Jumat, 15 Januari 2016
Hari Biasa
warna liturgi
Hijau
Bacaan
1Sam.
8:4-7,10-22a; Mzm. 89:16-17,18-19; Mrk. 2:1-12. BcO Kej. 6:5-22; 7:17-24
1 Kemudian,
sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah
kabar, bahwa Ia ada di rumah. 2 Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga
tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan
firman kepada mereka, 3 ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang
lumpuh, digotong oleh empat orang. 4 Tetapi mereka tidak dapat membawanya
kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya;
sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. 5 Ketika
Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai
anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" 6 Tetapi di situ ada juga duduk beberapa
ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: 7 "Mengapa orang ini berkata
begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah sendiri?" 8 Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa
mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
berpikir begitu dalam hatimu? 9 Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang
lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah
tilammu dan berjalan? 10 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak
Manusia berkuasa mengampuni dosa" ?berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu?:
11 "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah
ke rumahmu!" 12 Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya
dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu
memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."
Renungan:
Perbuatan baik
tidak selamanya menyenangkan semua orang. Ada orang yang tidak suka dengan
perbuatan baik yang dilakukan. Walau Yesus menyembuhkan orang lumpuh, namun
tetap saja ada yang tidak suka. Yesus dianggap menghujat Allah karena ia
mengampuni dosa orang (bdk. Mrl 2:5-6).
Ketika perbuatan
baiknya tidak diterima orang, bahkan menjadi bahan pembicaraan negatif, hati
seseorang bisa ciut. Tidak jarang membuatnya malas untuk melakukan perbuatan
serupa. Ia memilih diam dan tidak berbuat daripada harus mendengarkan
suara-suara yang tidak mengenakkan di telinga.
Walau ada suara
yang tidak baik, Yesus tetap menyembuhkan si lumpuh. Ia tidak peduli dengan
omongan buruk orang. Yang menjadi kepeduliannya adalah kesembuhan si lumpuh.
Rasanya kita pun layak meneladan Yesus. Biarlah orang-orang sirik dan berbicara
tidak menyenangkan, perbuatan baik tetap harus terjadi.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
habis menolong orang. Dengarkanlah komentar orang-orang di sekitarmu.
Refleksi:
Bagaimana tetap
berbuat baik walau ada suara miring?
Doa:
Bapa, teguhkanlah
keyakinanku untuk selalu berbuat baik. Pertobatkanlah mereka yang bersuara
negatif terhadap perbuatan baik. Amin.
Perutusan:
Aku lebih peduli
untuk menolong orang daripada mendengarkan suara-suara miring.-nasp-
0 comments:
Post a Comment