Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, April 26, 2018

Jam 07.30 Sudah Datang


Bel tamu berbunyi ketika para rama Domus Pacis baru saja selesai makan pagi pada Minggu 15 April 2018. "Rama, tamu-tamune pun dhateng" (Rama, para tamu sudah datang) kata Mas Ardy yang membukakan pintu. Rm. Bambang terkejut dan makin keheranan ketika melihat ibu-ibu, yang ternyata berjumlah 41 orang itu masuk Domus berbondong-bondong. Mereka langsung menyalami para rama yang masih berada di teras mau masuk kamar masing-masing. Rm. Bambang langsung menelpon Bu Rini "Tamune wis dha teka, je" (Para tamu sudah datang) karena beliau yang bertanggungjawab mengurus snak. Rombongan tamu ini, yang datang dari Lingkungan Tukangan Paroki Kotabaru, datang ke Domus untuk meminta Rm. Bambang memimpin rekoleksi yang ditutup misa. Di dalam perjanjian rekoleksi akan dimulai pada jam 09.00. Maka Rm. Bambang sungguh terkejut ketika para tamu sudah masuk Domus pada jam 07.30. Padahal biasanya acara pertama adalah minum dan makan snak.

"Kok wis dha teka ki piye? Rekoleksine rak wiwit jam sanga, ta?" (Mengapa sudah datang? Bukankah rekoleksi mulai jam 09.00) kata Rm. Bambang kepada penghubung yang menyahut "Iya. Rekoleksi wiwit jam sanga. Ning iki arep nunut arisan dhisik" (Benar. Rekoleksi mulai jam 09.00. Tetapi kami mau numpang acara arisan lebih dahulu). Para karyawan bersama para tamu mempersiapkan tambah kursi di aula dalam, karena Rm. Bambang mempersilakan mereka memakai ruang itu. Sesudah mereka masuk ruangan, kemudian terdengar nyanyian-nyanyian animatif yang membuat mereka mengeluarkan derai tawa riang. Pada jam 08.00 Bu Rini datang lalu menyusul pula Mas Handoko dan istrinya. Bersama para karyawan mereka segera menata beberapa macam snak dan teh. Bagi para relawan dan karyawan kedatangan rombongan tamu pada jam 07.30 sungguh membuat geli karena hal itu belum pernah terjadi. Kalau terlambat datang, ini kerap terjadi. "Wong tuwa ki nek arep melu acara mesthi dha mruput wis kumpul. Mau jam pitu rombongan mesthi wis mangkat mrene" (Orang-orang tua kalau akan ikut acara pasti datang awal. Tadi jam 07.00 rombongan pasti sudah berangkat ke sini) kata Mas Handoko mengomentari para tamu yang memang didominasi oleh kaum lanjut usia.

Pada jam 08.30 lebih para tamu menyelesaikan acara arisan sehingga mereka langsung menikmati teh dan snak. Sambil beristirahat mereka dapat bercengkerama berkelakar macam-macam. Pada jam 09.00 semua masuk Kapel Santo Barnabas untuk memulai rekoleksi. Topik yang diminta adalah "Bagaimana Kiat-kiat Menghadapi Usia Tua". Rm. Bambang membuka pembicara dengan meminta para peserta omong-omong tentang pengalaman sesuadah masuk masa tua. Ternyata dari 41 orang hanya ada tiga orang ibu usia di bawah 30 tahun. Selebihnya 50 tahun keatas dan kebanyakan di atas 60 tahun bahkan beberapa di atas 80 tahun. Dari omong-omong, mereka amat diwarnai oleh kehidupan anak dan menantu. Tidak jarang yang kini mendapatkan tanggungjawab mengurus cucu. Di dalam rekoleksi ini Rm. Bambang menekankan pentingnya "Latihan Hidup Masa Kini" agar tidak terlalu dikuasai perasaan masa lampau dan keinginan ke depan yang tidak jelas. Sesudah rekoleksi mereka menikmati makan siang bersama yang dimasak oleh Bu Tatik.

0 comments:

Post a Comment