Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, January 31, 2016

FAKTA MENGENAI JERMAN

diambil dari  http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de 29 Januari 2016

Orang Lanjut Usia yang Aktif dan Mandiri

Di Jerman, kira-kira setiap orang keempat berusia di atas 60 tahun. Disebabkan oleh angka kelahiran yang sudah lama berting­kat rendah dan oleh usia harapan hidup yang terus meningkat sejajar dengan itu, masyarakat Jerman mempunyai segmen orang lanjut usia terbesar ketiga di dunia setelah Jepang dan Italia. Cara hidup dan gaya hidup mereka pun telah banyak berubah dan mengalami diversifikasi selama beberapa dasawarsa terakhir ini. Mayoritas orang lanjut usia kini tinggal sendiri, terlibat aktif dalam masyarakat, memelihara kontak dengan anak-anak dan keluarga, dan biasanya juga cukup sehat untuk terus menjalankan kehidupan secara mandiri dan mengisi waktu secara aktif. Dari segi keuangan, keadaan generasi tua cukup aman. Setelah reformasi sistem asuransi purnakarya pada tahun 1957, para penerima uang purnakarya lambat laun mencapai partisipasi penuh dalam kesejahteraan umum. Kemiskinan pada usia tua memang belum hilang sama sekali, akan tetapi risiko untuk jatuh miskin lebih kecil dibandingkan pada kelompok usia lainnya.

Kini jarang ada keluarga yang mencakup tiga generasi dan tinggal serumah, namun hubungan emosional antara anak dewasa dan orang tua serta antara kakek-nenek dan cucu seringkali sangat erat. Pemerintah Federal telah melancarkan proyek contoh untuk semakin mempererat dan memperkuat hubungan antargenerasi. Dalam rangka itu kini telah didirikan “rumah multigenerasi” di hampir setiap distrik dan kota besar di Jerman. Di seluruh Jerman terdapat 15.000 orang yang berkegiatan di ke-500 rumah multigenerasi bersubsidi itu yang berfungsi sebagai tempat informasi, jaringan dan rujukan bagi konsultasi keluarga, pemeliharaan kesehatan, penanggulangan krisis dan perencanaan bantuan.

Tata Nilai dan Kualifikasi Kaum Muda

Bagi pemuda-pemudi, kelompok acuan sosial pokok – selain klik-klik anak sebaya yang semakin penting artinya – adalah keluarga. Belum pernah begitu banyak orang muda – hampir separuh jumlah pemuda berumur 24 tahun dan 27 persen dari pemudi sebaya – masih tinggal di rumah orang tua mereka. Hampir semua responden dari kelompok umur 12 sampai 29 tahun meng­aku memiliki hubungan sangat baik dan penuh kepercayaan dengan orang tua mereka.

Salah satu sebab orang muda kini berada lebih lama di lingkungan keluarga adalah semakin banyaknya orang muda yang tinggal semakin lama dalam sistem pendidikan. Tingkat kualifikasi mereka meningkat secara nyata. Secara keseluruhan, 45 persen dari lulusan (kelompok usia 18-20 tahun) berhak masuk perguruan tinggi. Lebih dari dua pertiga di antara mereka mulai berkuliah dalam jangka waktu tiga tahun. Sekitar sepersepuluh meninggalkan sistem pendidikan tanpa merampungkan pendidikan kerja. Kelompok bermasalah terutama meliputi orang muda yang berasal dari lapisan masyarakat berekonomi lemah dan dari keluarga migran.

Pada bagan golongan politik kiri-kanan secara tradisional, posisi generasi muda – seperti biasa – sedikit lebih kiri daripada penduduk seluruhnya. Namun sangat jarang ada yang mengambil pendirian politik yang ekstrem. Sebaliknya terdapat kesediaan yang sangat tinggi untuk aktif sebagai sukarelawan dan dalam kegiatan sosial. Sekitar tiga perempat dari semua orang muda aktif di bidang sosial dan lingkungan hidup. Mereka bekerja secara sukarela untuk orang lanjut usia yang memerlukan bantuan, untuk pelestarian lingkungan dan binatang, untuk orang miskin, migran dan penyandang cacat.

Yang terus meningkat pula ialah jumlah laki-laki dan perempuan muda yang memilih menjalani Masa Karya Sukarela di bidang sosial atau ekologi selama setahun – pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 6.720 orang. Terlepas dari itu berlaku wajib militer umum bagi pemuda selama sembilan bulan (kemungkinan besar masa dinas itu akan dipersingkat menjadi enam bulan mulai tahun 2011). Pada tahun 2009 ada 68.000 laki-laki muda yang mulai menjalani masa dinas pokok pada Bundeswehr. Orang yang, berdasarkan alasan hati nurani,  menolak melakukan dinas dengan senjata dan diakui sebagai penolak wajib militer harus melakukan Dinas Sipil selama sembilan bulan. Dinas Sipil itu membuka kemungkinan untuk mencari pengalaman di berbagai lingkungan kerja di bidang sosial dan pelestarian lingkungan. Pada tahun 2009 terdapat 90.500 pemuda yang direkrut untuk Dinas Sipil.

Perempuan dan Laki-Laki dalam Dunia Kerja

Sama halnya dengan keadaan di negara lain dengan tatanan masyarakat modern, persamaan hak untuk kaum perempuan yang dituntut oleh undang-undang dasar telah mengalami perkembangan cukup jauh. Di bidang pendidikan misalnya, anak perempuan tidak saja dapat mengejar ketertinggalan terhadap anak laki-laki, melainkan malah sudah mendahului mereka. Di antara peserta ujian akhir gimnasium – yaitu sekolah lanjutan taraf tertinggi – terdapat 56 persen perempuan; andil perempuan muda pada jumlah mahasiswa baru di perguruan tinggi mencapai 50 persen. Empat puluh dua persen dari gelar doktor diraih oleh perempuan.

Semakin banyak perempuan mencari nafkah dalam pekerjaan. Sebagai salah satu dampak undang-undang tahun 2008 yang mengatur tunjangan dalam hal perceraian, kegiatan kerja menjadi semakin penting bagi kaum perempuan – memang hampir 70 persen di antara mereka bekerja. Namun sedangkan kebanyakan laki-laki bekerja purnawaktu, perempuan sering bekerja paruh waktu, khususnya mereka yang anaknya belum masuk sekolah. Dalam hal upah dan gaji pun masih tetap ada perbedaan cukup besar antara laki-laki dan perempuan. Tingkat gaji rata-rata dari perempuan yang bekerja purnawaktu hanya senilai 77 persen dari imbalan kerja rata-rata rekan laki-lakinya, dalam kelompok penerima gaji tertinggi bahkan hanya 73 persen. Biarpun perempuan kini semakin sering meraih posisi pimpinan dalam dunia kerja, halangan yang mereka hadapi dalam meniti karier masih cukup besar juga. Contohnya, hampir separuh di antara para mahasiswa, tetapi hanya sepertiga di antara karyawan ilmiah dan 17 persen saja di antara para profesor adalah perempuan.

Salah satu faktor penghalang bagi kenaikan posisi dalam pekerjaan ialah, jaringan tempat asuhan anak balita masih perlu dioptimalkan, dibandingkan dengan keadaan di negara Eropa lainnya. Perubahan yang terjadi dalam hal pembagian kerja rumah tangga antara perempuan dan laki-laki masih relatif kecil juga. Walaupun 80 persen di antara para ayah menyatakan ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka, tetapi kaum perempuan, termasuk mereka yang bekerja, menyediakan waktu untuk mengasuh anak dua kali lipat banyaknya. Boleh dikatakan yang memanfaatkan fasilitas cuti asuhan anak hingga kini hanya kaum perempuan saja. Namun sejak berlakunya aturan tunjangan orangtua, (lihat halaman 147) jumlah ayah yang cuti sementara dari tempat kerja untuk mengasuh bayinya meningkat menjadi hampir 16 persen lebih. Akan tetapi mayoritas para ayah tersebut (70 persen) memilih tinggal di rumah selama dua bulan saja.

Dibandingkan dengan penempatan posisi pimpinan di dunia usaha, perempuan sudah lebih mapan di dunia politik. Dalam kedua partai politik besar, SPD dan CDU, hampir setiap ang­gota ketiga atau keempat adalah perempuan. Perkembangan menarik terjadi dalam keanggotaan Bundestag: Pada tahun 1980 hanya delapan persen anggota parlemen adalah perempuan, kini hampir 33 persen. Sejak tahun 2005 Angela Merkel menjadi perempuan pertama yang menjabat Kanselir Federal Jerman.

Tuntutan akan Mutu Hidup Berpasangan Meningkat

Bukan hanya cara hidup, sistem nilai dan pendirian pokok di bidang moral pun bergeser terus. Kesetiaan terhadap pasangan memang tetap dinilai penting. Akan tetapi norma hidup bersama sampai mati sudah melonggar. Pada tahun 2008 misalnya, usia perkawinan rata-rata pada waktu perceraian berjumlah 14,1 tahun. Sebaliknya tuntutan akan mutu hidup berpasangan telah meningkat. Hal itu menjadi salah satu penyebab bagi fakta bahwa hampir setiap perkawinan ketiga yang diikat selama beberapa tahun terakhir ini diceraikan lagi. Yang meningkat juga dalam rang­ka perkembangan tersebut ialah jumlah pasangan yang hidup bersama tanpa menikah. Begitu pula jumlah orang sejenis kelamin yang hidup berpasangan meningkat secara berarti. Menurut undang-undang yang disahkan pada tahun 2001, orang seperti itu dapat hidup bersama dalam status yang terdaftar di catatan sipil.

Khususnya di kalangan muda atau di antara orang yang gagal dalam perkawinan digemari “perkawinan tanpa surat
nikah”. Akibatnya, semakin banyak anak lahir di luar perkawinan: Hampir sepertiga dari angka kelahiran termasuk kategori itu. Dampak perubahan tersebut terlihat dalam bertam­bahnya jumlah “keluarga patchwork” serta orang tua tunggal: Sekitar seperlima dari semua keluarga dengan anak dikepalai oleh orang tua tunggal, umumnya seorang ibu.

Keadaan dalam keluarga serta model pendidikan yang dianut pun mengalami perkembangan. Hubungan antara orang tua dan anak sering kali baik sekali. Yang menjadi ciri hubungan tersebut umumnya bukan lagi pola pendidikan tradisional seperti kepatuhan dan ketergantungan, melainkan kesediaan berdialog, persamaan hak, perhatian, dukungan dan asuhan yang berorientasi kemandirian.

Keluarga Sebagai Lembaga Kemasyarakatan Penting

Dalam kehidupan di abad ke-21 pun, yang ditandai oleh individualisasi dan mobilisasi, keluargalah yang tetap mempunyai arti pokok bagi manusia. Keluarga tetap tergolong institusi sosial terpenting. Untuk hampir 90 persen penduduk Jerman, keluarga memegang tempat utama dalam prioritas pribadi. Di kalang­an kaum muda pun, keluarga dihargai tinggi: Dalam kelompok umur 12 sampai 25 tahun, 72 persen berpendapat bahwa ke­luarga diperlukan untuk hidup berbahagia.

Namun anggapan mengenai wujud keluarga, dan juga struktur keluarga itu sendiri telah mengalami perubahan besar berkenaan dengan pergantian sosial. Dahulu dalam keluarga tradisional golongan menengah, pasangan suami-istri yang hidup dalam perkawinan seumur hidup mengasuh beberapa
anak dengan pembagian peran yang tegas: Sang ayah bekerja untuk mencari nafkah, sang ibu mengurus rumah tangga. Pembagian tugas menurut “model pencari nafkah” ini masih tetap berlaku – misalnya di lapisan bawah masyarakat, di kalangan migran, atau untuk waktu terbatas selama anak-anak masih kecil. Namun model bentuk keluarga itu tidak lagi merupakan cara hidup yang diikuti kebanyakan orang.

Bentuk kehidupan bersama kian beragam. Sekarang orang jauh lebih bebas untuk memilih di antara berbagai bentuk keluarga, atau untuk hidup tanpa keluarga sama sekali. Perkembangan ini untuk sebagian besar terkait dengan persamaan hak dan dengan peran perempuan yang telah berubah: Kini sekitar 65 persen ibu-ibu bekerja, sedangkan keluarga menjadi lebih kecil. Lebih sering terdapat keluarga dengan anak tunggal daripada keluarga dengan tiga anak atau lebih. Yang terbanyak adalah keluarga dengan dua anak. Semakin sering orang hidup tanpa anak, sebagai pasangan atau sendirian. Pada tahun 2008, setiap perempuan kelima dalam kelompok usia 40-44 tahun tidak mempunyai anak.

Sabda Hidup



Senin, 01 Februari 2016
Hari Biasa
warna liturgi Hijau 
Bacaan
2Sam. 15:13-14,30; 16:5-13a; Mzm. 3:2-3,4-5,6-7; Mrk. 5:1-20. BcO Kej. 27:30-45

Markus 5:1-20:   
1 Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. 2 Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. 3 Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, 4 karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. 5 Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. 6 Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, 7 dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" 8 Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" 9 Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak." 10 Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. 11 Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, 12 lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" 13 Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. 14 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. 15 Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. 16 Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. 17 Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. 18 Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. 19 Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" 20 Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran

Renungan:
Yesus membebaskan orang yang kerasukan legion. Orang itu mempunyai kekuatan yang dahsyat. Rantai yang mengikatnya selalu bisa dipatahkan. Orang-orang pun takut menghadapinya. Namun ketika bertemu dengan Yesus ia pun tersungkur di hadapan Yesus dan memohon belas kasihNya.
Dalam hidup sering ada banyak kekuatan yang ingin memisahkan kita dari Tuhan dan sesama. Pada saat tertentu oran-orang pun mengalami kesulitan melihat diri kita. Ada perangai yang lepas dari kepribadian harian kita. Ada kekuatan, emosi tertentu yang menguasai kita. Hal itu pun bisa membuat orang di sekitar kita mengalami ketakutan.
Pada saat-saat seperti itu, rasanya langkah yang tepat adalah kita menyendiri dan masuk dalam keheningan. Kita bersungkur di hadapan Tuhan dan memohon belas kasih Tuhan agar meredakan diri kita.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu berperangai berbeda dari hidup harian dan membuat takut orang-orang di sekitarmu.

Refleksi:
Bagaimana mengendalikan diri agar tidak jatuh dalam kekuatan, emosi yang menakutkan?

Doa:
Tuhan padaMu aku bersujud. Aku percaya, Engkau akan selalu menjernihkan hidupku. Amin.

Perutusan:
Aku akan bersujud dan memohon belas kasih Tuhan. -nasp-

Lamunan Pekan Biasa IV

Senin, 1 Februari 2016

Markus 5:1-20

5:1. Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa.
5:2 Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia.
5:3 Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai,
5:4 karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya.
5:5 Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.
5:6 Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya,
5:7 dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"
5:8 Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"
5:9 Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak."
5:10 Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.
5:11 Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan,
5:12 lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!"
5:13 Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.
5:14 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi.
5:15 Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka.
5:16 Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu.
5:17 Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
5:18 Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia.
5:19 Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"
5:20 Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang kalau sudah dianggap berbahaya untuk hidup bersama akan banyak disingkiri oleh banyak orang. Kehadirannya dapat dipandang mudah merusak perihidup orang lain.
  • Tampaknya, yang memiliki perilaku buruk akan sulit mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Orang tidak akan mempercayakan kedudukan untuk berperan demi kebaikan umum.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata sejahat apapun sikapnya dan semerusak apapun perbuatan seseorang, di hadapan yang memiliki hubungan dekat dengan kemendalaman batin dia tetap memiliki peluang menjadi pembawa keluhuran hidup apabila mampu mengalami aura kebaikan dan memasukkannya dalam relung kalbunya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan yakin bahwa dalam keadaan jahat apapun setiap orang sebenarnya selalu memiliki bekal kebaikan.
Ah, apapun alasannya bekas pejahat tetap harus diwaspadai.

Saturday, January 30, 2016

WARNA TINJA INDIKASI KESEHATAN

diambil dari 1Health 25 September 205 FB Caecilia Nita 16 Januari 2016










Lamunan Pekan Biasa IV

Minggu, 31 Januari 2016

Lukas 4:21-30

4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
4:23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, setiap orang menginginkan terjadinya hidup bebas dari segala derita. Ini adalah keinginan untuk selalu hidup damai dan sejahtera.
  • Tampaknya, keinginan itu akan menjadi semakin besar apabila dari lingkungannya terdapat tokoh yang memiliki potensi besar. Apalagi kalau potensi besar itu sudah terbukti dengan banyak perbuatan baik membawa kesejahteraan di tempat lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kalau biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin  orang akan waspada terhadap keinginan baik individual maupun bersama karena apabila keinginan itu menguasai hati akan mudah menjelma menjadi keganasan emosional yang membuatnya tak dapat menangkap bentuk kehendak lain yang sebenarnya justru membawa kebaikan sejati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mudah taat pada kenyataan dan bukan pada keinginan diri sebagai jalan hidup menggapai kedamaian sejati.
Ah, orang harus berjuang mati-matian menggapai yang diinginkan.

Sabda Hidup



Minggu, 31 Januari 2016
Hari Minggu Biasa IV
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Yer 1:4-5.17-19; Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17; 1Kor 12:31 - 13:13 (1Kor 13:4-13); Luk 4:21-30.

Lukas 4:21-30:   
21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." 22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" 24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Renungan:
Orang-orang tampak sinis kala tahu bahwa Yesus anak dari Yusuf. Walau awalnya kagum dengan kata-kataNya namun mereka jadi kurang simpatik kala tahu asal-usul Yesus. Yesus pun menanggapi dengan contoh-contoh peristiwa yang menunjukkan mereka bukan kelompok yang mendapat rahmat. Mendengar itu marahlah orang-orang tersebut.
Suatu kali aku live in di pengepul rosokan. Dalam satu kesempatan aku ikut truk mengambil barang-barang bekas di sebuah pabrik. Kala selesai mengumpulkan barang-barang itu aku kepingin pipis. Lalu mampirlah ke kantin. Waktu mau numpang kamar mandi pegawai kantin tidak mengijinkan. Katanya orang luar tidak boleh menggunakan kamar mandi tersebut. Memang badan kami lusuh saat itu, dan bau tentunya. Rasanya tidak nyaman banget, hanya numpang pipis aja dilarang.
Orang memang sering menilai seseorang dari latar belakang dan penampilannya. Latar belakang dan penampilan ini menentukan sikap orang. Mereka tidak akan mudah percaya dengan orang yang berpakaian lusuh. Mereka akan mencibir orang dari keluarga sederhana. Namun rasanya setiap manusia adalah pribadi yang bermartabat. Siapa pun mereka pantas kita pandang sebagai manusia yang bermartabat. Kita pun jangan mudah terkecoh dengan penampilan seseorang. Siapa tahu mereka yang kita anggap remeh malah membawa berkah bagi hidup kita. Ketika kita menghargai martabat manusia, berkah pun akan menaungi diri kita.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu berpakaian lusuh berada di lingkungan yang terhormat. Perhatikan sikap dan kata-kata orang kepadamu.

Refleksi:
Tulislah pengalaman kontemplasimu.

Doa:
Bapa, setiap pribadi adalah ciptaanMu yang sungguh amat baik. Semoga aku selalu bisa menghargai mereka sebagai pribadi yang bermartabat. Amin.

Perutusan:
Aku akan menghormati siapapun yang aku temui. -nasp-

Friday, January 29, 2016

Panik dan Takut


Panik dan takut  dapat terjadi karena kurang beriman. Maka Yesus menegur murid-murid-Nya: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa,kamu tidak percaya?".
Banyak orang takut sakit atau takut menjadi tua renta. Dan hal itu normal. Namun bagi orang beriman kepada Yesus mestinya lain. Sebagaimana Yesus berkuasa mengatasi badai (alam) yang menakutkan, pastilah Yesus juga berkuasa mengatasi proses alamiah menjadi tua atau sakit. Asal kita percaya kepada Yesus, kendati  tua tidak renta dan kendati sakit tidak menderita. Karena iman kepercayaan adalah daya yang membebaskan. Iman kepercayaan adalah kekuatan yang luar biasa. Semakin tua dan sakit semakin membutuhkan iman kepercayaan kepada Tuhan Yesus. Ketakutan melemahkan sedangkan kepercayaan menguatkan dan meneguhkan.

Ulasan Eksegetis Injil Minggu Biasa IV (H) Tahun C 31 Januari 2016 Luk 4:21-30

diambil dari http://www.mirifica.net by on Jendela Alkitab, Mingguan


Rekan-rekan yang budiman!

BACAAN Minggu Biasa IV tahun C kali ini ialah Yer 1:4-5; 17-19; 1 Kor 12:31-13,13; Luk 4:21-30. Injil-nya amat erat berhubungan dengan petikan yang dibacakan Minggu lalu, yakni pengajaran Yesus di rumah ibadat di Nazaret. Orang-orang terpesona oleh kata-katanya yang indah tetapi juga mereka mulai mempertanyakannya. Mengapa?

DIALOG PEMANASAN

SANI: Nggak ngerti maksud Injil hari ini. Konteksnya kan Luk 4:21 seperti dibacakan Minggu 24 Januari yang lalu. Kemudian dalam bagian yang dibacakan Minggu ini dikatakan “orang-orang membenarkan dia dan heran akan kata-kata yang indah yang diucapkannya…” Lalu mereka mulai kurang percaya dan berkata, “Bukankah ia ini anak Yusuf?”
ALEX: Sebentar, nanti dulu! Ungkapan “Bukankah ia ini anak Yusuf” jangan ditafsirkan sebagai ungkapan keraguan begitu saja. Tidak sama dengan “Lha itu kan anaknya Minto Areng itu ta?” yang diucapkan orang di Pasar Ngasem ketika melihat Slamet anak Pak Minto penjual arang itu kini jadi capres.
SANI: Habis artinya apa?
ALEX: Orang-orang di Nazaret sudah mendengar betapa kondangnya Yesus. Mereka kini juga menyaksikan sendiri penampilannya di sinagoga mereka. Lalu mereka mbatin, lho, orang kita ini bikin macam-macam hal hebat di lain tempat. Kok tidak di sini lebih dulu. Dia itu kan anak Yusuf yang kita kenal itu. Masakan tidak ingat orang sekampung, mentang-mentang sudah jadi orang besar.
SANI: Apa ini juga menjelaskan perkataan Yesus selanjutnya?
ALEX: Ia tahu orang-orang itu mengharapkan supaya ia membuat mukjizat di Nazaret. Mereka iri Yesus mulai di tempat lain, kok tidak di kotanya sendiri.
SANI: Ah sekarang jadi jelas mengapa Yesus kemudian juga berbicara mengenai Elia dan Elisya. Ia mau mengatakan, kalian ingat, nabi-nabi sakti zaman dulu pun tidak mengerjakan hal-hal besar di kampungnya sendiri, melainkan di wilayah lain dan bagi orang-orang luar. Tapi ini justru perkara yang membuatku heran. Kenapa ia tidak mulai di Nazaret?
ALEX: Mereka mengharapkan yang tidak-tidak. Mereka mau melihat yang menakjubkan tok.
SANI: Maksudnya mereka menginginkan mukjizat?
ALEX: Demam mukjizat memang penyakit kronik hidup beragama. Dan tuh, orang-orang Nazaret murka bagai kesurupan dan menyeret Yesus ke tebing mau menghempaskannya ke bawah.
SANI: Wah, wah, serem. Tadinya mengagumi kok sekarang malah mau bikin celaka ya?
ALEX: Eh, kita jangan hanya ngegongi Injil saja! Mesti ditafsirkan!
SANI: Lha gimana, wong saya tahunya cuma ini. Lupa-lupa ingat kuliah di Kentungan dulu. Eh, mungkin orang-orang itu bukan mau membantingnya ke dasar tebing sampai lumat…boleh jadi mereka bermaksud memaksa Yesus membuat mukjizat bagi dirinya sendiri: dilempar ke jurang tapi kakinya tak terantuk ke batu!
ALEX:  Bingo! Itulah maksud orang-orang itu! Mereka bertindak seperti Iblis yang mendorong-dorong Yesus supaya menerjunkan diri dari wuwungan Bait Allah untuk memaksa Allah menyelamatkan dia.
SANI: Karena mereka tidak melihat mukjizat di Nazaret lalu mereka berpikir satu-satunya cara ialah mendorongnya jatuh dan supaya ia terpaksa bermukjizat bagi dirinya sendiri.  Gawok!

ANDAIKATA SAJA….

Seandainya orang-orang Nazaret itu menyadari apa yang sedang terjadi, mereka akan merasa sebagai orang-orang yang paling berbahagia di muka bumi ini. Namun mereka tak puas, jadi berang dan bermaksud memaksa Yesus membuat mukjizat. Ironis. Yang mereka peroleh sebetulnya jauh lebih besar dan lebih khusus dari segala perbuatan yang mengherankan yang terjadi di tempat lain. Tapi mereka tak menangkap. Kepada mereka ditegaskan bahwa nubuat Yesaya (Luk 4:18-19=Yes 61:1-2) menjadi kenyataan. Di tengah-tengah mereka – “hari ini” – hadir Mesias yang dikabarkan kedatangannya oleh nabi-nabi dan dinanti-nantikan orang selama berabad-abad. Ia datang membawakan keleluasaan batin dan kemerdekaan berpikir. Namun mereka menginginkan hal-hal yang lebih spektakuler. Mereka menolak  kehadiran Yang Ilahi demi keinginan melihat mukjizat.

Kita tidak tahu persis bagaimana Yesus bisa meloloskan diri dari keberingasan massa itu.  Tapi hal ini bukan hal pokok yang hendak disampaikan Lukas. Memang ada  yang mengatakan bahwa perbawa Yesus sedemikian besar sehingga massa dapat diredamnya dan ia pergi dengan tak kurang suatu apa pun. Tetapi kalau betul begitu mengapa tadi mereka berani menyeretnya ke pinggir tebing? Orang-orang di Nazaret itu bukan Iblis yang bisa dibentak pergi dengan mengutip Ul 6:16 seperti terjadi dalam Luk 4:12. Amat boleh jadi orang-orang itu akhirnya tidak jadi menghempaskan Yesus ke jurang karena melihat Yesus tak mau bermukjizat seperti mereka kehendaki. Boleh jadi ada salah satu dari mereka yang mencegah. Imajinasi kita bisa bermacam-macam dan memang Lukas membiarkan orang membaca Injilnya secara kreatif. Lukas hanya memberitahukan bahwa Yesus “lewat dari tengah-tengah mereka dan pergi”.  Yang penting dalam seluruh episode ini bukan bagaimana Yesus meloloskan diri, melainkan apa yang terjadi dengan orang-orang Nazaret itu. Tingkah mereka membuat kehadiran Yesus lepas dari tengah-tengah mereka. Mereka kehilangan dia.

Dengan kisah ini Lukas mengajak orang mewaspadai sikap beragama dan perilakunya. Demam mukjizat bisa berakhir dengan hilangnya sumber mukjizat sendiri seperti yang terjadi di Nazaret. Dan memang setelah peristiwa ini, dusun Nazaret yang berperan besar dalam bab-bab sebelumnya tidak terucap lagi dan dilupakan orang. Perannya telah selesai. Nama dusun ini selanjutnya hanya diingat dalam sebutan “Yesus dari Nazaret”, yang kehadirannya justru tidak diterima dengan baik oleh orang-orang Nazaret sendiri.

PENYAKIT KRONIK HIDUP BERAGAMA DAN OBAT SANTO PAULUS

Agama mengajarkan agar orang  mengimani Yang Ilahi, pasrah kepada kekuatan-kekuatanNya. Namun sikap pasrah yang asal saja sering malah menggiring orang ke tujuan lain. Beberapa kenyataan dalam penghayatan agama menunjukkan hal ini. Iman yang unsur pokoknya adalah keteguhan dapat menjadi sikap fanatik dan intoleran. Tata upacara atau ritus yang tujuannya membantu orang merasakan batas-batas antara yang duniawi dengan Yang Ilahi bisa menjadi serangkai tindakan magi yang justru mengaburkan batas-batas tadi. Akibatnya barang-barang yang berhubungan dengan tata upacara beralih peran menjadi jimat dan guna-guna. Doa beralih fungsi menjadi jampi-jampi mendatangkan roh. Hukum agama yang menata hidup beragama bisa menjadi aturan-aturan yang mencekik kerohanian dengan rasa takut yang bisa dimanipulasi demi tujuan-tujuan tertentu. Spiritualitas yang muncul dari pengalaman akan kehadiran yang ilahi bisa menjadi praktek ulah batin yang kurang sehat bila tak terolah terus.

Penyakit kronik dalam hidup beragama ini juga dikenali oleh Paulus. Dalam 1 Kor 12:31-13,13 ia mengatakan bahwa macam-macam karunia khusus bila tak disertai “kasih” (agape)  tak ada maknanya. Kemampuan berbicara bahasa malaikat dan manusia, bernubuat, menguasai ilmu gaib, iman sempurna, sikap mau berkorban bisa jadi satu saat tak lagi dibutuhkan, akan tetapi, menurut Paulus, kasih tidak ada habisnya. Ia menggambarkan pelbagai kenyataan yang menunjukkan adanya kasih: sikap sabar, baik hati, tak cemburu, tak besar kepala dan sombong, jauh dari sikap tak sopan dan egoist, bukan pemarah, bukan pendendam, memihak kebenaran dan menjauhi ketakadilan, telaten, bisa mempercayai, penuh harap, tahan uji. Daftar ini tentu dapat diperpanjang. Namun semuanya sama-sama mencerminkan sikap apa adanya, tidak mengada-ada. Dalam bahasa orang sekarang: integritas, bersikap apa adanya. Itulah penerapan kasih bagi zaman ini. Agama dapat membawakan keleluasaan batin bila dihayati secara apa adanya. Bila tidak, akan gampang kena penyakit kronik demam mukjizat yang mengaburkan kehadiran Yang Ilahi di tengah-tengah manusia. Paulus mengajak orang-orang di Korintus dan kita semua agar waspada dan jangan sampai mabuk roh.

Salam hangat dari Kanisius,
Gianto