Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, July 31, 2015

KUNJUNGAN RUMAH SAKIT


Rama Tri Hartono berjalan pelan-pelan di teras dalam Domus Pacis pada Rabu 29 Juli 2015 sekitar jam 15.45. Ternyata beliau masuk kamar Rama Bambang. "Wis siap?" (Sudah siap?) tanya Rama Bambang yang langsung dijawab dengan suara lirihnya "Wis" (Sudah). Rama Bambang pun berkata "Nek ngono dienteni neng ngarep ruang tamu" (Kalau begitu tunggu saja di depan ruang tamu). Rama Tri ditemani oleh Bu Rini menuju ruang tamu. "Mas, tumut mboten teng Panti Rapih?" (Mas, ikut ke Rumah Sakit Panti Rapih atau tidak?) Rama Bambang berseru kepada Mas Tukiran yang mendapatkan jawab "Kula nusul numpak motor mawon" (Saya menyusul naik motor saja). Ternyata, sesudah Rama Bambang memarkir mobil, di Panti Rapih Mas Tukiran sudah menunggu.

Sore itu Rama Tri, Rama Bambang, Mas Tukiran dan Bu Rini mengunjungi Rama Biyanto yang opname. Rama Bi adalah rama sepuh usia 71 tahun yang kini berstatus sebagai Pastor Pembantu di Paroki Pringwulung. Karena informasi dari Rama Totok dalam email grup UNIO KAS bahwa Rama Biyanto ada di Ruang Carolus 5, maka rombongan kecil ini menuju Carolus. Tetapi ternyata Rama Bi sudah pindah di ruang Lukas 316. Rama Biyanto tampak senang sekali mendapatkan kunjungan. Beliau berceritera dengan penuh semangat dan keriangan. "Rasane kaya arep kejlungup ya, rama? Aku wis tau ngalami" (Rasanya seperti akan jatuh tertelungkup ya, rama. Saya pernah mengalami) kata Rama Bambang yang diiyakan oleh Rama Bi dan Rama Bambang pun bertanya lagi "Nek kuping tengen sing jarene ra krungu?" (Bagaimana dengan telinga kiru yang dirasa tuli?). Rama Biyanto menjelaskan bahwa selaput telinga kanan mengembung. Tetapi belum jelas mengembung keluar atau kedalam. Kalau vertigo yang diderita sudah beres, pemeriksaan telinga akan dilakukan.

Sabda Hidup


Sabtu, 01 Agustus 2015
Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori
warna 
Bacaan
Im. 25:1,8-17; Mzm. 67:2-3,5,7-8; Mat. 14:1-12; BcO 1Raj, 18:16b-40

Matius 14:1-12:
1 Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. 2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya." 3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. 4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" 5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. 6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, 7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. 8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam." 9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. 10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara 11 dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. 12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

Renungan:
Ada orang yang takut bertemu dengan orang tertentu. Ternyata orang tersebut sedang mempunyai masalah. Bahkan ketika orang lain membicarakan orang itu dia akan menolak dan berusaha sedemikian rupa menghindarkan diri dari pembicaraan tersebut. Nama orang itu pun sudah menghantui hidupnya.
Herodes yang telah memenggal kepala Yohanes terngiang-ngiang oleh Yohanes. Kehadiran Yesus pun dikira sebagai Yohanes yang telah bangkit. "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya" (Mat 14:2).
Permasalahan yang tak terselesaikan dengan baik akan menghantui hidup kita. Maka rasanya daripada mengalami ketakutan yang berkepanjangan marilah kita selesaikan persoalan yang sedang kita hadapi. Andai kita tidak mempunyai keberanian untuk menyelesaikannya kita bisa mengambil langkah menerima masalah yang ada dan memberikan maaf kepada yang bermasalah dengan kita. Dengan begitu kita tidak akan merasa dihantui lagi oleh nama mereka yang bermasalah dengan kita.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Hadirkan orang yang lagi bermasalah denganmu. Tatalah wajahnya dengan lembut dan maafkanlah kesalahannya.

Refleksi:
Tulislah pengalamanmu kala dihantui oleh pribadi yang bermasalah denganmu dan bagaimana menyelesaikannya.
Doa:
Bapa, semoga aku hidup berdamai dengan orang-orang di sekitarku. Semoga aku pun bisa menjadikan mereka sebagai malaikat penolong bukan hantu yang menakutiku. Amin.

Perutusan:
Aku akan memperbaiki permasalahanku atau memaafkan mereka yang bermasalah denganku. -nasp-

Lamunan Pesta Wajib

Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Sabtu, 1 Agustus 2015

Matius 14:1-12

14:1. Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah.
14:2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."
14:3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya.
14:4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
14:5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.
14:6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes,
14:7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
14:8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam."
14:9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.
14:10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara
14:11 dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.
14:12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada umumnya orang akan mengistimewakan hari tertentu dengan bersenang ria. Orang dapat bersenang-senang pada hari perkawinan atau kelahiran atau hari apapun yang dipandang istimewa.
  • Tampaknya, dalam bersenang pada hari itu orang akan amat bergembira kalau banyak orang ikut mengistimewakan. Orang juga dapat mengurangi harta untuk bersenang-senang menggembirakan banyak orang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa segembira apapun seseorang kalau kegembiraan itu sampai menguasai kedalaman batin, kegembiraan itu justru dapat memporakporandakan dirinya sehingga berubah menjadi kesusahan yang juga mudah menjadi bencana bagi pihak lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mampu mengelola rasa apapun yang dialami baik susah maupun gembira sehingga kejadian apapun selalu menjadi pupuk pengembangan diri.
Ah, kesenangan itu ya harus dinikmati.

Thursday, July 30, 2015

Eksegese Injil Minggu Biasa XVIII B, 2 Agustus 2015 (Yoh 6:24-35)

diambil dari http://www.mirifica.net By on Jendela Alkitab, Mingguan 

MAKANAN YANG MENGHIDUPKAN

PADA awal Injil Minggu Biasa XVIII tahun B, Yoh 6:24-35, disebutkan bagaimana orang banyak yang telah mendapatkan makan dari Yesus (lihat Injil Minggu sebelum ini, Yoh 6:1-15) mencarinya di Kapernaum. Mereka menemukan dia di pantai seberang. Seperti dikisahkan pada akhir Injil Minggu lalu, mereka adalah orang-orang yang ingin menjadikannya raja, tetapi Yesus menyingkir dari mereka.Terjadilah percakapan antara mereka dengan Yesus. Di sini menjadi jelas apa yang sebetulnya diinginkan orang-orang itu, sekaligus juga dijernihkan apa yang sebaiknya mereka jangkau. Dan mengapa demikian. Ketika orang banyak mendapati Yesus di seberang danau (disebut “laut”), mereka bertanya kepadanya kapan ia tiba di sini. Orang-orang itu begitu tertarik dan bahkan ingin mengangkatnya sebagai pemimpin. Maka mereka tak habis mengerti mengapa justru Yesus pergi menghindar. Oleh karena itu mereka mencarinya. Kini mereka menemukannya di tempat lain. Yesus menjawab keheranan mereka dengan mengatakan bahwa yang mereka cari ialah orang yang memberi makan mereka, bukan dia yang membawakan “tanda-tanda”.

Dalam Injil Yohanes, tindakan-tindakan Yesus yang membuat orang terkesan, disampaikan sebagai “tanda”. Begitulah pemberian makan bagi orang banyak yang dikisahkan dalam Yoh 6:1-5 kini dibicarakan sebagai tanda, bukan sebagai mukjizat atau sebagai kegiatan amal belaka.Tanda menghadirkan kenyataan atau pesan yang bukan tanda itu sendiri. Dalam hal Yesus memberi makan orang banyak,  yang hendak disampaikan bukanlah terutama kebesaran hati atau kedermawanan atau kekuasaannya, melainkan pengalaman nenek moyang mereka diberi makan oleh Allah Tuhan mereka selama mereka berjalan di padang gurun menuju ke Tanah Terjanji. Dalam ungkapan iman umat Perjanjian Lama, pemberian makanan dalam ujud manna dari langit ini ditampilkan sebagai cara Tuhan tetap menyertai umat yang telah dibawa-Nya keluar dari tempat perbudakan di Mesir dan dipimpinnya berjalan ke tempat yang disediakan-Nya bagi mereka. Pemberian makan orang banyak oleh Yesus hendak menampilkan kembali pengalaman umat Perjanjian Lama ini. Namun mereka belum dapat melihat dia sebagai utusan dari Allah yang hendak menyertai mereka, juga kali ini.
Dalam peristiwa memberi makan orang banyak,  Yesus juga ditampilkan bukan saja pembawa manna surgawi, melainkan kenyataan Tuhan menyertai mereka. Dialah makanan yang menopang orang dalam perjalanan menuju tempat yang dijanjikan. Inilah yang dimaksud dengan “tanda” dalam petikan Injil kali ini.

Orang banyak yang menemui Yesus kali itu diajak menimba kekayaan pengalaman iman leluhur mereka dan mempercayai tindakan ilahi yang kini sedang mereka alami. Kini Bapa yang ada di surga memberi kehidupan kepada umat dalam ujud kedatangan Yesus di tengah-tengah mereka. Namun mereka belum menyadarinya. Mereka baru melihat Yesus sebagai tokoh masyarakat, sebagai yang membela kepentingan mereka, sebagai orang yang diharapkan bisa berbicara demi kebutuhan mereka. Semua ini bagus dan terpuji. Namun bukan ke arah itulah Yesus tampil di tengah-tengah umat. Ia tampil sebagai kenyataan hadirnya Yang Ilahi di tengah umat untuk membawa mereka ke akhir perjalanan. Inilah kehidupan yang dibawakannya kepada orang banyak.

Memang umat Perjanjian Lama tahu bahwa dahulu kala Tuhan menghidupi umat dengan makanan dari langit, dengan manna. Tapi tidak mudah bagi mereka melihat serta menyadari bahwa peristiwa manna itu bukan semata-mata tindakan ilahi dahulu kala yang diceritakan kembali turun temurun dan dikeramatkan, melainkan masih berlangsung sekarang ini juga. Masalah iman bagi umat ketika itu ialah ketidakmampuan menyadari bahwa iman itu hidup, bukan sekadar ingatan yang dikeramatkan.
Bagi orang zaman sekarang, juga bagi orang yang tidak turun temurun menghayati kisah pemberian manna, petikan Injil kali ini tetap bisa bermanfaat. Diajarkan agar orang membiarkan iman menjadi bagian kehidupan, bahkan menjadi cara untuk menjalankan hal-hal yang dikehendaki Yang Maha Kuasa.

Foto Kredit: Makanan yang menghidupkan, fatherjohn.blogspot.com

Sabda Hidup



Jumat, 31 Juli 2015
Peringatan Wajib St. Ignasius dr Loyola
warna liturgi Putih 
Bacaan
Im. 23:1,4-11,15-16,27,34b-37; Mzm. 81:3-4,5-6ab,10-11ab; Mat. 13:54-58 Luk. 14:25-33. BcO 1Raj. 16:29-17:16

Matius 13:54-58:
54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? 55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" 57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." 58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.

Renungan:
Yesus yang hebat sempat membuat para tetangganya kagum. Namun setelah mereka tahu siapa Yesus dan asal-usulnya mereka kecewa dan menolak Tuhan.
Kalau saya malah mempunyai sikap yang berbeda dengan tetangga-tetangga Yesus. Saya sering kagum dengan keberhasilan orang-orang apalagi kala tahu dulunya mereka berasal dari keluarga yang kesulitan ekonomi. Bagiku mereka adalah contoh pribadi-pribadi yang luar biasa. Saya percaya bahwa banyak pengalaman sulit telah dilalui. Dan pengalaman itu menjadi bekal bagi hidupnya untuk mencapai keberhasilan sekarang.
Daya juang hidup seseorang selalu mempesona bagiku. Tanpa mereka tebar pesona, pesona itu telah memancar dengan sendirinya. Kita pun rasanya pantas menghargai perjuangan orang. Penghargaan ini menjadi ruang pembelajaran tersendiri bagi kehidupan kita. Mari kita belajar dari mereka apapun latar belakangnya.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu bertemu dengan orang yang telah berhasil. Dia menceritakan bagaimana perjuangannya mencapai itu.

Refleksi:
Langkah-langkah apa yang akan kau lalui agar sampai pada keberhasilan hidup?

Doa:
Tuhan, semoga aku mempunyai kekuatan untuk berjuang. Dan aku pun mampu menghargai mereka yang berhasil walau kami tahu latar belakangnya. Amin.

Perutusan:
Aku akan belajar dari mereka yang hebat. -nasp-

Lamunan Pesta Wajib

Santo Ignasius dari Loyola, Imam
Jumat, 31 Juli 2015

Lukas 14:25-33

14:25. Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:
14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,
14:30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
14:31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?
14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, untuk mempertahankan dan mengembangkan hidup orang akan mengumpulkan harta baik yang didapat dari warisan maupun yang dari hasil kerja. Orang akan menjaganya untuk menjadi tenang mengarungi hidup.
  • Tampaknya, dari berbagai harta yang dimiliki, keluarga adalah harta yang berharga. Kalau terhadap materi saja ada pepatah sedumuk bathuk senyari bumi (sekalipun tanah hanya seluas dahi dan sepanjang rentangan jempol dan kelingking, harta harus dipertahankan), untuk menjaga keutuhan dan kebaikan keluarga orang harus berani mengorbankan segalanya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa semulia apapun tindakan seseorang untuk mendapatkan nafkah dan semendalam apapun kasih orang pada keluarga, kesemuanya justru menjadi kesia-siaan kalau hidupnya justru melekat pada harta dan keluarga dan tidak mendasarkan diri pada sikap yang mengalir dari pendengaran terhadap suara kedalaman batin. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan siap dan ikhlas kehilangan apapun termasuk relasinya dengan keluarga demi mempertahankan kemesraannya dengan kedalaman batin.
Ah, tanpa dukungan harta orang akan celaka.

Wednesday, July 29, 2015

Berkebun bisa kurangi risiko serangan jantung lansia

Berkebun bisa kurangi risiko serangan jantung lansia
Seorang ibu dengan anak-anaknya memanen kangkung di lahan akademi berkebun, bagian dari Indonesia Berkebun, di Serpong, Tangerang, Banten Minggu (19/6). Aktivitas berkebun bisa mengurangi risiko serangan jantung dan stroke pada orang lanjut usia. (ANTARA/Paramayuda)

Jakarta (ANTARA News) - Berkebun dan melakukan kegiatan rumah sehari-hari seperti memperbaiki rumah bisa mengurangi risiko serangan jantung dan stroke pada orang lanjut usia (lansia), demikian menurut studi yang dipublikasikan The British Journal of Sports Medicine.

Risiko terkena serangan jantung dan stroke dalam waktu 12 tahun pada orang berusia 60 tahun lebih yang sering melakukan aktivitas rumah dan berkebun 27 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang jarang melakukan kegiatan serupa.

Namun temuan dari studi yang dilakukan di Swedia itu terlepas dari apakah peserta secara teratur berolahraga.

Selain itu lansia yang sering melakukan kegiatan rumah dan berkebun tapi tidak berolahraga memiliki peluang bertahan yang sama pada akhir studi dibandingkan dengan mereka yang secara teratur berolahraga tetapi tidak melakukan kegiatan rumah dan berkebun.

"Mendorong setiap hari (aktivitas dalam rumah dan berkebun) bisa sama pentingnya dengan merekomendasikan olahraga teratur untuk lansia," kata para peneliti di British Journal of Sports Medicine edisi 28 Oktober.

Hasil terbaik terlihat pada orang-orang yang melakukan olahraga teratur serta kegiatan rumah dan berkebun, kata hasil studi yang dilansir laman LiveScience.

Meski demikian studi itu hanya menemukan hubungan dan belum bisa membuktikan bahwa kegiatan rumah dan berkebun pada tingkat yang lebih tinggi menyebabkan pernurunan risiko serangan jantung dan stroke.

Para peneliti menganalisis informasi dari 4.000 orang dewasa yang tinggal di wilayah Stockhlom, Swedia, yang sebelumnya mengalami serangan jantung atau stroke.

Peserta menjalani pemeriksaan fisik dan ditanya seberapa sering mereka melakukan aktivitas rumah dan berkebun seperti memperbaiki rumah, memotong rumput, memperbaiki mobil dan mengumpulkan jamur atau buah berri.

Mereka juga ditanya seberapa sering melakukan olahraga teratur, misalnya 30 menit melakukan aktivitas fisik dalam seminggu.

Menurut studi, mereka yang melakukan aktivitas dalam rumah dan berkebun memperlihatkan kesehatan kardiovaskular yang lebih baik seperti kadar kolesterol dan lemak darah yang rendah dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas rumah dan berkebun yang lebih rendah.

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maryati

Lamunan Pekan Biasa XVII

Kamis, 30 Juli 2015

Matius 13:47-53

13:47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.
13:48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.
13:49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar,
13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
13:51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti."
13:52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."
13:53. Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang disebut mengerti bahkan ahli agama apabila dapat memahami berbagai ajaran dan praktek keagamaan. Dia dapat menjelaskan latar belakang berbagai rumusan dan kebiasaan keagamaan.
  • Tampaknya, orang yang ahli agama biasa dikaitkan dengan berbagai khasanah pengetahuan di masa lalu. Dia dapat mengerti bahkan menguasai bahasa, kebudayaan, dan berbagai paham di masa lampau.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa sehebat apapun seseorang menguasai berbagai pengertian masa lampau untuk menjelaskan ajaran dan praktek kebiasaan agama, apabila dia tidak menerima nilai-nilai kemuliaan hidup di balik semua itu, dia bukan orang yang memiliki keahlian sejati yang mengalir dari kedalaman batin yang membuat orang mampu menemukan dan menyajikan nilai-nilai tersebut baik dalam hidup keagamaan masa lampau maupun masa kini. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menghayati nilai-nilai agama secara dinamis dalam penghargaannya pada tradisi dan perkembangannya sesuai dengan situasi hidup dan budaya setempat.
Ah, agama yang benar adalah yang menjaga rumus-rumus dan kebiasaan pendirinya.

Sabda Hidup



Kamis, 30 Juli 2015
St. Petrus Krisologus,  St. Yustinus de Yakobis,
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Kel. 40:16-21,34-38; Mzm. 84:3,4,5-6a,8a,11; Mat. 13:47-53. BcO 1Raj. 12:20-33

Matius 13:47-53: 
47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." 52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya." 53 Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.

Renungan:
Ketika menjadi guru saya merasa puas kala para siswa mampu mengerjakan soal ujian dengan baik dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Ada rasa bahwa yang diajarkan dimengerti oleh para siswa. Dan pasti hal tersebut memberikan kelegaan di dalam diri para siswa.
Yesus pun tampak puas ketika para murid mengerti dengan apa yang Ia ajarkan. "Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." (Mat 13:51-52). Yesus pun kemudian pergi.
Rasanya kita pun mempunyai kewajiban membawa kejelasan dan membuat orang lain mengerti. Berhubung orang yang kita temui pun beraneka ragam latar belakang dan kemampuannya, maka kita mesti pandai-pandai mencari aneka macam metode dan juga isi yang tepat bagi orang yang kita temui. Semoga dengan cara dan isi yang tepat maka orang-orang pun makin mengenal Kerajaan Allah.

Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Ingatlah bagaimana selama ini anda menerangkan sesuatu pada orang lain. Apakah peneranganmu jelas ditangkap atau tidak dan bagaimana agar orang menangkap pengajaranmu.

Refleksi:
Bagaimana mengajarkan Kerajaan Allah agar mudah ditangkap pendengarmu?

Doa:
Bapa, bantulah aku agar mampu menerangkan kerajaanMu dan keteranganku bisa dimengerti pendengarku. Amin.

Perutusan:
Aku akan mencari metode pengajaran yang tepat. -nasp-