Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, July 31, 2020

Minggu Biasa XVIII/A – 2 Agt 2020 (Mat14:13-21)

diambil dari https://unio-indonesia.org/2020/07/31; ilustrasi darikoleksi Blog Domus


BEKAL YANG TAK KUNJUNG HABIS

Peristiwa memberi makan lima ribu orang dalam Injil Minggu Biasa XVIII A (Mat 14:13-21), menurut ayat 13, terjadi setelah berita mengenai dibunuhnya Yohanes sampai kepada Yesus. Ia berperahu menyingkir ke sebuah tempat terpencil. Orang banyak mengikutinya lewat jalan darat. Ketika berlabuh kembali, didapatinya orang banyak sudah menunggu. Tergeraklah hatinya. Dikerjakannya banyak penyembuhan. Ketika malam hampir tiba, murid-muridnya usul agar orang-orang itu disuruh pergi mencari makan di perkampungan sekitar. Tetapi Yesus malah menyuruh murid-murid memberi mereka makan walau hanya tersedia lima roti dan dua ikan. Apa yang terjadi? Setelah mengucapkan doa syukur, Yesus membagi-bagi roti dan memberikannya kepada para murid agar diteruskan kepada orang banyak. Sisa roti terkumpul sebanyak 12 bakul penuh, padahal ada lima ribu orang lelaki tak terhitung perempuan dan anak-anak. Apa makna peristiwa ini?

MENYINGKIR KE DALAM KESUNYIAN

Matius sengaja menghubungkan menyingkirnya Yesus ke sebuah tempat sepi dengan berita kematian Yohanes Pembaptis. Markus dan Lukas menceritakan dua kejadian ini secara berurutan tanpa menyarankan hubungannya. Meski tidak jelas-jelas dikatakan, boleh diduga Matius mengajak pembaca menyadari bahwa mulai saat itu selesailah sudah masa Yohanes Pembaptis, tokoh besar yang mengantar masuk Yesus ke dalam kehidupan umat. Kini perhatian utama hendaknya dipusatkan pada Yesus. Ikutilah dia ke mana saja ia pergi. Dialah yang sekarang mengantar perjalanan umat.

Dapat dicatat dua hal lain. Pertama, dalam menyepi Yesus menghadapi dirinya sendiri yang sesungguhnya. Ketika dicobai di padang gurun ia menemukan diri sebagai abdi Yang Mahakuasa sendiri. Kini ia menyepi dan mendapati diri sebagai yang datang untuk melayani orang banyak yang sedemikian menaruh kepercayaan dan harapan kepadanya. Ia merasa bertanggungjawab akan kesejahteraan mereka. Kedua, orang banyak terlihat semakin membutuhkannya. Mereka mengikutinya. Seperti umat Tuhan yang dulu mengikutiNya di padang gurun dan hidup dari manna, makanan yang turun dari langit hari demi hari dari Dia sendiri. Yesus kini tampil sebagai manna bagi umat yang baru.

PELBAGAI KISAH MEMBERI MAKAN ORANG BANYAK

Ada tiga kelompok kisah Yesus memberi makan orang banyak menurut jumlah orang dan sisanya:  lima ribu orang dengan sisa 12 bakul, Mrk 6:30-44 // Mat 14:13-21 // Luk 9:10-17; orang banyak tanpa perincian tapi sisanya juga 12 bakul, Yoh 6:1-15; dan empat ribu orang dengan sisa 7 bakul,  Mrk 8:1-10 // Mat 15:32-39 (tanpa paralel dalam Injil Lukas).

Kisah-kisah itu tumbuh dalam pelbagai kalangan Gereja Awal sebelum Injil-Injil sendiri ditulis. Kisah-kisah itu berkembang di dalam pengajaran dan katekese mengenai ekaristi, yakni perayaan syukuran memperingati kurban penebusan oleh Yesus. Peristiwa memberi makan lima ribu orang tumbuh di antara pengikut Yesus dari kalangan Yahudi sebagaimana dapat diduga antara lain dari ungkapan 12 bakul, angka lambang suku-suku Israel. Yang menyangkut empat ribu orang hidup di lingkungan orang bukan asal Yahudi, seperti kentara dari sisanya yang 7 bakul. Kedua-duanya diolah Markus dan hasilnya dipakai dalam Injil Matius. Lukas hanya menggunakan bahan yang pertama. Mengapa justru dia yang lebih bergerak di kalangan bukan Yahudi tidak merekam dari lingkungan yang bukan Yahudi? Boleh jadi karena perkembangan ekaristi di kalangan bukan Yahudi digarap Lukas secara khusus dalam Kisah Para Rasul. Oleh karena itu ia merasa tidak perlu menyertakan kisah yang kedua tadi dalam Injilnya. Bagaimana dengan Yohanes? Ia memakai tradisi yang menggarisbawahi sisanya yang 12 bakul. Juga ada kesan Yohanes hendak meyakinkan pembaca bahwa ia mengalami sendiri peristiwa itu sebagai salah satu dari Yang Duabelas. Ia bahkan mengingat nama murid yang berbicara dengan Yesus, yakni Filipus dan Andreas dan beberapa seluk beluk khas yang hanya bisa diberikan oleh saksi mata. Pengisahan Yohanes mengajak pembaca semakin mempercayai kebenaran peristiwa itu.

BERKAITAN DENGAN EKARISTI

Kisah pemberian makan orang banyak itu tumbuh dari pendalaman iman serta katekese bagi umat pada umumnya. Mereka diajak mendalami makna perayaan syukuran atas penebusan – yakni ekaristi – sebagai sisi yang amat penting dalam hidup mengikuti Yesus. Dia yang mereka cari sehari-hari itu memberi kekuatan hidup yang melimpah. Mereka yang letih dan lesu akan mendapat penyegaran darinya, seperti umat Tuhan yang dulu berkelana di gurun.

Bagi para pemimpin? Tentunya mereka juga ikut berbagi makanan. Namun secara khusus mereka diminta agar ikut bertanggungjawab bagi keadaan umat yang mereka layani. Yesus menyuruh mereka memberi makan orang banyak. Para pemimpin diharapkan kreatif dan tidak menyerah pada keadaan. Mereka hendaknya menyertai Yesus dalam menjalankan pelayanannya dan memungkinkannya terlaksana.

Begitulah tampak kaitan kisah pemberian makanan ini dengan perayaan ekaristi yang sudah hidup di kalangan umat muda waktu itu. Tumpuannya satu dan sama, yakni Yesus sendiri. Dialah penopang hidup yang datang dari atas sana. Hari demi hari ia menunjang para pengikutnya. Dan bukan ini saja, ia semakin mendekatkan kernyataan Kerajaan Surga kepada manusia Ia membawa orang agar dekat pada hadirat Yang Mahakuasa yang ingin mengubah jagat ini menjadi kawasan damai, bebas dari ketakutan. Juga dalam konteks kejadian-kejadian mengerikan di pelbagai tempat akhir-akhir ini, warta Kerajaan Surga tetap bisa menumbuhkan sikap percaya.

Apa arti sisa yang sedemikian banyak itu? Bagi siapa saja yang mau datang, baik dari kalangan umat dulu atau umat yang baru, roti – makanan – tetap tersedia. Namun mengapa semua ini disebutkan? Tentunya bukan sekadar menunjukkan bahwa sisanya melimpah dan cukup bagi siapa saja. Ada saran halus bagi mereka yang telah memperolehnya agar juga membawakan bagi mereka yang belum ikut menikmati, baik yang berasal dari umat Tuhan dulu maupun orang-orang yang belum mendengar tentang kebaikanNya. Diajarkan oleh Gereja Awal, kekuatan rohani ekaristi yang mereka rayakan itu juga bisa disampaikan kepada semakin banyak orang, lewat mereka yang telah memperolehnya.

MAKANAN HARI DEMI HARI?

Dipakai kata “roti” untuk menyebut ujud kelihatan dari ekaristi, kerap dalam hubungan dengan “anggur”. Sering dijelaskan bahwa bagi orang yang hidup di dunia Alkitab dulu atau dalam kebudayaan sana, roti dan anggur ialah makanan dan minuman sehari-hari. Seperti nasi dan teh bagi orang sini. Masuk akal, tapi tidak seluruhnya tepat. Malah keterangan itu tidak mengajarkan yang penting. Roti dan anggur yang dipakai dalam ekaristi Gereja Awal terasa sama “tak biasa”-nya juga bagi mereka kendati kata “roti” bagi mereka merujuk pada makanan sehari-hari.. Persembahan yang dibawa ke dalam perayaan menjadi hal yang tidak biasa lagi. Bentuknya, apalagi peran-perannya, sudah berubah. Maka di kemudian hari untuk “roti” dipakai kata Latin “hostia” yang artinya bahan yang dipersembahkan sebagai kurban. Bukan lagi roti yang dimakan untuk pada waktu bersantap, juga anggur bukan lagi yang biasa diteguk selama makan. Perjamuan malam terakhir Yesus bersama murid-muridnya kiranya juga bukan resepsi perpisahan dengan makan malam, melainkan doa bersama yang dilakukan dengan khidmat. Ekaristi dengan roti dan anggur itu ibadat yang dirayakan untuk memperingati dia yang telah wafat untuk menebus kemanusiaan dan telah bangkit – telah berhasil. Oleh karenanya ikut dalam ibadat ini membuat orang berbagi pengampunan dosa.

Sisi yang “luar biasa” itu selayaknya diakui sepenuhnya. Yang luar biasa itu kini justru menjadi makanan dan minuman. Kita diajak masuk ke dalam hidup yang bukan sehari-hari dan memperoleh bekal kekuatan rohaninya bagi hidup di dunia nyata ini. Karena itu liturgi ekaristi dapat menghadirkan yang keramat di dalam yang sehari-hari.

Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang ini mengisahkan kejadian yang tidak biasa. Namun ketakwajaran ini disampaikan untuk membuat orang semakin memahami ekaristi yang biasa mereka lakukan. Jelas bukan kisah untuk membangkitkan rasa ingin melihat mukjizat yang ada di sana. Pembaca diminta menengok kehidupan mereka sebagai pengikut Yesus – yang waktu itu sudah lazim menjalankan ekaristi – dengan bantuan kisah Yesus memberi makan orang banyak ini. Dan mereka akan semakin menemukan yang luar biasa, yakni hadirnya yang ilahi di tengah-tengah umat. Kehadiran yang dapat mengisi ruang batin ini akan menjadi sumber kekuatan yang dapat diteruskan kepada siapa saja dan tak bakal habis.

Salam hangat,
A. Gianto

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Alfonsus Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Sabtu, 1 Agustus 2020

Matius 14:1-12                              

1. Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. 2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya." 3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. 4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" 5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. 6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, 7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. 8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam." 9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. 10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara 11 dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. 12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada keyakinan bahwa akal budi pada manusia merupakan anugerah khusus Tuhan yang membuat manusia menjadi ciptaan unggul dari segala ciptaan lain. Inilah yang membuat manusia memiliki kebebasan.
  • Tampaknya, dengan kebebasannya manusia dapat membuat ketentuan-ketentuan paling tidak untuk hidupnya sendiri. Maka kehidupan manusia menjadi proses pilihan-pilihan buah sikap yang berkembang karena latarbelakang keluarga, pendidikan, dan pergaulan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun kemampuan memilih merupakan buah anugerah kebebasan dari Tuhan, orang dapat terjerumus dalam tindakan yang merusak hakikatnya sebagai makhluk sosial kalau berada dalam kuasa pengaruh jahat. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan relung hati orang akan waspada terhadap pengaruh jahat sekalipun tindakannya dilandasi oleh alasan menjaga hubungan baik.

Ah, yang paling pokok orang harus menjaga kehormatan dan wibawa.

Santo Ignasius dari Loyola

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 22118 Diterbitkan: 11 September 2013 Diperbaharui: 07 Oktober 2019

  • Perayaan
    31 Juli
  •  
  • Lahir
    tahun 1491
  •  
  • Kota asal
    Loyola, Guipuzcoa, Spanyol
  •  
  • Wafat
    31 Juli 1556 di Kota Roma - terkena sakit “Demam Romawi” (semacam penyakit malaria yang berulang-ulang terjadi di kota Roma, Italia, di beberapa periode dalam sejarah)
  •  
  • Beatifikasi
    27 Juli 1609 oleh Paus Paulus V
  •  
  • Kanonisasi
    12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV

Ignacio López de Loyola  atau yang kita kenal sebagai St. Ignasius de Loyola adalah pendiri dari Serikat Yesus. Ia dilahirkan di Kastil keluarga bangsawan Loyola di wilayah Basque, Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi seorang kesatria yang hebat. Ignasius kemudian masuk militer dan menjadi seorang perwira.

Pada penyerbuan benteng Pamplona, Ignasius bertempur dengan berani namun ia terkena peluru meriam dan terluka parah.  Di kemudian hari, ia mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran itu. Tetapi, luka di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola.

Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.

Setelah sembuh, Ignasius mengunjungi sebuah biara dimana ia menanggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian pergi ke kota Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit. Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini … namun ketika wujud ini hilang ia menjadi sedih.”  

Ignasius lalu berziarah ke Tanah Suci dan ia bertekad untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengenal Yesus disana. Namun ia tidak diperkenankan. Lalu veteran perang yang berusia 30 tahun itu pulang dan mulai belajar untuk mempersiapkan dirinya berkarya bagi nama Yesus. Mula-mula ia  belajar bahasa Latin bersama anak-anak sekolah dasar di Barcelona sampai kemudian meraih gelar sarjana di Universitas Paris.

Sejak masih kuliah Ignasius sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya. Di masa itu (bahkan sampai sekarang) tidaklah lazim apabila seorang awam mengajar spiritualitas; ia lalu  dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk sementara waktu  namun kemudian dilepaskan.  Kejadian itu tidak menghentikan Ignatius. “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus,” katanya.  

Di Paris Ignasius mengilhami tujuh mahasiswa (dua diantaranya adalah St. Fransiskus Xaverius dan St. Petrus Faber) untuk bersatu mengadakan ikatan. Mereka berjanji setia dan bersepakat untuk menyebarkan injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus. Kelompok mereka ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan tugas apa saja. Bapa suci yang melihat semangat kerasulan mereka; dan pendidikan mereka yang tinggi akhirnya mengabulkan keinginan Ignasius dan kelompoknya. Bahkan lebih jauh lagi; Bapa Suci mentahbiskan mereka menjadi imam dan ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat  Rohaniwan. Serikat ini kemudian dinamakan Serikat Jesus dan mendasarkan diri pada tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : Kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci Kapan saja dan dimana saja.

Selama 15 tahun sejak persetujuan paus itu Ignasius memimpin Serikat Jesus dari Roma. Ia meyaksikan perkembangan Serikatnya berawal dari 10 orang sampai menjadi lebih dari 1000 orang. Para Jesuit berkarya dari Eropa, Asia sampai ke Benua baru Amerika.  Saat ini para Jesuit memiliki lebih dari 500 Universitas dan Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap tahun.

Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”

St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.

Thursday, July 30, 2020

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Ignatius Loyola, Iman

Jumat, 31 Juli 2020

Matius 13:54-58                            

54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? 55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" 57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." 58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang yang hebat akan mudah membuat kekaguman bagi banyak orang. Banyak orang atau kelompok akan mengundangnya.
  • Tampaknya, orang hebat akan diterima di mana-mana. Yang belum pernah berjumpa begitu mendengarnya dapat berusaha untuk datang berkenalan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki jasa baik untuk umum siapapun, orang sadar bahwa, di hadapan yang tak terbuka pada tindakan baiknya, kebaikannya tidak akan terealisasi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan siaga tak dapat berbuat baik di hadapan orang-orang yang menolakan kebaikannya.

Ah, asal baik orang akan diterima dimanapun.

Beato Manés de Guzmán

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2359 Diterbitkan: 30 Juli 2017 Diperbaharui: 30 Juli 2017

  • Perayaan
    30 Juli
  •  
  • Lahir
    Sebelum tahun 1170
  •  
  • Kota asal
    Calaruega Castille (sekarang Burgos Spanyol)
  •  
  • Wafat
    Sekitar 1235 di Biara San Pedro Gumiel de Izan, Castille (sekarang Burgos Spanyol)
    Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    2 Juni 1834 oleh Paus Gregorius XVI
  •  
  • Kanonisasi
    -

Beato Manés de Guzmán berasal dari keluarga bangsawan Spanyol yang saleh. Ia adalah putra Don Felix de Guzman dan Beata Juana dari Aza. Adiknya adalah Santo Dominikus de Guzmán, pendiri Ordo Praedicatorum (Ordo para pengkotbah atau Ordo Dominikan) yang terkenal itu. Lahir di Calaruega Castille (sekarang Burgos Spanyol), Manés de Guzmán dididik oleh seorang pamannya bernama Gonzalo de Aza yang tinggal di Gumiel de Izan. Pada tahun 1183 Manés masuk biara Cistercians San Pedro (Santo Petrus) di Gumiel de Izan dan menjadi seorang imam.

Saat Ordo Praedicatorum memperoleh pengesahan dari Paus Honorius III melalui Bulla Kepausan Religiosam Vitam pada 22 Desember 1216, Manés de Guzmán menjadi salah satu dari 15 Dominikan perdana yang ditahbiskan tanggal 15 Agustus 1217. Ia lalu ditugaskan memimpin biara Dominikan Saint-Jacques di Paris, Perancis.  Disini ia juga mendirikan sebuah biara susteran Dominikan di Paris.

Manés de Guzmán, OP dikenal sebagai seorang yang tenang dan kontemplatif, serta seorang pengkhotbah yang berapi-api. Kepribadiannya sangat membantu awal penyebaran Ordo Dominikan. Pada tahun 1219, ia ditugaskan ke Madrid, Spanyol untuk mendirikan biara Susteran Dominikan di kota itu.

Pada tanggal 6 Agustus 1221, Santo Dominikus tutup usia di kota Bologna, Italia dan Beato Yordanus Saxony dipilih menjadi pemimpin umum Ordo Dominikan yang baru. Manés tetap tinggal di Spanyol dan membimbing perkembangan Ordo tersebut di semenanjung Iberia.

Dia menghadiri upacara Kanonisasi Santo Dominikus pada tanggal 13 Juli 1234 di Roma, Italia, dan kembali ke Spanyol dengan rencana besar untuk mendirikan sebuah Basilika yang didedikasikan untuk Santo Dominikus. Namun ia tutup usia sebelum merealisasikan rencananya.

Manés de Guzmán, OP di beatifikasi pada 2 Juni 1834 oleh Paus Gregorius XVI.

Wednesday, July 29, 2020

Lamunan Pekan Biasa XVII

Kamis, 30 Juli 2020

Matius 13:47-53                            

47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." 52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya." 53. Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, di dalam kehidupan ini orang mengenal kelompok baik dan kelompok jahat. Pertunjukan wayang dan tayangan-tayangan kesenian biasa menghadirkan sosok-sosok baik penuh keutamaan dan sosok-sosok buruk pengejar nafsu egoistik.
  • Tampaknya, orang biasa memandang bahwa kelompok-kelompok itu saling bertentangan. Kedua kelompok saling berseberangan di tempat masing-masing.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun jiwa baik dan jahat itu bertentangan, tetapi dalam realita hidup keduanya berada dalam orang atau kelompok orang sama dan ada bersama-sama yang kesejatian baik atau buruknya ditentukan pada saat akhir hayat dan zaman. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dituntut untuk selalu membangun kesadaran diri sehingga peka akan daya-daya baik dan jahat yang ada dalam diri atau lingkungan hidupnya.

Ah, asal diterima oleh banyak orang ya pasti jadi sosok baik.

Beato Lek Sirdani

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3410 Diterbitkan: 27 Juni 2017 Diperbaharui: 02 Februari 2019

  • Perayaan
    29 Juli
    5 November (Pesta bersama para Martir Albania)
  •  
  • Lahir
    1 Maret 1891
  •  
  • Kota asal
    Bogë, Shkodrë, Albania
  •  
  • Wafat
    Martir | Disiksa sampai mati oleh Rezim Komunis Albania pada 29 Juli 1948 di penjara Kopilk dekat Shkodrë, Albania
  •  
  • Venerasi
    26 April 2016 oleh Paus Fransiskus (Decree of martyrdom)
  •  
  • Beatifikasi
    5 November 2016 oleh Paus Fransiskus. Misa beatifikasi digelar di Kathedral Shkodër, Albania yang dipimpin oleh Kardinal Angelo Amato

Beato Lek Sirdani adalah seorang Imam praja dari Keuskupan Agung Shkodrë-Pult Albania. Ia lahir pada tanggal 1 Maret 1891 di Bogë, Shkodrë, Albania, dalam sebuah keluarga katolik yang saleh. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia saat ia masih kecil. Ia lalu diasuh oleh seorang bibinya dan seorang kerabat Muslim kemudian membiayai pendidikannya.

Bersama saudaranya Marin, Lek Sirdani masuk seminari menengah Keuskupan di Shkodrë. Marin kemudian menjadi seorang biarawan Fransiskan, sedangkan Lek melanjutkan studi Teologi ke Seminari Tinggi di Insbruck Austria. Studinya selesai pada tahun 1916 dan ia ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 April 1916 di Austria. Lek lalu dipanggil kembali ke Albania untuk berkarya sebagai imam praja Keuskupan Agung Shkodrë-Pult, Albania.

Pada tanggal 26 Juli 1948, pada misa perayaan pesta santa Anna, dalam homilinya pater Lek Sirdani mengunakan bahasa kiasan untuk menguatkan umat yang hidup dalam penindasan rezim komunis Albania.

Mata-mata komunis mencatat kalimat tersebut dan keesokan harinya (27 Juli 1948) pater Leks langsung ditangkap. Ia ditahan di penjara Koplik dan disiksa dengan sangat mengerikan. Wajahnya dipukuli sampai tidak dapat dikenali lagi, tubuhnya disetrum, disulut besi membara, dan dikuliti hidup-hidup. Pada tanggal 29 Juli 1948 Lek Sirdani yang sudah sekarat dibuang ke tempat pembuangan limbah kamar mandi penjara dan dibiarkan mati lemas dalam genangan tinja dan air seni para narapidana.

Beato Lek Sirdani dibeatifikasi bersama 38 Martir Albania pada tanggal 5 November 2016 oleh Paus Fransiskus. Pestanya dirayakan pada tanggal 29 Juli sesuai hari kematiannya; dan pada hari pesta bersama Para Martir Albania pada tanggal 5 November. (qq).

Tuesday, July 28, 2020

Lamunan Peringatan Wajib

Santa Marta

Rabu, 29 Juli 2020

Yohanes 11:19-427                       

19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. 20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. 21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." 23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." 24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." 25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" 27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, tidak sedikit orang beragama percaya bahwa Tuhan bersemayam di sorga. Keberadaan Tuhan ada di lingkungan surgawi.
  • Tampaknya, tidak sedikit orang beragama percaya bahwa orang akan berjumpa dengan Tuhan kalau sudah sampai saat kematian. Orang akan berada dalam haribaan Tuhan di keabadian.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun keberadaan Tuhan disebut surgawi, orang dapat menjumpai hadirat-Nya di tengah-tengah peristiwa kehidupannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang yakin bahwa Dia yang surgawi menjadi sosok kemanusiaan dan tinggal di tengah-tengah manusia.

Ah, Tuhan itu ada di surga dan dunia itu tempat ngendonnya dosa.

Beato Yohanes Soreth

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3239 Diterbitkan: 06 Juli 2014 Diperbaharui: 06 Juli 2014

  • Perayaan
    28 Juli
  •  
  • Lahir
    Tahun 1420
  •  
  • Kota asal
    Caen, Normandy, Perancis
  •  
  • Wafat
    Tahun 1471 di Angers, Perancis - oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    Tahun 1865 oleh Paus Pius IX

Yohanes Soreth bergabung dengan Ordo Karmel pada usia relatif muda. Setelah meraih gelar doktor dari Universitas Paris, tahun 1438, berbagai jabatan penting diembannya. Ia menjadi Prior Provinsial Ordo Karmel Perancis tahun 1440-1451. Tahun 1451, ia diangkat menjadi Prior Jenderal Ordo Karmel. Mulai saat itu ia mempersiapkan jalan untuk pembaruan yang menyeluruh dalam ordo.

Soreth dikenal sebagai tokoh pembaharu. Ia menyebarkan semangat penghayatan hidup religius. Ia unggul dalam menafsirkan regula. Tahun 1462, ia membarui dan menerbitkan Konstitusi Ordo. Dengan persetujuan dan bahkan atas inisiatifnya, sejumlah rumah yang ada mengikuti pembaruan.

Ia juga dikenal sebagai seorang tokoh besar dalam Gereja Katolik karena membaharui kehidupan dan semangat Ordo Karmel (Ordo I). Soreth juga merintis dan memajukan Ordo II (para suster Rubiah Karmel), membentuk kelompok awam yang menghidupi semangat dan karisma Ordo Karmel (Ordo III).

Situasi yang sangat mempengaruhinya dalam kehidupan membiara adalah kemerosotan semangat hidup religius pada abad XIV. Ordo Karmel tak luput dari situasi ini. Kemerosotan penghayatan semangat Karmel menyangkut pula segi kehidupannya yang hakiki. Ada tiga hal penting yang mengalami penurunan dari semangat hidup ordo, yakni hidup doa, kemiskinan, dan kehadiran dalam acara bersama. Kemerosotan ini disoroti dalam pertemuan resmi ordo.

Pada zaman Renaisans terjadi kemerosotan moral kaum religius. Kemerosotan itu menimbulkan reaksi umat untuk melakukan pembaruan Gereja di kalangan atas dan anggotanya. Ordo Karmel bernasib baik zaman itu karena Sang Prior Jenderal memiliki jiwa pembaruan.

Usaha yang dilakukan Yohanes Soreth sebagai langkah awal adalah mengakhiri skisma di Provinsi Jerman. Pada saat yang sama ia meneguhkan pendirian Biara Mors. Selain itu, dia juga melakukan kunjungan kanonik ke seluruh Eropa dan menggerakkan berlakunya peraturan baru, baik dalam provinsi-provinsi maupun dalam biara-biara.

Setiap anggota menolak kenikmatan-kenikmatan duniawi dan semua keistimewaan yang ditawarkan melalui mitigasi. Semua anggota mengikuti acara komunitas secara bersama, seperti makan bersama, Misa, dan ibadat bersama. Ia juga menekankan bahwa setiap tamu biara diterima atas izin Prior.

Ia juga berusaha setia pada bentuk hidup yang mereka aktualisasikan. Usaha-usaha Soreth bermanfaat untuk melawan reformasi dan meningkatkan mutu hidup religius. Ia mengeluarkan konstitusi baru untuk memperbaiki peraturan religius dalam Ordo Karmel. Konstitusi baru yang disusun tetap berpijak pada semangat dasar. Namun, ia mengubah beberapa bagian yang dapat memperburuk penghayatan hidup religius, terutama dalam kemiskinan.

Dengan kata lain, ia tidak membatalkan kelonggaran dalam hal pantang dan puasa yang telah beberapa puluh tahun sebelumnya diberikan oleh Takhta Suci. Malah ia berusaha dengan sekuat tenaga meningkatkan semangat doa, memperjuangkan penghayatan kemiskinan secara merata, dan menekankan kebersamaan dan persaudaraan.

Paus melihat segala usaha yang dilakukan Yohanes. Paus ingin mengangkatnya sebagai kardinal. Tetapi, Yohanes menolak kehormatan itu dengan alasan ia menganggap usaha memperbaiki ordonya lebih berguna bagi Gereja saat itu.

Monday, July 27, 2020

PELINDUNGAN LANJUT USIA PADA MASA PANDEMI COVID-19

diambil dari http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-10-II-P3DI-Mei-2020-243.pdf


Lukman Nul Hakim lukman.nulhakim@dpr.go.id

Abstrak

Pada masa pandemi Covid-19 ini, lansia merupakan kelompok rentan. Temuan menunjukan, pasien positif Covid-19 didominasi oleh lansia. Dengan jumlah lansia di Indonesia yang mencapai 25,64 juta, maka upaya yang efektif untuk melindungi lansia harus segera diimplementasikan. Tulisan ini membahas tentang kerentanan lansia dan upaya yang dapat dilakukan untuk menanganinya. Negara perlu menyiapkan program jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek adalah bantuan sosial dan mendorong peran serta masyarakat dalam melindungi lansia di lingkungannya. Program jangka panjang adalah menyiapkan seluruh masyarakat untuk mempersiapkan masa tua dengan lebih baik, sehingga akan menjadi lansia yang lebih sehat dan mandiri. Komisi VIII DPR RI perlu memprioritaskan Revisi Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang di dalamnya akan mengatur prinsip kelanjutusiaan, active ageing, pembenahan data kependudukan lansia yang terpilah serta upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif demi terciptanya lansia yang berkualitas.

Pendahuluan

Setiap tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Peringatan ini dimaksudkan untuk mendorong kepedulian masyarakat kepada lanjut usia (lansia) agar tercipta lansia yang sejahtera. Namun ironis, HLUN tahun ini diperingati di tengah pandemi Covid-19 dan lansia merupakan kelompok yang paling rentan. Kerentanan tersebut setidaknya dalam dua hal yaitu keamanan dan kesehatan. Fakta ini berlaku universal baik di luar maupun di dalam negeri.

Kerentanan dalam hal keamanan terlihat dari peristiwa penipuan kepada lansia di Tasikmalaya. Pada 4 April 2020 lalu, dua orang lansia menjadi korban penipuan yang dikaitkan dengan pandemi Covid-19. Modusnya, pelaku mengatakan bahwa untuk dapat menerima bantuan sosial dari pemerintah maka para lansia harus difoto tanpa perhiasan. Total emas 30 gram yang telah dilepas dari 2 orang lansia itu kemudian dicuri para pelaku (Pikiran-rakyat. com, 8 April 2020). Sementara pada 28 April 2020 lalu di Jepang seorang lansia berusia 80 tahun juga menjadi korban penipuan yang mengakibatkan uangnya di semua kartu bank habis dikuras pelaku. Modus pelaku, mengatakan bahwa semua kartu bank harus diganti sebagai antisipasi pandemi Covid-19 (Tribunnews, 28 April 2020).

Kerentanan lansia dari segi kesehatan tercermin dari data statistik lansia yang meninggal karena Covid-19 di banyak negara. Di Malaysia, lansia yang meninggal karena Covid-19 sebanyak 62,6% (english.astroawani.com, 16 April 2020); 85% di Brazil, 95% di Italia, 95,5% di Spanyol (poder360.com, 4 April 2020); 80% di Tiongkok (newsdetik.com, 4 Februari 2020) dan 80% di Amerika Serikat (Kumparan.com, 13 Mei 2020). Sementara di Indonesia, belum ditemukan data persentase lansia yang meninggal karena Covid-19. Informasi yang ada menujukkan, di Indonesia mayoritas korban meninggal berusia 60 tahun ke atas (wartaekonomi, 23 Maret 2020). Sebagai salah satu negara dengan jumlah lansia yang tinggi, pandemi Covid-19 merupakan sebuah ancaman yang nyata bagi Indonesia. Menurut data Biro Pusat Statistik, pada tahun 2019 persentase lansia di Indonesia mencapai 9,6% dari total penduduk atau sekitar 25,64 juta orang (BPS, 2019). Jika Covid-19 mengancam 80% lansia Indonesia seperti halnya di Tiongkok dan Amerika Serikat, maka virus ini mengancam nyawa sekitar 20 juta lansia di Indonesia. Tulisan ini membahas tentang kerentanan lansia dan upaya yang dapat dilakukan untuk menanganinya.

Kerentanan Lansia pada Masa Pandemi Covid-19

Pada Rabu 24 April 2020 di Grobogan Jawa Tengah, Ibu Mujiyem seorang lansia berusia 72 tahun ditemukan meninggal di rumahnya. Menurut informasi tetangga, Ibu Mujiyem sehari-hari tinggal sendirian di rumahnya (jateng.inews.id, 30 April 2020). Kasus Ibu Mujiyem hanya salah satu dari sekian banyak kejadian lansia yang meninggal tanpa diketahui karena tinggal sendirian. Menurut data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Bulan Maret 2019 terdapat sebanyak 9.38% lansia yang tinggal sendiri. Lansia perempuan yang tinggal sendirian (13,39%) lebih banyak dibanding lansia laki-laki (4.98%).

Dorongan mencari nafkah di kota juga mendorong banyak anak yang meninggalkan orang tuanya di desa. Sehingga tidak mengherankan jika jumlah lansia yang tinggal sendirian lebih banyak di pedesaan (10,10%) dibanding di perkotaan (8,74%). Sementara beberapa kelompok lansia masuk dalam kategori aman yaitu yang masih tinggal bersama pasangan (20,03%), bersama keluarga (27,30%), dan tinggal bersama tiga generasi (40,64%), dan kelompok lainnya sebesar 2,66%. Fakta bahwa lansia yang masih tinggal dengan keluarga dan tiga generasi mencakup 67,94% sangat positif bagi pelindungan lansia. Ini adalah bentuk ideal. Ke depan, perlu ditargetkan untuk meningkatkan persentase lansia yang tinggal dengan keluarga karena upaya tersebut akan mengurangi kerentanan lansia.

Tantangan lain yang harus di hadapi Indonesia adalah mayoritas lansia berpendidikan rendah. Persentase terbanyak lansia Indonesia tidak tamat tingkat Sekolah Dasar (33,26%), kemudian diikuti tamat Sekolah Dasar atau sederajat (30,88%) dan tidak pernah sekolah (15,53%). Padahal tingkat pendidikan berbanding lurus dengan status ekonomi (BPS & Kemenkes, 2012). Pendidikan yang rendah mempengaruhi partisipasi lansia dalam bidang ekonomi (Taufik, 2013). Khususnya dalam hal pilihan jenis mata pencaharian sehingga hanya terfokus pada mata pencaharian informal. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah juga salah satu faktor yang meningkatkan risiko terkena gangguan demensia (Setiawan, dkk: 2014).

Untuk gambaran kondisi kesehatan lansia juga cukup memprihatinkan. Hasil susenas Bulan Maret 2019 menunjukan, separuh lansia Indonesia (51,08%) mengalami keluhan kesehatan (BPS, 2019). Adapun angka kesakitan (morbidity rate) mencapai 26,20%, yang artinya 26 dari 100 lansia mengalami sakit. Kondisi kesehatan yang buruk pada lansia juga merupakan kontribusi dari pola hidup sebagian lansia yang tidak sehat. Hasil susenas menunjukkan bahwa sebanyak 24,30% mempunyai kebiasaan merokok dan sebanyak 23,95% dari mereka adalah lansia dengan ekonomi lemah yaitu kelompok lansia dengan pengeluaran 40% terbawah (BPS, 2019).

Menurut Pakar Geriatri UGM, Probosuseno (dalam kompas.com, 21 April 2020), faktor yang membuat lansia rentan tertular Covid-19 adalah karena lansia mengalami penurunan kapasitas fungsional hampir pada seluruh sistem tubuh termasuk imunitasnya. Ditambah dengan banyaknya lansia yang mempunyai penyakit bawaan seperti penyakit autoimun, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker dan jantung. Berbagai fakta tersebut dan fakta bahwa di berbagai negara korban meninggal karena Covid-19 didominasi oleh lansia, menunjukkan lansia Indonesia pada posisi yang sangat rentan.

Upaya Melindungi Lansia dari Penularan dan Dampak Covid-19

Dalam upaya memberikan pelindungan bagi lansia maka negara harus mempunyai perencanaan komprehensif yang meliputi program jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek merupakan langkahlangkah cepat yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah korban lansia baik dari segi kesehatan, ekonomi, maupun keamanan selama masa pandemi Covid-19. Sementara program jangka panjang adalah langkah-langkah strategis untuk mempersiapkan terciptanya lansia yang tangguh, mandiri, sehat dan berkualitas.

Program jangka pendek yang harus dilakukan selama masa pandemi Covid-19 adalah, pemerintah secara masif memberikan pengetahuan dan pemahaman akan ancaman kesehatan, ekonomi dan keamanan dari pandemi Covid-19, di mana pendekatan strategi komunikasi terfokus menyasar kelompok lansia. Pemerintah juga perlu mendorong partisipasi masyarakat dalam memberikan pelindungan bagi kerabat dan tetangga lansia, karena sulit bagi unsur pemerintah untuk mengawasi seluruh lansia.

Tradisi mudik di bulan Ramadhan berpotensi menyebarkan Covid-19 di daerah-daerah. Hal ini harus mendapatkan penanganan yang serius. Urbanisasi mengakibatkan banyaknya lansia yang tetap tinggal di desa sementara anak-anaknya tinggal di perkotaan. Dengan fasilitas pelayanan kesehatan di desa yang masih terbatas membuat mudik merupakan ancaman yang serius bagi para lansia yang tinggal di desa.

Kebijakan pemerintah dengan melakukan klasifikasi bahwa masyarakat dengan usia di bawah 45 tahun dapat beraktivitas sementara di atas usia 45 dibatasi merupakan kebijakan pemerintah yang harus diapresiasi. Namun demikian harus diawasi pelaksanaannya.

Program jangka panjang yang krusial dilakukan adalah segera menyelesaikan Revisi UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Terdapat satu prinsip yang harus diakomodir pada revisi RUU tersebut agar di masa mendatang tercipta lansia yang berkualitas, yaitu prinsip kelanjutusiaan.

Negara harus melihat lansia sebagai sebuah proses panjang. Dengan prinsip kelanjutusiaan maka negara melalui perangkatnya yaitu kementerian/lembaga di pusat dan pemerintah daerah secara bersamasama melakukan langkah-langkah untuk menciptakan lansia yang berkualitas. Prinsip kelanjutusiaan dipahami sebagai perencanaan yang disusun negara untuk mempersiapkan terciptanya warga negara yang sehat dan berkualitas sejak masa di dalam kandungan, masa balita, masa kanakkanak, masa remaja awal, masa remaja akhir, masa dewasa awal, masa dewasa akhir, masa lansia awal, masa lansia akhir, dan masa manula.

Lansia yang berkualitas diindikasikan dengan lansia yang aktif. Para ahli gerontologi dan World Health Organization (WHO) memperkenalkan dan mendorong negara-negara menggunakan pendekatan active ageing terhadap lansia. Active ageing adalah sebuah konsep yang memfokuskan diri pada keberfungsian lansia terhadap lingkungannya. WHO (2002) mendefinisikan active ageing sebagai penuaan aktif, yaitu proses mengoptimalkan peluang untuk kesehatan, partisipasi, dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup orang tua seiring bertambahnya usia. Dengan tiga pilar utama active ageing adalah kesehatan, keamanan dan partisipasinya kepada masyarakat.

Pemerintah juga perlu melakukan upaya yang mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi lansia. Upaya promotif yaitu bertujuan menciptakan banyak lansia berkualitas di Indonesia. Upaya preventif lansia ditujukan untuk mencegah terjadinya lansia yang sakit secara fisik, psikis, kesulitan secara ekonomi, terlantar, menjadi korban kejahatan, mencegah menjadi korban, baik bencana alam maupun bencana sosial. Upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan terhadap lansia yang sakit agar dapat kembali beraktivitas secara wajar di lingkungan keluarga, lembaga, dan masyarakat. Sementara Upaya rehabilitatif yaitu kegiatan untuk memulihkan fungsi sosial lansia yang sakit. Terakhir yang juga sangat penting adalah pembenahan data lansia. Data yang lengkap, akurat, terpilah dan diperbaharui secara periodik akan memudahkan program-program kerja pemerintah.

Penutup

Jumlah lansia di Indonesia lebih dari 25 juta orang. Angka itu menunjukkan bahwa masyarakat yang rentan pada masa pandemi Covid-19 ini berjumlah sangat besar. Oleh karena itu, DPR RI, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus segera melakukan perannya masing-masing.

Pemerintah pusat dan daerah harus membuat program dengan pendekatan khusus untuk lansia, yang dibuat sesuai dengan karakteristik lansia yang memiliki keterbatasan dalam mobilitas dan akses informasi. Program pelindungan lansia di masa pandemi harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh mengingat kondisi lansia yang rentan. Kebijakan yang terintegrasi dan selaras antara pusat dan daerah sangat penting untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

DPR RI perlu menjadikan revisi UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia sebagai prioritas. DPR RI melalui komisi VIII sebaiknya segera menyusun dan mengesahkan RUU Lanjut Usia yang di dalamnya mengatur prinsip kelanjutusiaan, perencanaan jangka panjang dan jangka pendek, active ageing, pembenahan data kependudukan lansia yang terpilah serta upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif demi terciptanya lansia yang berkualitas.

Referensi

“Betapa Rentannya Lansia di Tengah Pandemi Corona”, 27 Maret 2020, https://kumparan.com/ pandangan-jogja/betaparentannya-lansia-di-tengahpandemi-corona-1t6SreDRfHe/ full, diakses 13 Mei 2020. BPS, B., & Kemenkes, I. C. F. 2012. International. Indonesia Demographic and Health Survey. BPS. 2019. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019. BPS. 2020. Angka Harapan Hidup Penduduk Beberapa Negara Tahun 1995-2015. Jakarta: BPS. “Covid-19 55-59 and 60-64 Age Groups Most Prone Infection”, 16 April 2020, http://english. astroawani.com/malaysia-news/ covid-19-55-59-and-60-64-agegroups-most-prone-infectionhealth-dg-238708, diakses 13 Mei 2020. “Covid-19: Death Toll by Age Groups in Brazil, Italy, Spain and The US”, https://www.poder360. com.br/coronavirus/covid-19- death-toll-by-age-groups-inbrazil-italy-spain-the-us/, diakses 13 Mei 2020. “Emas Milik Lansia di Pelabuhan Ratu Raib Kena Tipu Dengan Modus Beri Bantuan Corona”, 8 April 2020, https://www. pikiran-rakyat.com/jawa-barat/ pr-01362823/emas-milik-lansiadi-palabuhanratu-raib-kena-tipudengan-modus-beri-bantuancorona, diakses 13 Mei 2020.

“Kasus Penipuan Di Tengah Pandemi Corona Meningkat Lansia Di Jepang Tertipu 295 Juta Yen”, 28 April 2020, https:// www.tribunnews.com/ internasional/2020/04/28/ kasus-penipuan-di-tengahpandemi-corona-meningkatlansia-di-jepang-tertipu-295-jutayen, diakses 13 Mei 2020.

“Mengapa Lansia Rentan Tertular Virus Corona Ini Penjelasan Pakar Ugm”, 21 April 2020, https://www.kompas.com/ e d u / r e a d / 2 0 2 0 / 0 4 / 2 1 / 211615071/mengapa-lansia17 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi tulisan ini tanpa izin penerbit. Info Singkat © 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI http://puslit.dpr.go.id ISSN 2088-2351 rentan-tertular-virus-corona-inipenjelasan-pakar-ugm?page=all, diakses 20 Mei 2020.

Setiawan, D. I., H. Bidjuni, & M. Karundeng. 2014. “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Demensia pada Lansia di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah Paniki Kecamatan Mapanget Manado”. Jurnal Keperawatan, No. 2, Vol. 2.

Taufik. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Lansia Wanita dalam Kegiatan Perekonomian di Kota Padang.” Tesis: Universitas Andalas.

World Health Organization. 2002. The World Health Report 2002: Reducing Risks, Promoting Healthy Life. Jenewa: WHO. Dr. Lukman Nul Hakim, S.Psi., MA., menyelesaikan pendidikan S3 Ilmu Psikologi dari Universitas Indonesia pada tahun 2018, S2 Master of Arts in Psychology dari University of Jamia Millia Islamia pada tahun 2007, dan S1 Ilmu Psikologi dari Universitas Indonesia pada tahun 2002. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Muda Psikologi pada Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Disertasinya berjudul “Pengaruh Conscientiousness, Extraversion, dan Kompetisi Terhadap Pengambilan Keputusan Kelompok”. Beberapa karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui buku dan jurnal antara lain: "Pengaruh Intensitas Mengikuti Informasi Terorisme terhadap Sikap Mengenai Terorisme" (2010), “Meningkatkan Kualitas Perguruan Tinggi Lokal melalui Internasionalisasi Pendidikan Tinggi” (2013), dan "Ulasan Konsep: Indijinusisasi Ilmu Psikologi" (2014). Lukman Nul Hakim lukman.nulhakim@dpr.go.id

“Ya Allah Hampir 60 persen”, https://www.wartaekonomi. co.id/read277665/ya-allahhampir-60-persen-lho-pasiencorona-usia-segini-meninggal, diakses 13 Mei 2020.

“80 Persen Korban Tewas Virus Corona Di China Berusia 60 Tahun Ke Atas”, 4 Februari 2020, https://news.detik.com/ internasional/d-4885883/80- persen-korban-tewas-viruscorona-di-china-berusia-60-tahunke-atas, diakses 13 Mei 2020.



Dr. Lukman Nul Hakim, S.Psi., MA., menyelesaikan pendidikan S3 Ilmu Psikologi dari Universitas Indonesia pada tahun 2018, S2 Master of Arts in Psychology dari University of Jamia Millia Islamia pada tahun 2007, dan S1 Ilmu Psikologi dari Universitas Indonesia pada tahun 2002. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Muda Psikologi pada Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Disertasinya berjudul “Pengaruh Conscientiousness, Extraversion, dan Kompetisi Terhadap Pengambilan Keputusan Kelompok”. Beberapa karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui buku dan jurnal antara lain: "Pengaruh Intensitas Mengikuti Informasi Terorisme terhadap Sikap Mengenai Terorisme" (2010), “Meningkatkan Kualitas Perguruan Tinggi Lokal melalui Internasionalisasi Pendidikan Tinggi” (2013), dan "Ulasan Konsep: Indijinusisasi Ilmu Psikologi" (2014).

Lamunan Pekan Biasa XVII

Selasa, 28 Juli 2020

Matius 13:36-43                            

36 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran bahwa kebaikan seseorang berasal dari martabat keluarga. Pada zaman dulu untuk mendapatkan jodoh baik orang akan memakai ukuran bobot (kualitas diri), bibit (keturunan), dan bebet (status sosial).
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa kebaikan seseorang berasal dari jaringan kehidupan. Pada zaman ini orang dapat dinilai berdasarkan lingkungan keluarga, studi, pergaulan, dan kerja.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun berasal dari lingkungan hidup baik didalam dan diluar keluarga, kebaikan seseorang berasal dari anugerah relung nurani dan diluar itu kalau tak waspada dapat menghadirkan kesesatan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan ceria karena diwarnai oleh kebaikan yang berasal dari hidup berfokus pada tuntunan nurani.

Ah, kebaikan seseorang itu ditengarai oleh banyaknya teman.

Santo Pantaleon

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3921 Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 20 Juli 2016

  • Perayaan
    27 Juli
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-4
  •  
  • Kota asal
    Nicomedia - Asia Tengah
  •  
  • Wilayah karya
    Roma - Italia
  •  
  • Wafat
    Tahun 305 di Roma. Martir -
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

 hidup pada abad keempat. Ia berasal dari Nicomedia, dekat Laut Hitam di Asia.  Ia merupakan seorang dokter yang amat terkenal hingga Kaisar Galerius Maximianus memilihnya untuk menjadi dokter Istana.

Di sana, di istana yang jahat dan kafir, Pantaleon terjerumus ke dalam masalah. Ia adalah seorang Kristiani, namun sedikit demi sedikit, ia membiarkan teladan buruk sekelilingnya merusak imannya. Ia mulai sependapat dengan kebijaksanaan palsu yang dipuja orang-orang kafir. Akhirnya, ia melakukan dosa berat dengan sepenuhnya meninggalkan iman Kristiani.

Seorang imam yang kudus bernama Hermolaos teramat sedih melihat dokter yang temashyur ini meninggalkan Yesus. Ia datang menemuinya. Dengan kata-kata yang bijaksana dan lemah lembut, sang imam berhasil menyadarkan Pantaleon akan dosa yang telah dilakukannya. Pantaleon mendengarkan nasehatnya dan mengakui bahwa ia telah sungguh keliru. Ia mengaku dosa dan bergabung kembali dengan Gereja. Sebagai laku silih, Pantaleon giat merawat orang-orang miskin yang sakit tanpa memungut bayaran. Ia kini hidup dalam doa, dan memiliki kerinduan yang berkobar untuk menderita bagi Yesus.

Ketika Kaisar Diocletianus mulai menganiaya umat Kristiani, Pantaleon segera bersiap untuk meninggalkan istana. Ia lalu membagi-bagikan segala yang ia miliki kepada orang-orang miskin. Ia tahu bahwa sewaktu-waktu ia bisa ditangkap. Dan ia benar.

Beberapa dokter yang iri hati mengadukannya sebagai seorang Kristiani. Kepada dokter istana ini, Kaisar memberikan pilihan untuk menyangkal iman atau dihukum mati. Pantaleon tidak mau menyangkal imannya dan tak ada suatu aniaya pun yang dapat memaksanya untuk melakukan hal itu.  Ia kemudian dianiaya sampai wafat sebagai martir pada tahun 305.

Di masa lampau terdapat suatu devosi yang kuat kepada orang kudus ini. Di Gereja Timur, ia disebut sebagai “martir besar dan pekerja ajaib”.