Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, April 8, 2018

Seperti Reuni


Di dalam FB Bu Retno dari Sleman Barat yang ditayangkan pada tanggal Senin 2 April 2018 jam 23.20, Mbak Yuli Monteiro dari Medari, menulis terarah pada Rm. Bambang "Matur nuwun romo Dominicus Bambang Sutrisno telah diberi kesempatan untuk menyertakan dua saudara untuk turut didoakan dalam misa peringatan setahun meninggalnya ibunda romo" Sedang pada pagi hari, Selasa 3 April 2018, ketika sedang makan, Rm. Yadi berkata kepada Rm. Bambang "Matur nuwun diparingi roti wonten kamar" (Terima kasih saya sudah diberi roti di kamar). Para rama Domus memang mendapatkan masing-masing beberapa macam roti dalam satu dos yang diantar oleh relawan Domus Pacis pada Senin 2 April malam.  Selain dua ungkapan itu ada kata-kata lain "Bakmi gorenge laris" (Bakmi goreng habis disantap) yang berasal dari Mas Abas, karyawan Domus Pacis.

Semua itu berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Domus Pacis pada Senin2 April 2018. Misa Komunitas Rama Domus yang biasa dimulai pada jam 18.00 diajukan ke jam 17.00. Selain Rm. Tri Wahyono, semua rama Domus ikut misa yang dipimpin oleh Rm. Bambang. Misa ini untuk memperingati 1 tahun wafat Ibu Maria Magdalena Rubinem, ibunda Rm. Bambang. Sebenarnya sebagai hajatan, peringatan hanya diselenggarakan secara sederhana, karena hanya di Kapel Santo Barnabas Domus Pacis. Yang diundang secara khusus adalah para relawan inti yang biasa ikut membantu keperluan-keperluan para rama Domus, teman-teman Rm. Bambang tempo dulu yang tergabung dalam WAG Mudika Ambarrukmo-Janti, dan Ibu-ibu Kelompok Yosepin Paroki Medari. Sebenarnya kelompok Amabrrukmo-Janti dan Kelompok Yosepin menyediakan diri untuk jadi kor pengiring. Tetapi Rm. Bambang menjadikan misa tanpa kor khusus. Di dalam misa itu Rm. Bambang membuka kesempatan bagi masing-masing tamu peserta untuk menyertakan dua arwah diucapkan. Bu Rini mencatat masing-masing arwah yang akan diucapkan oleh Rm. Bambang dalam misa dalam kertas formulir.

Bagi Rm. Bambang misa yang diselenggarakan secara sederhana itu terasa amat semarak. Pak Loly dari Nologaten dengan organnya mengiringi lagu-lagu dengan apiknya. Pak Untung dari Ambarrukmo, yang oleh Rm. Bambang diminta menjadi solis dari lagu-lagu yang dipakai, tampil jadi dirigen umat dan solis dengan penuh semangat. Para peserta pun menjadi seperti kor besar karena tidak sedikit yang dalam bernyanyi mengambil suara seperti alto, tenor, dan bas. Maklumlah, lagu-lagu yang dipakai sudah sangat populer sehingga mereka juga sudah hafal dengan suara-suara selain sopran. Rm. Bambang, sesudah mengucapkan doa untuk Bu Rubinem di dalam Doa Syukur II, melantunkan doa untuk para arwah dari para undang dengan model lagu gregorian yang setiap kali dijawab dengan refren umat. Sesudah misa para tamu langsung menyantap konsumsi sederhana yang disediakan. Sesudah menyantap sajian sebagaian besar masih duduk-duduk sambil omong-omong bagaikan acara reunian. Foto-foto bersama pun juga mewarnai.

0 comments:

Post a Comment