Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, June 27, 2015

RAMA BAMBANG NGAJAR SD?


"Le mulang wau esuk ngangge cara pripun ta kok gayeng?" (Metode apa yang dipakai untuk mengajar tadi pagi sehingga meriah) tanya Rama Harto kepada Rama Bambang pada waktu makan siang Selasa 23 Juni 2015. "Ha ha ha ..... Nggih mung ngawur-ngawuran" (Ha ha ha ..... Ya hanya asal ngawur) jawab Rama Bambang yang disambung oleh Mbak Tari sambil menyuapi Rama Tri Wahyono "Nanging larene dados remen. Wingi jan-jane kepingin tumut teng Klaten. Nanging kula kudokke belajar kalih rama. Sareng dalu kula takeni crita remen. Rikala kakangne ngojok-ojoki sesuk ra sah mangkat, piyambake criyos 'Ya ra isa, kudu mangkat'" (Tetapi anaknya jadi senang. Sebetulnya kemarin ingin ikut ke Klaten. Tetapi saya haruskan belajar dari rama. Pada malam hari saya tanya ternyata dia mengatakan senang. Ketika dibujuk oleh kakaknya agar besok tak usah berangkat, dia berkata "Tidak biasa, harus berangkat). Mbak Tari pun masih meneruskan "Wau sing teng njawi mireng dha ngguyu bola-bali" (Tadi para karyawan di luar mendengarkan sambil berkali-kali tertawa). Omong-omong ini berkaitan dengan acara Yahya untuk libur sekolah. Ternyata kemampuan membaca dan menulisnya masih jauh dari memadahi. "Isa maca niku penting banget. Wiwit suk Senin Yahya sinau maca saking Rama Bambang jam sanga ngantos sedasa" (Membaca itu amat penting. Mulai Senin 22 Juni Yahya belajar membaca dari Rama Bambang jam 09.00-10.00) kata Agoeng pada makan pagi Jumat 20 Juni 2015.

Rama Bambang memang menyediakan diri untuk membantu. Sebenarnya setahun lalu Rama Bambang sudah menyediakan diri. Tetapi tampaknya sosok Rama Bambang membuat takut karyawan karena ketegasannya. "Aku nganggo cara metode Pendidikan Yang Membebaskan sing dirintis Paulo Freire. Tekanan pada dialog persaudaraan berdasarkan pengalaman kongkret" (Aku menggunakan metode Pendidikan Yang Membebaskan rintisan Paulo Freire. Tekanan pada dialog persaudaraan berdasarkan pengalaman kongkret) Rama Bambang berkata pada Rama Hantoro pada makan siang itu. Rama Hantoro pun menyahut "Iya, kuwi wong Brasil" (Iya, dia orang Brasil). Pada hari pertama Rama Bambang minta Yahya menunjuk hal-hal yang menarik dalam ruang belajar. Dia menunjuk "meja, pintu, kursi, cendela, lemari" yang langsung dihentikan oleh Rama Bambang. Dengan lima benda ini Rama Bambang menulis kata-kata "meja, pintu, kursi, cendela, lemari" dan Yahya diminta menghafal. Lalu Rama Bambang menunjuk kata-kata itu satu persatu berganti-ganti dan Yahya harus bergerak lari sana kemari menunjuk barangnya. Sesudah itu kata-kata itu dipisah-pisah dalam suku kata (me-ja, pin-tu, kur-si, cen-de-la, le-ma-ri) dan diketemukanlah 12 suku kata. Yahya pun diminta menghafal suku-suku kata itu.

Pada hari kedua Rama Bambang yakin bahwa di rumahnya Yahya terus belajar menguasai temuan itu. Ini tampak pada hari kedua dia amat lancar ketika Rama Bambang menunjuk suku-suku kata itu secara acak berkali-kali. Pada hari kedua Yahya didampingi untuk menemukan huruf-huruf di dalam suku kata yang hanya sampai pada kata-kata "meja, pintu, kursi". Di sini Rama Bambang memisahkan huruf-huruf mati (m, j, p, n, t, k, r, s) dan huruf-huruf hidup (e, a, u, i). Kemudian Yahya diajak menghafalkan huruf-huruf itu berdasarkan suara (em, je, pe, en, et, ek, er, es .... dan e, a, u, i). Sesudah itu Rama Bambang memberi contoh-contoh menghubungkan huruf mati dan huruf hidup. Yahya melakukannya misalnya "em...e .... me, em...a .... ma, em...u .... mu, em...i .... mi). Secara perlahan-lahan Yahya dapat menghubungkan satu suku kata dengan suku kata lain seperti "si-si" sambil menunjuk hidung ingusan. Dia pun dengan bangga dapat menulis "ri-ni" dan "ta-ri", nama salah satu relawan Domus dan nama ibunya. Tetapi ketika Rama Bambang berkata "Sekarang gabungkan et...a dan i", Yahya menulis lalu terdiam. "Ayo diwaca" (Ayo baca) kata Rama Bambang dan Yahya tetap terdiam Ketika terus didesak untuk membaca, akhirnya Yahya membaca dengan suara lirih "ta-i". "Gene isa" (Ternyata kamu bisa) kata Rama Bambang yang disahut Yahya "Tadi juga sudah tahu, tapi takut". Rama Bambang pun tertawa dan berkata "Ra papa .... Aja wedi" (Tidak apa-apa .... Jangan takut).

0 comments:

Post a Comment