Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, June 30, 2015

WONG TUWA MIGUNANI (Tua Bermakna)



Pembicaraan bagaimana orang tetap bermakna sekalipun sudah termasuk golongan lansia terjadi dalam tema WONG TUWA MIGUNANI (Tua Bermakna). Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya salah satu masalah yang sering muncul di kalangan lansia yang kalau dirumuskan berkisar pada kata-kata “Karena sudah berhenti dari berbagai aktivitas masa lalu, seperti karena pensiun atau karena sakit, orang dapat merasa sudah tak terpakai.  Bahkan muncul perasaan ‘habis manis sepah dibuang’”.  Tema ini dibicarakan dalam Novena Seminar Ekaristi pada hari Minggu tanggal 7 Juni 2015 di Domus Pacis. Pada kesempatan ini Rama Rosarius Sato Nugroho hadir menyampaikan wawasannya.

Beberapa Pengalaman

Sebagai pembicara Rama Sapto menyampaikan pengalaman yang beliau ketemukan dalam diri bapak dan ibunya. Si bapak ketika masa persiapan pensiun sudah bebas tidak melakukan pekerjaan sebagai guru. Tetapi yang terjadi beliau pada sore hari selalu menghadirkan para murid untuk memberikan pelajaran tambahan. Rama Sapto menilai sang bapat tidak ingin kehilangan ritme hidup sebagai guru. Selain itu sebenarnya sang bapak ingin memelihara sapi. Namun anak-anaknya tidak menyetujui karena dipandang terlalu berat untuk kondisi fisiknya. Ketika menyatakan ganti keinginan yaitu memelihara kambing, inipun ditolak oleh para anak. Akhirnya anak-anak menyetujui ketika yang diminta adalah memelihara kelinci. Hal ini dilakukan hingga masuk dalam kondisi sakit. Rama Sapto juga menceriterakan pengalamannya dengan sang ibu. Ibu beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang menderita stroke ketika sudah hidup menjanda. Sang ibu kerap rèwèl (berulah) minta apa-apa dilayani dan diutamakan. Tampaknya sang ibu mudah cemburu pada cucu-cucu dalam hal mendapatkan perhatian. Apabila ditemani, sang ibu berceritera macam-macam tak ada selesainya.
Sharing pengalaman pun juga datang dari peserta. Pak Jono menyampaikan pengalamannya dalam berprinsip ora arep njaluk utawa ngrepotké anak (tidak akan minta dari anak dan membuat repotnya). Pak Jono juga suka memperhatikan ibu-ibu yang suka masak dengan membantu memperbaiki alat-alat masak. Hal ini dilakukan secara gratis dan tak mau dibayar karena beliau sudah punya uang pensiun. Di sini muncul prinsip pengin tetulung, ora arep njaluk tulung (ingin menolong dan tak mau ditolong). Sementara itu Pak Andreas selalu berusaha untuk berguna bagi anak dan tetangga. Meskipun demikian ada yang membawa hasil dan ada yang tidak.

Kebutuhan Dihargai Keberadaannya

Apa yang dilakukan oleh kaum lansia, sebagaimana dicontohkan dalam pengalaman di atas, tak lain dan tak bukan adalah ungkapan kebutuhan diri untuk diakui eksistensi atau keberadaannya. Kaum lansia dapat merasa disisihkan atau tidak mendapatkan tempat bahkan merasa “habis manis sepah dibuang” karena kondisi fisik, intelektual, dan jiwaninya. Dengan demikian apapun yang dilakukan, baik yang membuat orang lain kagum ataupun membuat orang lain jengkel, kesemuanya adalah untuk menunjukkan dorongan hati menuntut dihargai keberadaannya.

Keberadaan Yang Bermakna

Terhadap apapun yang dilakukan oleh kaum lansia untuk menunjukkan keberadaannya, bagi orang lain hal itu akan diterima apabila ungkapan dan wujudnya migunani (berharga dan bermakna). Ungkapan dan wujud ini memiliki makna apabila menghadirkan wawasan inspiratif dalam kebersamaan.

a.      Belajar dari Kitab Suci

Bagi pengikut Kristus makna hidup harus mendapatkan landasan rohani dari Kitab Suci. Untuk menemukan makna hidup kaum lansia dapat belajar dari tokoh-tokoh iman yang dikisahkan dalam Kitab Suci. Di sini beberapa tokoh dapat jadi teladan pokok makna iman yang dihayati: 1) Abraham: sekalipun sudah usia 75 tahun taat mengikuti panggilan untuk menjalani hidup baru meninggalkan tanah kelahirannya, dan sekalipun sudah seperti mustahil tetap percaya bahwa akan terlaksana janji anak di masa tuanya; 2) Elisabet: juga mengandung di masa tuanya, tetapi bersedia menerima perbedaan dengan memberi nama anak Yohanes yang tidak masuk dalam khasanah nama keluarganya; 3) Simeon dan Hana: menjadi saksi kanak-kanak Yesus dengan menghormat dan siap mengundurkan diri demi kaum yang muda.

b.      Jadi Saksi Iman

Dengan belajar dari Kitab Suci kaum lansia juga terpanggil untuk menjadi saksi iman. Tugas mewartakan Injil sebagai kabar sukacita juga berlaku untuk kaum lansia. Dengan demikian migunani atau berguna harus diletakkan dalam kerangka kesaksian iman. Inilah yang menjamin keberadaan kaum lansia. Kehadiran lansia yang diwarnai relung hati ceria akan menjadi ceritera sukacita bagi banyak orang dan yang berceritera pun berkisah dengan sukacita.

c.       Caranya

Ketika berbicara tentang hal praktis Rama Sapto menyampaikan cara lansia untuk hadir sebagai saksi iman: 1) Dari dirinya dapat menghadirkan kata-kata bijak yang muncul dari kematangan hidup rohani; 2) Menghadirkan sikap iman yang tegas dan benar; 3) Bersikap ekaristis karena ketekunannya menghayati kehidupan batin yang diwarnai kebiasaan sambung hati dengan Tuhan.

Sabda Hidup


Rabu, 01 Juli 2015
Hari biasa
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Kej. 21:5,8-20; Mzm. 34:7-8,10-11,12-13; Mat. 8:28-34. BcO 1Sam. 11:1-15

Matius 8:28-34:
28 Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu. 29 Dan mereka itupun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" 30 Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. 31 Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." 32 Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. 33 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. 34 Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Renungan:
Dua orang yang kerasukan setan berkata pada Yesus, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" (Mat 8:29). Mereka bersaksi siapa Yesus, Anak Allah, dan mengenal waktu kehadiranNya untuk menyingkirkan mereka. Walau demikian mereka pun tidak berani berhadapan dengan Yesus.
Daya dan kekuatan Yesus begitu dahsyat. Kekuatan roh yang luar biasa pun tidak mampu menandinginya. Yesus yang penuh kuasa melepaskan roh-roh yang merasuki kedua orang itu.
Percaya pada Tuhan Yesus adalah percaya pada pribadi yang menguasai segalanya. PadaNya kita bersandar dan mengharap pembebasan dari yang jahat. Hanya padaNyalah daya itu tak tertandingi.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Hadirlah dalam kisah di Injil Mat. 8:28-34. Letakkan kepercayaanmu pada Tuhan Yesus.

Refleksi:
Bagaimana anda mengandalkan Tuhan Yesus dalam hidupmu?


Doa:
Tuhan Yesus padamu aku mengandalkan diri. Engkaulah yang akan membebaskanku dari segala yang jahat. Amin.

Perutusan:
Aku akan mengandalkan Yesus dalam menghadapi kuasa jahat. -nasp-

Lamunan Pekan Biasa XIII

Rabu, 1 Juli 2015

Matius 8:28-34

8:28. Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu.
8:29 Dan mereka itupun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"
8:30 Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan.
8:31 Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu."
8:32 Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air.
8:33 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu.
8:34 Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran umum bahwa yang bisa hidup beragama adalah orang baik. Orang jahat tidak akan sungguh menjalani ibadat dan tata keagamaan lainnya.
  • Tampaknya, ada gambaran umum bahwa yang bisa berhubungan dengan Tuhan dalam hati adalah orang baik. Orang jahat hatinya hanya terikat dengan hal-hal duniawi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa yang jahat dapat menjalani hidup keagamaan dengan bagus dan bahkan biasa berdoa dengan khusuk, tetapi sikap batinnya hanya mencari kepuasan diri sehingga buah dari tindakannya merugikan bahkan mencelakakan orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan memiliki daya yang melemahkan kekuatan egoisme.
Ah, orang jahat kan dikuasai setan maka tak mungkin setan membiarkan orang berdoa.

Monday, June 29, 2015

IRI?


Beberapa hari sesudah kunjungannya bersama 7 orang lainnya di Domus Pacis pada Jumat 5 Juni 2015, Bu Basuki dari Boyolali menelpon Rama Bambang "Rama, ibu-ibu sanes sami meri. Pengin ugi sowan para rama ing Domus Pacis" (Rama, ibu-ibu lain iri. Mereka juga ingin mengunjungi para rama di Domus Pacis). Rama Bambang menanggapi hanya dengan tertawa "Ha ha ha ...." yang langsung disambung dengan kata-kata Bu Basuki "Rama saget paring wekdal benjang punapa?" (Kapan rama dapat memberikan kesempatan?). Sambil pegang telepon Rama Bambang melihat agendanya dan kemudian berkata "Pripun yen Jemuwah 26 Juni?" (Bagaimana kalau hari Jumat 26 Juni?). Ternyata tanggal ini disetujui oleh Bu Basuki. Dari informasi ini mereka akan datang ber-14 orang. Ketika rencana kunjungan ini diinformasikan di kamar makan, Mbak Tari bertanya "Mawi unjukan mboten, rama?" (Disediakan minum tidak, rama?) yang dijawab oleh Rama Bambang "Sae nek didamelke teh, sebab ibu-ibune pun sepuh-sepuh" (Baik kalau dibuatkan teh karena para ibu ini sudah tua).

Pada jam 06.00 lebih hari Jumat pagi 26 Juni 2015 Titan, anak Bu Basuki, menelpon Rama Bambang bahwa mereka sudah berangkat menuju Domus Pacis. Mereka masuk Domus ketika jarum jam menunjuk angka sesudah jam 08.30. Ternyata yang hadir ada 21 orang ibu yang pada umumnya masuk golongan lansia. Rama Yadi, Rama Hantoro, Rama Harto dan Rama Bambang menyambut mereka di ruang pertemuan dalam. Suasana perjumpaan amat santai penuh canda ria. Rama Yadi menceriterakan tentang Domus Pacis. Rama Hantoro berceritera tentang pengalaman ketika ikut aktif membantu orang-orang Kedung Ombo dan tinggal di Simo serta kadang-kadang diminta membantu misa di Boyolali. Sambil minum teh dan menikmati snak sederhana, tanya jawab pun terjadi. Ketika seorang ibu bertanya apakah kelak anaknya, yang jadi Rama MSF, bisa tinggal di Domus Pacis, Rama Hantoro menjelaskan bahwa untuk para rama tua MSF rumah tuanya ada di Jalan Guntur, Semarang. Rumah tua SY, yang bernama Emaus, di Girisonta juga disinggung. Domus Pacis adalah rumah tua untuk para rama praja Keuskupan Agung Semarang. Pada sekitar jam 10.00 para tamu berpamitan akan meneruskan peziarahan ke Gua Jatiningsih, Klepu.

Lamunan Pekan Biasa XIII

Selasa, 30 Juni 2015

Matius 8:23-27

8:23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya.
8:24 Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur.
8:25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa."
8:26 Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
8:27 Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada umumnya orang tidak mau berhadapan dengan tantangan dan ancaman. Orang menginginkan hidup yang enak dan berjalan lancar.
  • Tampaknya, tantangan dan ancaman dipandang sebagai gangguan dalam melaksanakan pekerjaan dan tugas. Orang berjuang menyingkirkan atau menghindari tantangan dan ancaman.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa baik ringan maupun berat setiap tantangan dan ancaman justru menjadi sarana menditeksi apakah penghayatan diri orang yang memiliki kenyamanan rasa dan pikir didasarkan pada kebiasaan sambung dengan yang ada di kedalaman batin atau tidak. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang biasa menyerahkan segala dinamika hidupnya kepada yang bersemayam di kedalaman batin.
Ah, bagaimanapun orang akan nikmat tanpa adanya tantangan dan ancaman.

Sabda Hidup



Selasa, 30 Juni 2015
Para Martir Pertama di Roma
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Kej. 19:15-29; Mzm. 26:2-3,9-10,11-12; Mat. 8:23-27. BcO 1Sam. 9:1-6,14-10:1

Matius 8:23-27:
23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. 24 Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. 25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa." 26 Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. 27 Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

Renungan:
Banyak orang bercerita bahwa dirinya kesulitan tidur. Bahkan ada yang sampai beberapa hari tidak bisa tidur. Namun ada pula orang yang gampang sekali tidur. Di mana pun, dalam kondisi apa pun ia bisa tidur.
Tidur memang gampang-gampang sukar. Ketika kita tidak bisa tidur dan memikirkan kenapa tidak bisa tidur kita malah semakin tidak bisa tidur. Namun kala kita melepaskan segala pikiran itu maka kita bisa tidur dengan baik.
Tampaknya tidur berkaitan erat dengan ketenangan pikiran dan raga. Yesus pun bisa tidur kala kapalnya dihantam oleh badai. "Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa." (Mat 8:25).

Kontemplasi:
Berbaringlah di ranjangmu. Pejamkan matamu. Rasakan udara. Dengarkan suara-suara di sekitarmu. Tenangkan hatimu dan biarkan tidur merengkuhmu.

Refleksi:
Tulislah pengalamanmu tentang tidur.

Doa:
Bapa, terima kasih atas anugerah istirahat tidur yang selama ini boleh kurasakan. Semoga kala tidur aku tetap tenang karena mengandalkan yang menjagaiku. Amin.

Perutusan:
Aku akan tenang dan percaya pada karya Allah. -nasp-

Sunday, June 28, 2015

TERAPI PADA LANSIA

diambil dari http://intanpus.blogspot.com/2011/01/label:

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke, parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

1.2       Rumusan Masalah
Terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia?

1.3       Tujuan
Untuk mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia.

1.4       Manfaat
Lansia dapat mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada dirinya.

BAB II
DASAR TEORI

2.1       Pengertian
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan medik – psikososial – edukasional – vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional yang optimal.

2.2       Program Pada Lansia
                  1)         Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang paling ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu tersebut, misalnya :
a.         Aktivitas di tepat tidur
-        Positioning, alih baring, latihan pasif & aktif lingkup gerak sendi
b.         Mobilisasi
-        Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan
-        Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan, berpakaian, dll

                  2)         Program Okupasiterapi
Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan memberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktivitas yang diinginkan. Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai adalah harus jongkok, namun bila tidak memungkinkan maka dibuat modifikasi.

                  3)         Program Ortotik-prostetik
Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorang ortotis-prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yang memerlukan sesuai dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu pertimbangan lebih khusus, misalnya pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga mudah dipakai, dll.

                  4)         Program Terapi Wicara
Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja, tetapi perlu diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan fungsi menelan apabila ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada penderita stroke, dimana terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll

                  5)         Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal bersama lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan aktivitas yang dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk mendukung program lain yang harus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggal dirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang datar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll

                  6)         Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya, yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe agresif, atau konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan, mau berkomunikasi, sosialisasi dan sebagainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan program lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.

2.3       Peran Tim Medis
                  1)         Fase Perawatan Intensif (Intensive Care)
Yang menonjol peran perawat, baru kemudian fisioterapis dan mungkin petugas sosial medik sudah mulai berperan.

                  2)         Fase Perawatan Antara (Intermediate Care)
Perawat masih diperlukan, fisioterapis makin menonjol, terapis okupasi mulai berperan, mungkin terapis wicara atau psikolog mulai berperan. Juga bila alat bantu diperlukan, misalnya walker, dynamic-splint, dll. Maka ortoris-prostetis yang akan membuat susuai dengan kondisi penderita.

                  3)         Fase Perawatan Sendiri (Self Care)
Okupasi terapi sangat penting untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari. Mulai dari aktivitas untuk pribadi sampai dengan pada aktivitas dalam kehidupannya dalam pekerjaan.

                  4)         Fase Rawat Jalan (Day Care)
Tergangtung pada gangguan/disabilitas yang dideritanya. Biasanya terapi okupasi suportif sangat membantu, dan dalam hal ini program bisa diberikan dalam bentuk kegiatan yang menghasilkan sesuatu. Pada keadaan ini seluruh tim akan berperan, dan dokter selalu memantau pada setiap fase yang dijalani.

2.4       Macam-macam Terapi Lansia
                  1)         Terapi Modalitas
Pengertian
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.

Tujuan
a.       Mengisi waktu luang bagi lansia
b.      Meningkatkan kesehatan lansia
c.       Meningkatkan produktifitas lansia
d.      Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

Jenis Kegiatan :
a.       Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia.

b.      Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.

c.       Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan.

d.      Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll

e.       Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dll.

f.       Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya: membuat kipas, membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll)

g.      Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll

h.      Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya

i.        Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dll.

j.        Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.

k.      Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

                  2)         Teknik
a.       Mencegah Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu sindroma penurunan densitas tulang (matrix dan mineral berkurang), terapi rasio matrik dan mineral tetap normal. Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Densitas mineral tulang berkurang sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah walaupun dengan trauma minimal.


Contoh latihan yang harus dihindari :
1.      Sit Up
2.      Menyentuh jari kaki pada posisi berdiri
3.      Duduk dengan punggung membungkuk
4.      Mengangkat beban dengan ayunan punggung

b.      Menjaga Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh. Kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran jantung-paru dan peredaran darah serta kekuatan otot dan kelenturan sendi.

c.       Mengangkat dan Mengangkut
Melihat berbagai perubahan karena penuaan, cara mengangkat dang mengakut yang efektif, efisien, dan aman merupakan kebutuhan bagi lansia. Untuk menunjang prinsip kinetic dalam mengangkat dan mengangkut dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1)      Pegangan harus tepat, kerja statis local dihindari
2)      Pegangan/tangan berada sedekat mungkin dengan tubuh
3)      Punggung harus lurus
4)      Dagu (kepala) diusahakan segera ke posisi tegak
5)      Kaki diusahakan sedemikian rupa sehingga keseimbangannya kuat
6)      Menfaatkan berat badan sebagai gaya tarik/dorong
7)      Beban berada sedekat mungkin dengan garis vertical yang melalui pusat gravitasi tubuh.

d.      Perlindungan sendi
Usaha perlindungan sendi dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian sendi secara berlebihan, menghindari trauma, mengurangi pembebanan, berusaha menggunakan sendi yang lebih kuat atau lebih besar, dan istirahat sejenak disela-sela aktivitas.

e.       Konservasi Energi
Konservasi energy adalah suatu cara melakukan aktivitas dengan energy yang relative minimal, namun dapat memperoleh hasil aktivitas yang baik. Teknik konservasi energy dapat dicapai apabila dalam setiap aktivitas memperhatikan hal-hal berikut :
1)      Rencanakan aktivitas yang akan dilakukan sehingga tidak ada gerakan kejut yang akan meningkatkan strees fisik atau emosional.
2)      Atur lingkungan aktivitas sedemikian rupa sehingga pada waktu melaksanakan aktivitas, energy dapat digunakan secra efisien
3)      Jika mungkin, aktivitas dilakukan dalam posisi duduk
4)      Jangan menjinjing atau mengangkat barang jika dapat didorong atau digeser.
5)      Gunakan alat aktivitas yang relatife ringan
6)      Lakukan aktivitas dengan cara yang sama karena akan membuat lebih efisien.
7)      Dalam setiap aktivitas, harus sering diselingi istirahat. Salah satu pedoman adalah sepuluh menit istirahat untuk setiap satu jam bekerja.
8)      Bagi aktivitas menjadi beberapa bagian kemudian kerjakan pada waktu yang berbeda.

f.       Peningkatan Kekuatan Otot
Peningkatan kekuatan otot pada lansia lebih ditujukan agar mampu melakukan gerak fungsional tanpa adanya hambatan. Dalam latihan ini, jenis latihan yang dianjurkan adalah latihan isotonic, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1)      Tentukan kemampuan otot maksimal
2)      Latihan pada 60%-80% kemampuan otot maksimal
3)      Ukur ulang setiap minggu
4)      3X seri latihan, tiap seri 8-10 ulangan
5)      Istirahat 1-2 menit diantara seri
6)      Lakukan 3X seminggu, min selama 8 minggu

g.      Kegel’s Exercise
Upaya lain dalam meningkatkan otot dasar panggul adalah dengan latihan kontraksi otot dasar panggul secara aktif. Petunjuknya sebagai berikut :
1)      Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong dengan rileks
2)      Badan sedikit membungkuk dengan lengan menyangga pada paha
3)      Konsentrasikan kontraksi pada daerah vagina, uretra, dan rectum
4)      Kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan defekasi dan berkemih
5)      Rasakan kontraksi otot dasar panggul
6)      Pertahankan kontraksi sebatas kemampuannya
7)      Rileks dan rasakan otot dasar panggul yang rileks
8)      Kontraksikan otot dasar panggul lagi, pastikan otot berkontraksi dengan benar tanpa ada kontraksi otot abdominal, contohnya jangan menahan napas. Control kontraksi otot abdominal dengan meletakkan tangan pada perut.
9)      Rileks. Coba rasakan perbedaan saat berkontraksi dan rileks
10)  Sesekali kontraksi dipercepat, pastikan tidak ada kontraksi otot yang lain
11)  Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada latihan awal, lakukan 3X pengulangan karena otot yang lemah akan mudah lelah
12)  Latih untuk mengkontraksikan otot dasar panggul dan mempertahankannya sebelum dan selama aktivitas tertawa, abtuk, bersin, mengangkat benda, bangun dari kursi/tempat tidur, dan jogging
13)  Target latihan ini adalah 10X kontraksi lambat dan 10X kontraksi cepat. Tiap kontraksi dipertahankan selama 10 hitungan. Lakukan 6-8X dalam sehari atau setiap saat dapat melakukannya.

h.      Memperbaiki Koordinasi (latihan Frenkel)

i.        Aksesibilitas bagi lansia
Kemudahan yang disediakan bagi lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Agar lansia dapat mandiri diperlukan penilaian terhadap lingkungan aktivitasnya.

                  3)         Farmakoterapi
Pada lansia terjadi penurunan proses farmakokinetik dan farmakodinamik, yaitu :
a.       Dengan pemberian dosis yang lazim KOP (Kadar Obat Plasma) akan lebih tinggi oleh karena sistem eliminasi obat dalam hepar dan ginjal menurun.
b.      Denga KOP yang sama dapat terjadi FOB (Fraksi Obat Bebas) lebih tinggi dari yang lazim sebab kadar albumin pada lansia telah menurun terlebih-lebih pada waktu sakit atau oleh karena pengangsuran tempat (Silent Reseptor) dari ikatan albumin oleh obat lain (Polifarmasi).
c.       Perubahan efek farmakodinamik obat bersamaan dengan penurunan mekanisme regulasi homeostatik dapat menyebabkan bias besar dalam efek farmakoterapi.
Oleh karena itu, semua pemberian obat harus dimulai dengan dosis yang lebih kecil, misalnya ½ dosis standart dan dinaikkan perlahan-lahan dengan pemantauan yang ketat. Dalam banyak hal diperlukan pengukuran KOP dalam darah.

BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi organ tubuh dan bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan penderita harus berbaring lama sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada lansia. Seperti pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas tetap terjaga sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga pencegahan disabilitas primer diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.

3.2       Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada lansia dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan. Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena itu perkembangan ilmu dan praktika dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas sumber daya yang dibutuhkan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1)         Martono, Hadi dan Kris Pranarka.2010.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Edisi IV.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
2)         Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika
3)         Maryam, R.Siti.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta : Salemba Medika
4)         Stockslager, Jaime L.2007.Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik.Edisi II.Jakarta : EGC
5)         Watson, Roger.2003.Perawatan Pada Lansia.Jakarta : EGC
6)         Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo.2003.Fisioterapi Pada Lansia.Jakarta : EGC