Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, July 14, 2020

Santo Fransiskus Solano

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 4541 Diterbitkan: 03 Juli 2014 Diperbaharui: 09 Juli 2016

  • Perayaan
    14 Juli
  •  
  • Lahir
    10 Maret 1549
  •  
  • Kota asal
    Montilla, Cordoba, Andalusia, Spanyol
  •  
  • Wilayah karya
    Spanyol, Amerika Selatan, Argentina, Bolivia, Paraguay, Peru
  •  
  • Wafat
    14 Juli 1610 di Lima, Peru - Oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    20 Juni 1675 oleh Paus Klemens X
  •  
  • Kanonisasi
    27 Desember 1726 oleh Paus Benediktus XIII

Francisco Sánchez-Solano Jiménez atau Fransiskus Solanus  dilahirkan pada 10 Maret 1549 di kota Montilla, dekat Cordoba Spanyol.  Ia adalah anak ketiga dari keluarga bangsawan Andalusia; Mateo Sánchez Solano dan Ana Jiménez. Awalnya Ia menjalani pendidikan di sebuah sekolah yang dikelola oleh para Jesuit;  namun karena merasa tertarik dengan pola hidup miskin dari para biarawan Fransiskan maka ia  memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Fransiskan. Ia menjalani novisiat di biara santo Laurensius, yang terkenal sangat ketat dalam menjalani disiplin hidup membiara.

Fransiskus dengan penuh semangat menjalani semua rutinitas kehidupan rohani yang keras dalam biara tersebut.  Ia sangat tekun berdoa, berpuasa dan juga berpuasa bicara. Ia bertelanjang kaki, berpantang daging dan sepanjang tahun selalu mengenakan Hairshirt / cilice (baju yang dibuat dari kain kasar atau bulu binatang yang harus dipakai dengan menyentuh kulit. Baju ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri. Para biarawan memakai  hairshirt sebagai tanda pertobatan dan silih dosa). Dalam perkara apa saja dia selalu memilih yang terjelek bagi dirinya sendiri dan menghabiskan sebagian besar malamnya untuk berdoa.

Setelah ditahbiskan menjadi seorang imam, Fransiskus Solano ditugaskan sebagai pengkhotbah keliling ke desa-desa sekitar wilayah tersebut.  Setelah itu pada tahun 1581 ia dikirim oleh atasannya ke biara di Arruzafa untuk menjadi pembimbing bagi para novisiat Fransiskan. Ia tinggal disana selama dua tahun dan menjadi inspirasi bagi para novisiat muda melalui kehidupannya yang saleh serta kasih dan kepeduliannya yang sangat luar biasa bagi orang-orang sakit. Ketika terjadi wabah penyakit menular di wilayah tersebut; Fransiskus bersama seorang biarawan menghabiskan lebih dari satu bulan untuk merawat dan menghibur para korban yang ditampung di sebuah kapela. Kedua biarawan Fransiskan ini akhirnya juga terjangkit penyakit berbahaya itu. Fransiskus dapat bertahan hidup, namun biarawan yang mendampinginya tidak tertolong dan meninggal dunia.  

Pengorbanannya dalam menolong para korban wabah penyakit membuat namanya dibicarakan dengan penuh hormat, dan dia dipandang sebagai seorang santo. Namun penghormatan yang berlebihan ini justru melukai kerendahan-hatinya, karena itu dia memohon kepada atasannya agar mengirimkannya ke daerah misi di Afrika. Namun permintaannya ditolak.

Tak lama setelah ditemukannya dunia baru oleh Christopher Columbus, Raja Spanyol Philip II meminta Ordo Fransiskan mengirim para misionaris untuk memberitakan Injil di benua baru tersebut.  Pada tahun 1589 Fransiskus termasuk dalam rombongan missionaris Fransiskan perdana yang dikirim ke Amerika Selatan. Provinsi Tucuman (Argentina), Gran Chaco (Bolivia), dan Paraguay ditunjuk menjadi tanggung-jawabnya.

Fransiskus menghadapi banyak kesulitan, namun dia tetap bekerja dengan semangat yang berkobar-kobar. Ia juga sangat santun dan ramah kepada para pribumi Indian sehingga mereka dengan sukacita menyambut kehadirannya. Tuhan mendampinginya dengan cara yang luar biasa.  Dia mempelajari bahasa Indian yang sulit itu dalam waktu yang sangat singkat, dan ke mana pun dia pergi, orang bisa mengerti pembicaraannya, bahkan di tempat-tempat yang baru pertama kali dia kunjungi.

Tuhan juga menganugerahinya dengan kekuatan yang menakjubkan untuk meluluhkan hati orang lain. Pada suatu hari, ketika dia berada di kota La Rioja, ada sekelompok orang Indian bersenjata yang datang dan bermaksud untuk membunuh semua orang Eropa dan orang-orang Indian yang sudah menjadi Kristen. Dengan tenang Fransiskus pun keluar menemui mereka. Kata-katanya yang lembut membuat mereka mengurungkan niat mereka dan menanggalkan semua senjata mereka.  Mereka lalu minta pengajaran agama darinya. Selanjutnya, 9.000 orang Indian dipermandikan.

Banyak juga mujizat yang tercatat dilakukan oleh biarawan Fransiskan yang rendah hati ini. Dikisahkan bahwa bila ia hendak menyeberangi sungai, maka dia hanya meletakkan mantolnya diatas air sungai dan dengan berdiri diatas mantol tersebut dia dapat berlayar ke seberang.  Ketika seekor banteng mengamuk dan membuat semua orang panik dan ketakutan, Romo Fransiskus dengan tenang mengikatkan tali jubahnya pada leher banteng tersebut. Seketika banteng itu menjadi jinak dan dituntunnya pergi bagaikan seekor domba. Pada suatu ketika muncullah sekawanan sangat besar belalang liar dan laksana awan hitam terbang berputar-putar di atas ladang orang-orang Indian yang miskin, dan mengancam seluruh panenan. Romo Fransiskus lalu memerintahkan belalang–belalang tersebut supaya tak seekor pun hinggap di ladang dan terus terbang ke arah pegunungan. Seketika itu juga kawanan belalang yang sangat besar itu pun pergi. Keajaiban-keajaiban yang dilakukannya membuat ia sangat dicintai dan dihormati.

Selama masa kudus seputar Hari Natal, dia mengumpulkan orang-orang Indian di sekeliling Gua Natal dan mengajar mereka menyanyikan madah-madah terindah bagi Kanak-kanak Yesus, sementara dia sendiri mengiringi nyanyian mereka dengan memainkan biolanya. Dia sering menghibur orang sakit dengan nyanyian dan musik. Pada suatu ketika dia sedang duduk di bawah sebatang pohon, sambil memainkan biolanya yang dia sayangi, dan burung-burung pun berkerumun di sekelilingnya ikut bernyanyi.

Setelah berkarya di antara orang-orang Indian selama 12 tahun, dan mempertobatkan banyak orang kafir menjadi Kristen, Fransiskus dipanggil ke kota Lima di Peru. Di sana kekristenan sudah berdiri lebih lama, dan banyak orang Spanyol hidup di sana. Tetapi dalam kota yang besar ini sangatlah terasa maraknya kejahatan dan tindakan-tindakan tidak senonoh. Pada suatu hari, terdorong oleh ilham ilahi, Fransiskus menelusuri lorong-lorong kota itu seperti yang dibuat oleh nabi Yunus di kota Ninive. Ia berkotbah tentang pengadilan Tuhan kepada segenap penduduk. Kata-katanya membuat mereka semua diliputi ketakutan. Dengan suara keras mereka menyerukan belas kasihan Tuhan, dan merindukan Sakramen Pengampunan yang kudus. Pendosa-pendosa yang paling jahat pun, menyatakan niat mereka di depan umum untuk memperbaiki diri.   

Santo Fransiskus Solano tutup usia pada tanggal 14 juli tahun 1610, setelah bekerja tanpa mengenal di Amerika Selatan selama dua puluh tahun.  Raja muda Spanyol dan orang-orang paling terkemuka di kota Lima memikul jenazah biarawan miskin itu ke makamnya. Sesudah kematiannya, Allah memuliakannya dengan banyak mukjizat, khususnya bagi anak-anak yang sakit.  Ia dikanonisasi oleh Paus Benediktus XIII  pada tahun 1726.

0 comments:

Post a Comment