yoh 14:1-14.
- Tetap bersama pokok anggur yang benar itu baru terwujud bila murid-murid saling mengasihi (Yoh 15:9-17). Inilah mengingatkan pada warisan rohani yang telah diberikannya dalam Yoh 13:34-35 yang pernah diulas bagi Minggu Paskah V tahun C. Di situ ditunjukkan cara menghadapi kekuatan-kekuatan jahat dari dunia ini. Sekaligus ditegaskan cara terbaik untuk mempersaksikan kebenaran ajaran Yesus (Yoh 15:18-26).
- Betul-betul akan datang Penolong yang akan menguatkan para murid (Yoh 16:1-15), juga bila orang merasa ditinggalkan sendirian (Yoh 16:16-33), satu pokok yang telah diutarakan dalam Yoh 14:23-29.
- Yesus berdoa agar Bapanya selalu melindungi murid-muridnya (Yoh 17). Mereka ini seperti halnya Yesus adalah orang-orang yang diutus mewartakan kehadiran Yang Ilahi di dunia yang dikungkung kekuatan-kekuatan jahat. Ini memberi arah rohani bagi semua pembicaraan dalam perjamuan terakhir.
Dari uraian di atas terlihat bahwa Yoh 15-17 diolah sebagai pendalaman kembali pokok-pokok terpenting yang muncul dalam perjamuan terakhir. Semakin disimak semakin kelihatan kekayaan rohani yang tersimpan di dalam ketiga bab itu. Bagian ini kiranya juga berperan sebagai ringkasan Injil Yohanes yang sepatutnya didalami oleh mereka yang mau menyampaikan homili atas dasar Injilnya.
POKOK ANGGUR YANG BENAR DAN RANTINGNYA
Yesus mengibaratkan diri sebagai “pokok anggur yang benar”. Yang dimaksud dengan “pokok anggur” ialah bagian pohon yang dapat hidup terus bila yang di atas atau di bawahnya dipangkas. Bagian pohon itu dapat bersemi walau tampaknya mati. Para petani membuka kebun anggur baru dengan menanam pokok tadi di tanah yang baru. Ibarat ini kuat maknanya dan dimengerti juga oleh orang yang tidak tahu menahu perihal pohon anggur dan pengelolaannya. Dunia maknanya sudah tergarap dalam sastra Ibrani Perjanjian Lama. Ada beberapa ibarat dengan pokok anggur, misalnya Yer 2:21 Yeh 15:1-8; 17:1-10; 19:10.14 Hos 10:1 Mzm 80:9-20. (Baik dibedakan dengan ibarat kebun anggur, misalnya Yes 5:1-7). Muncul gambaran adanya kekuatan dapat terus bertumbuh walaupun tidak selalu menghasilkan buah yang diharapkan. Karena itulah dalam Yoh 15 kali ini ditonjolkan pokok anggur “yang benar”, artinya pokok yang subur dan dapat menumbuhkan ranting-ranting yang berbuah baik. Lawan pokok anggur yang benar ialah pokok anggur yang tak bakal tumbuh subur, yang “dari sananya” sudah kurang baik. Yesus tidak seperti itu. Ia justru tampil sebagai pokok yang dari asalnya cocok untuk ditanam, yang benar-benar asli, bukan yang tiruan atau kelihatannya bakal tumbuh baik tapi nyatanya membusuk! Gambaran inilah yang muncul dari dalam teks Yohanes ini.
Tetapi pokok yang benar pun perlu mendapat pemeliharaan. Dalam bacaan ini sisi itu amat ditonjolkan. Bahkan dikatakan bahwa Yang Maha Kuasa – sang Bapa sendiri – ialah pemeliharanya. Diusahakannya agar pokok itu semakin subur berbuah. Dalam ay. 2 disebutkan, Ia memotong tiap ranting yang tak berbuah dan membersihkan ranting yang berbuah agar makin subur. Tentunya bukan dimaksud tindakan menghakimi si ranting, melainkan ungkapan perhatian untuk membuat pokok yang benar itu berbuah sebanyak-banyaknya. Tak usah dipahami sebagai ancaman, melainkan sebagai upaya membesarkan hati.
Para murid ialah ranting yang berbuah baik. Ini titik tolaknya. Kalau tidak tentunya tidak menjadi murid. Boleh juga diterapkan pada orang yang percaya. Mereka itu ranting yang berbuah. Dan ranting yang begitu itu tidak hanya bertaut pada pokok yang benar, tapi juga mendapat perhatian khusus dari Bapanya. Inilah Kabar Gembira bagi para murid yang mendengarkan kata-kata Yesus tadi. Mereka boleh merasa aman karena terus menerus didampingi Sang Pengelola sendiri. Kita ingat, perkataan ini diucapkan sebagai bagian dari wejangan-wejangan terakhir Yesus sebelum ia berpisah dengan mereka. Yesus hendak mengatakan, sekarang ini tiba waktunya kalian akan diurus oleh Bapanya sendiri karena ia akan pergi kepada-Nya. Ia melihat bahwa murid-murid telah cukup matang. Karena itu ia mau menyerahkan mereka kepada Bapanya sebagai buah pelayanannya.
BERSAMA DENGANNYA?
Secara khusus para murid diminta agar tetap tinggal bersama pokok anggur yang benar tadi, agar kehidupan yang ada dalam pokok itu dapat berada juga dalam diri murid-murid dan menghasilkan buah. Cara berbicara seperti ini langsung menggugah pikiran. Beberapa hal saya tanyakan langsung kepada Oom Hans yang kiranya sudah kalian akrabi.
GUS: Dalam Yoh 15:7 dibicarakan tentang ranting yang tetap berhubungan pokok kehidupan. Ke mana nih arah pembicaraan itu?
HANS: Yang diarah ialah kesatuan hidup dengan pokok yang benar dan yang terus diperhatikan oleh Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu apa saja yang diinginkan oleh yang menjalaninya akan terwujud. Ini ajaran hidup rohani yang dalam.
GUS: Jadi kayak kebatinan “manunggaling kawula gusti” (=bersatunya hamba dan Tu(h)an)?
HANS (Dahinya berkerut, menyulut pipa cangklong, menghembuskan asap, lalu tersenyum): Ah, jangan ke sana ke mari, nanti campur aduk! Kesatuan tadi diterangkan sebagai “firmanku ada dalam kamu”. Jadi bukan kesatuan mistik yang saling meleburkan diri, melainkan kesatuan yang tumbuh dari sabda yang tinggal dalam pokok maupun dalam ranting.
GUS: Wacananya jadi makin kebatinan nih. Makin pelik!
HANS: Zaman itu ada pelbagai kalangan yang memahami kesatuan sebagai saling melebur diri sehingga tidak jelas lagi yang mana dia yang mana aku. Tapi bukan itu yang dikatakan dalam teks kita. Yang dimaksud bukan kesatuan batin yang dinikmati demi dirinya sendiri, melainkan demi makin suburnya pohon anggur milik Empunya kebun. Itulah ajaran batin murni dari Yesus yang diteruskan kepada orang banyak.
GUS: Jadi hubungan dengan sumber hidup itu terbangun dalam upaya memahami “teks”?
HANS: Asal “teks” yang kausebut itu tidak dikaburkan dengan macam-macam pesan buatan sendiri.
Dan Oom Hans semakin tenggelam ke dalam hikmatnya teks. Sang rajawali yang bertengger di sebelah kursi goyangnya menyorotkan sepasang mata tajam menembus, seolah-olah mengajak bagaimana memandangi isyarat-isyarat. Dalam perjalanan pulang, terlintas gagasan apakah “firman” yang disebut dalam Yoh 15 itu sesungguhnya adalah aksara-aksara batin yang diajarkan kepada kita masing-masing guna menuliskan kehidupan dan menggubahnya menjadi buah-buah idaman Dia yang menunggu kita di sana.
Salam hangat,
A. Gianto

Persatuan Bapa dan Putra Kebahagiaan Kita


Sabtu, 28 April 2018
Peringatan Santo Athanasius, Uskup dan Doktor Gereja
Refleksi harian dan doaku berdasarkan
Yohanes 14: 7-14

Sahabatku terkasih. Sabda Yesus hari ini tegas, jelas, penuh kemesraan. "Aku dan Bapa adalah satu! Barangaiapa melihat Aku melihat Bapa!" Yesus dan Bapa adalah satu. Mereka tidak terpisahkan. 

Ketika kita berlutut di depan Sakramen Mahakudus, kita berlutut di hadirat Putra tanda kehadiran Bapa. Mari bersukacita karenanya.

Marilah berdoa: Tuhan Yesus Kristus. Sungguh membahagiakan bahwa Tritunggal Mahakudus bersemayam di dalam jiwa kami melalui pembaptisan! Bantulah aku untuk melakukan pekerjaanMu kini dan selamanya! 

JohArt Wurlirang, 28/4/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Lamunan Pekan Paskah IV

Sabtu, 28 April 2018

Yohanes 14:7-14

14:7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."
14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
14:12. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;
14:13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.
14:14 Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa orang akan mengalami kemuliaan kalau mampu berprestasi. Dalam studi dia mendapatkan nilai tertinggi dan dalam kerja amat produktif dan kreatif.
  • Tampaknya, orang juga dapat dimuliakan karena berjasa bagi banyak orang. Sepak terjangnya selalu membawa kebaikan bagi amat banyak orang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sebesar dan setinggi apapun prestasi kerjanya sehingga menjadi sosok yang amat populer, kemuliaan orang bukan terletak pada kemampuannya berprestasi tetapi dari kemesraannya dengan yang ilahi sehingga kehadirannya menampakkan hadirat ilahi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjadi pancaran aura ilahi dalam tutur kata dan sepak terjangnya.
Ah, orang sungguh mulia kalau memiliki banyak tanda jasa dan penghargaan.

Thursday, April 26, 2018

Jam 07.30 Sudah Datang


Bel tamu berbunyi ketika para rama Domus Pacis baru saja selesai makan pagi pada Minggu 15 April 2018. "Rama, tamu-tamune pun dhateng" (Rama, para tamu sudah datang) kata Mas Ardy yang membukakan pintu. Rm. Bambang terkejut dan makin keheranan ketika melihat ibu-ibu, yang ternyata berjumlah 41 orang itu masuk Domus berbondong-bondong. Mereka langsung menyalami para rama yang masih berada di teras mau masuk kamar masing-masing. Rm. Bambang langsung menelpon Bu Rini "Tamune wis dha teka, je" (Para tamu sudah datang) karena beliau yang bertanggungjawab mengurus snak. Rombongan tamu ini, yang datang dari Lingkungan Tukangan Paroki Kotabaru, datang ke Domus untuk meminta Rm. Bambang memimpin rekoleksi yang ditutup misa. Di dalam perjanjian rekoleksi akan dimulai pada jam 09.00. Maka Rm. Bambang sungguh terkejut ketika para tamu sudah masuk Domus pada jam 07.30. Padahal biasanya acara pertama adalah minum dan makan snak.

"Kok wis dha teka ki piye? Rekoleksine rak wiwit jam sanga, ta?" (Mengapa sudah datang? Bukankah rekoleksi mulai jam 09.00) kata Rm. Bambang kepada penghubung yang menyahut "Iya. Rekoleksi wiwit jam sanga. Ning iki arep nunut arisan dhisik" (Benar. Rekoleksi mulai jam 09.00. Tetapi kami mau numpang acara arisan lebih dahulu). Para karyawan bersama para tamu mempersiapkan tambah kursi di aula dalam, karena Rm. Bambang mempersilakan mereka memakai ruang itu. Sesudah mereka masuk ruangan, kemudian terdengar nyanyian-nyanyian animatif yang membuat mereka mengeluarkan derai tawa riang. Pada jam 08.00 Bu Rini datang lalu menyusul pula Mas Handoko dan istrinya. Bersama para karyawan mereka segera menata beberapa macam snak dan teh. Bagi para relawan dan karyawan kedatangan rombongan tamu pada jam 07.30 sungguh membuat geli karena hal itu belum pernah terjadi. Kalau terlambat datang, ini kerap terjadi. "Wong tuwa ki nek arep melu acara mesthi dha mruput wis kumpul. Mau jam pitu rombongan mesthi wis mangkat mrene" (Orang-orang tua kalau akan ikut acara pasti datang awal. Tadi jam 07.00 rombongan pasti sudah berangkat ke sini) kata Mas Handoko mengomentari para tamu yang memang didominasi oleh kaum lanjut usia.

Pada jam 08.30 lebih para tamu menyelesaikan acara arisan sehingga mereka langsung menikmati teh dan snak. Sambil beristirahat mereka dapat bercengkerama berkelakar macam-macam. Pada jam 09.00 semua masuk Kapel Santo Barnabas untuk memulai rekoleksi. Topik yang diminta adalah "Bagaimana Kiat-kiat Menghadapi Usia Tua". Rm. Bambang membuka pembicara dengan meminta para peserta omong-omong tentang pengalaman sesuadah masuk masa tua. Ternyata dari 41 orang hanya ada tiga orang ibu usia di bawah 30 tahun. Selebihnya 50 tahun keatas dan kebanyakan di atas 60 tahun bahkan beberapa di atas 80 tahun. Dari omong-omong, mereka amat diwarnai oleh kehidupan anak dan menantu. Tidak jarang yang kini mendapatkan tanggungjawab mengurus cucu. Di dalam rekoleksi ini Rm. Bambang menekankan pentingnya "Latihan Hidup Masa Kini" agar tidak terlalu dikuasai perasaan masa lampau dan keinginan ke depan yang tidak jelas. Sesudah rekoleksi mereka menikmati makan siang bersama yang dimasak oleh Bu Tatik.