Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, November 30, 2017

Dalam Paguyuban Ada Persaudaraan



Sore itu, Jumat 24 November 2017, suasana Domus Pacis terasa cukup ribut. Sekitar jam 16.00 Bu Titik Untung, salah satu relawati dari Ambarrukmo, datang. "Kae takgawakke borjo. Ben didhahar dhisik wong engko mesthi nganti bengi. Nek udane ora deres banget engko aku nusul dhewe" (Saya bawakan bubur kacang hijau. Semua biar mengisi perut lebih dahulu karena nanti pasti sampai malam. Kalau hujan tidak sangat deras aku akan menyusul sendiri) kata Bu Titik kepada Rm. Bambang. Pada saat itu dia, yang sedang menunggu suaminya cuci darah di RS Panti Rapih, menyempatkan diri sebentar ke Domus Pacis. Para rama dan karyawan sudah berkemas bersiap-siap. Hari itu memang hujan turun seharian dari subuh hingga malam hari. Ketika Bu Titik sudah meninggalkan Domus, saat jam melewati angka 16.30 Bu Madi, Bu Mardanu, dan Bu Mumun bersama Pak Frans suaminya tampak masuk Domus. Beberapa saat kemudian Mas Handoko dengan Mbak Sri, istrinya, dan satu anak juga datang.

Pada jam 17.15 para relawan Domus yang nama-namanya telah disebut tadi mulai menyiapkan diri di teras kanopi depan. Mas Handoko sudah memanasi mobil grandmax. Rm. Bambang juga bersiap-siap dengan ayla. Rm. Yadi yang sore itu menjalani terapi rutin di RS Panti Rapih sudah datang dengan mobil taxi. Bu Mumun dan Bu Mardanu bergantian menelpon para relawati dari Ambarrukmo yang belum datang, karena sedianya semua sudah berkumpul pada jam 17.00. Tetapi ternyata lalu lintas baik di jalan besar maupun kecil pada sore itu amat padat dan banyak kemacetan. Meskipun demikian beberapa menit sesudah jam 17.30 rombongan mobil Ambarrukmo sudah siap. Mobil yang dikendarai oleh Bu Dini membawa Bu Tatik Santo, Bu Yanti, Bu Sri, dan Bu Heru. Dalam mobil ayla yang disopiri Rm. Bambang terisi Rm. Yadi, Bu Mumun, Bu Mardanu, dan Bu Sri Handoko serta Ivan anaknya. Kursi roda Rm. Bambang juga masuk di mobil ayla. Sementara itu Mas Handoko yang mengendari grandmax membawa Rm. Ria, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, Bu Madi, Mas Handoko, Pak Frans, Mas Abas dan 2 kursi roda. Pak Tukiran harus berangkat sendiri naik motor. Sementara itu Mas Win, pramurukti khusus untuk Rm. Ria, diminta tidak ikut untuk menjaga Rm. Tri Wahyono.

Pada malam itu rombongan relawan-relawati tersebut, yang biasa melayani acara-acara yang terjadi di Domus Pacis, bersama-sama menuju Dusun Nyamplung yang masuk Lingkungan Banteran, Paroki Mlati. Mereka akan ikut Misa 1000 hari wafat Pak Lastra, om dari Bu Rini salah satu relawati yang amat aktif di Domus Pacis. Ternyata Bu Titik Untung menyusul walau harus bermotor dengan mengenakan mantol melewati hujan. Misa malam itu dipimpin oleh Rm. Tri Margana, Rama Paroki Mlati. Rm. Ria dan Rm. Tri Hartono duduk dekat altar di kanan Rm. Tri Margana. Rm. Harto dan Rm. Bambang berada di kursi roda didepan organ. Sedang Rm. Yadi berada di teras dengan kursi roda di dampingi Pak Tukiran dan Mas Abas. Sedang rombongan relawan Domus yang tadi disebut nama-namanya duduk bersama banyak umat lain. Ternyata kehadiran rama-rama tua dari Domus Pacis ikut menyemarakkan suasana sehingga mewarnai khotbah Rm. Tri Margana. Bu Rini dan Bu Tutik, istri almarhum Pak Lastra, juga tampak amat ceria.

Berjaga-jaga Menyambut Tuhan

Try the new Yahoo Mail

Lamunan Peringatan Wajib

Beato Dionisius dan Beato Redemptus
Jumat, 1 Desember 2017

Lukas 21:29-33

21:29. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.
21:30 Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat.
21:31 Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
21:32 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
21:33 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, dunia selalu maju dan berkembang. Yang ada cepat menjadi layu dan yang baru bermunculan.
  • Tampaknya, kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan tekhnologi membuat orang tertantang harus terus menerus belajar dan berlatih. Orang tak dapat berpegang teguh pada teori-teori dan cara-cara yang dimiliki.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sepesat apapun pembaruan terhadap apapun yang ada di dunia sehingga yang ada cepat menjadi punah dan yang baru cepat menjadi basi dan orang tertantang untuk selalu belajar dan belajar, tetapi orang sadar bahwa ada yang tetap harus dipegang teguh yang tak akan pernah punah dan tak tergoyahkan, yaitu amanat relung nurani yang menjamin hadirnya damai sejahtera sejati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tak akan dibingungkan oleh keharusan pembelajaran terus menerus menghadapi realita dunia yang selalu baru dan diperbarui.
Ah, yang pokok ikut arus saja agar kebagian penghasilan.

Wednesday, November 29, 2017

Pesan Natal Bersama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Tahun 2017

diambil dari https://pgi.or.id

 

Setiap tahun menjelang perayaan Natal, 25 Desember, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengeluarkan Pesan Natal Bersama kepada umat Kristiani di seluruh Indonesia.

PGI dan KWI secara bergantian menyusun pesan Natal tersebut, namun temanya ditentukan secara bersama.

Pesan Natal tahun ini, PGI dan KWI mengambil tema ““Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah Dalam Hatimu!” (Kol. 3:15a)

Berikut teks selengkapnya:

“Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah Dalam Hatimu!”
(Kol. 3:15a)
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Natal adalah perayaan kelahiran Sang Juru Selamat dan Raja Damai. Perayaan ini mengajak kita untuk menyimak kembali pesan utamanya. Karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia, Allah telah mengutus Putra-Nya ke dunia (bdk. Yoh 3:16). Putra-Nya itu mengosongkan diri sehabis-habisnya dan menjadi manusia seperti kita (bdk. Flp 2:7). Ia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (bdk. Yoh 10:10). Ia, yang adalah Raja Damai dan Imanuel, Allah-beserta-kita, datang untuk membawa damai sejahtera kepada dunia, seperti yang diwartakan para malaikat kepada para gembala,“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2:14).

Bagi kita umat Kristiani, kelahiran Sang Raja Damai merupakan suatu momentum untuk membaharui hidup pribadi maupun hidup bersama. Sebagai umat beriman, yang dilahirkan kembali, kita harus membuka diri agar damai sejahtera Kristus benar-benar memerintah dalam hati kita (bdk. Kol 3:15a). Kita mendambakan damai sejahtera, baik dalam hidup pribadi maupun dalam hidup bersama. Kita merindukan suatu bumi yang penuh damai dan umat manusia yang makin bersaudara. Hanya dengan demikian, kita akan mengalami sukacita sejati.

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Sudah sepatutnya kita semua berusaha menemukan makna dan relevansi perayaan Natal bagi kita umat Kristiani dan bagi bangsa Indonesia. Perayaan Natal seharusnya menjadi momentum indah bagi kita untuk menyadari  kembali tugas perutusan serta komitmen kita, sebagai elemen bangsa dan negara tercinta ini. Kondisi dan situasi bangsa Indonesia saat ini merupakan tantangan sekaligus panggilan bagi kita untuk merenungkan dan menarik secara lebih seksama makna dari seruan Santo Paulus, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kol 3:15a).

Kata-kata Paulus ini seharusnya mendorong kita untuk terus-menerus mengupayakan terwujudnya damai sejahtera, karena hanya dengan demikian kita memahami makna sejati Natal.

Sebagai anak-anak Allah, sumber damai kita, kita harus mewujudkan komitmen kristiani kita, yakni menjadi pembawa damai (bdk. Mat 5:9).

Saat ini kita sedang cemas. Persatuan kita sebagai bangsa Indonesia sedang terancam perpecahan. Keresahan dan kecemasan itu semakin terasa beberapa tahun belakangan ini. Ada pihak-pihak yang, entah secara samar-samar atau pun secara terang-terangan, tergoda untuk menempuh jalan dan cara yang berbeda dengan konsensus dasar kebangsaan kita, yaitu Pancasila. Hal itu terlihat dalam banyak aksi dan peristiwa: dalam persaingan politik yang tidak sehat dan yang menghalalkan segala cara, dalam fanatisme yang sempit, bahkan yang tidak sungkan membawa-bawa serta agama dan kepercayaan, dan dalam banyak hal lainnya. Dengan demikian, hasrat bangsa kita untuk menciptakan damai sejahtera menjadi sulit terwujud.

Cita-cita luhur bangsa Indonesia, sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan UUD 1945, untuk menciptakan persatuan, keadilan sosial dan damai sejahtera, bukan saja di antara kita, tetapi juga di dunia, masih perlu kita perjuangkan terus bersama-sama. Sistem dan mekanisme demokrasi masih perlu kita tata dan benahi terus agar mampu mewujudkan secara efektif cita-cita bersama kita. Tentu saja hal ini tidaklah mudah.

Sebagai elemen bangsa, yang adalah kawanan kecil, kita, umat Kristiani tidak mampu menyelesaikan semua persoalan yang kita hadapi hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Inilah saatnya bagi kita untuk membiarkan damai Kristus memerintah dalam hati. Damai Kristus, yang memerintah dalam hati kita, merupakan kekuatan yang mempersatukan dan merobohkan tembok pemisah, “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (Ef 2:14). Hanya dengan damai Kristus yang menguasai hati kita, kita akan dimampukan untuk membuka diri, merangkul dan menyambut sesama anak bangsa dan bersama mereka merajut kesatuan dan melangkah bersama menuju masa depan yang semakin cerah.

Inspirasi dan kekuatan spiritual yang mendorong kita untuk mewujudkan kesatuan dan  untuk sungguh-sungguh melibatkan diri dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia yang tercinta, kita timba dari kabar sukacita Yesaya: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan kepada kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya”(Yes 9:5-6).

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus

Kita selalu mendambakan damai sejati, yang dilandaskan pada keadilan dan kebenaran. Isi kabar sukacita Natal adalah kelahiran Sang Messias, yang akan mengokohkan Kerajaan-Nya, yaitu kerajaan keadilan dan kebenaran, di mana kita semua adalah warganya. Sebagai warga Kerajaan itu kita ditantang untuk memperjuangkan kesatuan, persaudaraan, kebenaran dan keadilan serta damai sejahtera. Memperjuangkan keadilan, memperkecil jurang kaya dan miskin, memberantas korupsi, merobohkan tembok pemisah atas nama suku, agama dan ras adalah mandat Injili yang mesti kita perjuangkan di bumi Indonesia ini.

Ketika kita sendiri berusaha memberikan kesaksian dalam usaha mewujudkan keadilan, kebenaran, damai sejahtera dan persaudaraan, tentu kita patut mawas diri. Mungkin kita masih menutup diri dalam kenyamanan hidup menggereja, sehingga lalai mewujudkan diri sebagai garam dan terang dunia. Mungkin kita sendiri masih enggan mengulurkan tangan kasih dan persaudaraan kepada sesama anak bangsa, terutama kepada mereka yang kecil dan terpinggirkan. Bukankah damai sejahtera hanya dapat terwujud ketika kita berhasil mengalahkan kepentingan diri demi kebaikan bersama? Bukankah Raja Damai yang lahir ke dunia menyadarkan kita bagaimana Dia telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Fil 2:7)?

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus

Sebagai warga Kristiani, kita sendiri ditantang untuk tak henti-hentinya mewujudkan damai sejahtera, kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Karena itu, kita patut bersyukur atas hasil kerja keras dari Komisi Gereja Lutheran dan Katolik untuk menggalang persatuan. Selama 500 tahun, kita merajut kerukunan dan kehangatan persaudaraan di antara kita dengan jatuh bangun. Dari Juru Selamat, yang adalah Jalan, Kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6), kita belajar untuk merendahkan diri dan membuka diri satu sama lain. Dalam semangat itulah, kita belajar mengulurkan kebaikan dan kasih kepada sesama. Kita belajar saling mengampuni dan memaafkan. Jika ada kasih dan damai dalam hati kita masing-masing, kita akan bersukacita dan dapat bersama-sama mewujudkan komunitas ekumenis. Dengan bersatu sebagai umat Kristiani, kesaksian kita tentang kerukunan dan persaudaraan kepada masyarakat majemuk di negeri ini lebih berarti dan meyakinkan.

Selain rukun dengan sesama, damai yang dibawa Sang Juru Selamat juga mengajak kita untuk berdamai dengan segenap ciptaan. Saat ini ciptaan sedang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya. Tanpa tanggungjawab kita menggunakan dan menyalah-gunakan kekayaan yang ditanamkan Allah di dalamnya. Mewujudkan damai sejahtera dengan alam ciptaan berarti bertanggungjawab memulihkan keutuhannya. Selain itu, kita wajib mewujudkan keadilan dalam hidup bersama, karena alam merupakan sumber hidup yang disediakan Tuhan bagi semua manusia, dan bahwa segala sesuatu bersatu dan tertuju kepada Kristus sebagai kepala (Kol 1:15-22).   Dengan demikian, masih ada banyak yang perlu kita kerjakan untuk menciptakan kerukunan dan persaudaraan, sementara dilain pihak kita patut selalu bersyukur karena karya besar Tuhan yang kita alami bersama.

Semoga perayaan Natal mendorong dan menyemangati kita semua untuk belajar dan mengembangkan kemampuan menerima perbedaan dan menyukurinya sebagai kekayaan kehidupan bersama kita di negeri ini. Marilah kita menghidupi dan mengembangkan damai sejahtera yang merupakan anugerah dari Allah, dengan jalan merangkul sesama, merawat ciptaan serta memajukan kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Hanya dengan demikian, kita dapat memberi kesaksian bahwa damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita. Selamat Natal, Tuhan memberkati.

SELAMAT NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018
Jakarta, 22 November 2017
Atas nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA                                    KONFERENSI WALIGEREJA
         DI INDONESIA (PGI)                                                              INDONESIA (KWI)

Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang                                                       Mgr. Ignatius Suharyo
Ketua Umum                                                                                       Ketua

Pdt. Gomar Gultom                                                                          Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC
Sekretaris Umum                                                                              Sekretaris Jenderal

Menjawab Segera PanggilanNya



Rangkuman Hari Studi Para Uskup 2017: Gereja Mesti Tetap Menjadi “Lumen Gentium”

Copas dari WAG EKSIM BARU ASELI kiriman FransPriyo-NunikPurwani
 
Dengan mempertimbangkan situasi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dan mengingat panggilan Gereja sebagai pewarta pengharapan, Hari Studi Para Uskup dalam Sidang Tahunan KWI 2017 selama tiga hari di Aula KWI, Jakarta Pusat membedah tema  “Gereja yang Signifikan dan Relevan: Panggilan Gereja Menyucikan Dunia.”

Setelah mendengarkan pemaparan para narasumber dan melalui diskusi panjang di antara para Gembala serta debat-debat alot di antara mereka, akhirnya membuahkan hasil berupa sebuah rangkuman dari pengamat proses Hari Studi Para Uskup 2017. Pengamat proses tersebut adalah Rm. Dr. Peter C. Aman OFM, dosen Moral Kristiani STF Driyarkara.

Menurut pengamatan Direktur Komisi JPIC-OFM Indonesia ini di tengah carut-marut kondisi bangsa dan negara saat ini, Gereja Katolik tidak kehilangan asa dan gagasan untuk merajut kesatuan dan mengupayakan keadilan serta merawat keutuhan keluarga bangsa Indonesia. Gereja mesti tetap menjadi “lumen gentium” dan mesti menegaskan peranannya di tengah dunia modern dengan mengintegrasikan “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat Indonesia zaman ini.”  Atas dasar keprihatinan serta hasrat kuat demi bangsa dan Gereja itulah, tahun ini Gereja menegaskan gerak-langkahnya dalam tema: “Menjadi Gereja yang Relevan dan Signifikan: Panggilan Gereja Menyucikan Dunia.”

Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana Gereja merumuskan perannya di tengah masyarakat Indonesia saat ini?

Lanjutnya, hal tersebut bisa dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini:

Kondisi yang digambarkan para narasumber selama hari studi ini berpotensi menghancurkan bangunan kebangsaan, maka Gereja ditantang untuk menjadi kekuatan masyarakat warga dalam memperjuangkan kebersamaan dan merawat Pancasila, demi mewujudkan keluarga bangsa Indonesia atas dasar Pancasila.

1. Gereja perlu berjerih payah dan bekerja keras dengan semua yang berkehendak baik, serta mengoptimalkan potensinya sendiri untuk berkiprah dan terlibat di banyak bidang dan lembaga-lembaga publik. Gereja dalam sejarahnya dikenal karena memberi kontribusi besar bagi bangsa dan negara Indonesia di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-karitatif.

2. Mengupayakan pemurnian dan optimalisasi tugas Gereja menyucikan dunia melalui perjuangan perwujudan nilai-nilai Pancasila, dengan demikian Gereja akan tetap relevan dan signifikan bagi dunia, khususnya Indonesia.. Menyucikan dunia berarti menjadikannya selaras kehendak Bapa, maka di sini seruan Evangelii Gaudium mendekati kenyataan, menjadi “Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, bukan Gereja yang menutup diri dalam kenyamanannya sendiri” (bdk. EG 49). Lorong kemartiran mungkin mesti dilalui.

3. Para Gembala perlu semakin menyadari bahwa padang rumput Indonesia semakin gersang. Maka, para Gembala ditantang untuk tetap setia, menyerupai Sang Gembala Agung. Para gembala berbau domba adalah tuntutan nyata, merajut kesatuan dan hadir dalam kehidupan umat; bahkan memberi terang pengarah atau menjadi suara hati dunia, seperti kata Paus Paulus VI. Gereja diminta bersuara untuk keadilan dan perampasan hak-hak masyarakat, merevitalisasi organisasi-organisasi Katolik agar lebih terlibat dalam persoalan bangsa, serta meretas jalan bagi evangelisasi yang memperhitungkan soal-soal sosial, budaya serta keadilan sosial-ekologis.

4. Gereja ditantang untuk keluar menebarkan kasih sayang tulus bagi masyarakat Indonesia, di tengah realitas masyarakat yang semakin eksklusif berdasar agama atau kepercayaan. Berdialog dengan tulus, berbagi kebaikan tanpa ingin menguasai adalah pintu lebar bagi dialog iman dan perwujudan kebersamaan persaudaraan. Untuk itu Gereja Katolik ditantang untuk mengintegrasikan spirit dialog dalam kebijakan pastoral dan formasi tenaga pastoral ke depan. Nilai-nilai Pancasila, yang memang sejalan dengan nilai-nilai Kristiani, dapat diangkat dalam pastoral dan refleksi teologis Gereja (teologi Pancasila).

5. Memajukan peran Gereja (kerja sama awam-hierarki) dalam pendidikan nilai-nilai Pancasila serta mendorong awam untuk terjun ke bidang politik, ekonomi dan pemerintahan. Mengasah kepekaan dan mendorong aksi: mewujudkan tugas dan tanggung jawab sosial awam Katolik agar menjadi pelaku keadilan dan pemulih keutuhan ciptaan. Menggalakkan usaha pembangunan ekonomi dengan memperhatikan hak-hak masyarakat (adat), keadilan dan perlindungan lingkungan hidup. Jurang kaya miskin mesti menjadi komitmen awam Katolik untuk mencegah semakin lebarnya kesenjangan itu dan pencabutan hak-hak masyarakat serta kecemburuan sosial. Kerasulan kepada awam-awam kaya perlu dilakukan. Kedamaian hanya dapat terwujud jika ada keadilan. Mewujudkan keadilan adalah saripati dari tugas mewartakan Injil. Pendampingan dan panduan pemimpin Gereja untuk awam agar berani terlibat di pelbagai lini kehidupan terasa makin perlu.

6. Para gembala Gereja diharapkan menjadi promotor utama untuk mendekatkan Gereja dengan masyarakat, agar Gereja tidak terkesan eksklusif, tetapi hadir dalam gerakan afirmatif melalui aksi sosial, pemberdayaan masyarakat serta membangun kebersamaan hidup demi mengikis kecemburuan, antipati dan penolakan. Kerja sama dengan pemerintah, pemimpin-pemimpin masyarakat/adat dan agama menjadi pilihan penting untuk pemimpin Gereja. Memajukan peran masyarakat awam, terutama tokoh-tokoh adat, yang sebenarnya masih signifikan, kendati sering diperalat korporasi.

Sumber : Dokpen KWI (PS)

Lamunan Pesta

Santo Andreas, Rasul
Kamis, 30 November 2017

Mateus 4:18-22

4:18. Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
4:19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
4:20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
4:21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka
4:22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa orang akan berada di depan wajah Tuhan karena tekun dalam beragama. Dengan rajin ikut aktivitas keagamaan orang berada dalam lingkungan ilahi.
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa Tuhan akan memberi perhatian khusus pada yang rajin berdoa dan beribadat. Dengan berdoa dan beribadat orang berjumpa secara pribadi dengan yang ilahi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun doa dan ibadat serta berbagai kegiatan keagamaan memudahkan orang teringat yang ilahi, orang sungguh terpandang di hadapan Tuhan terutama karena komitmennya dalam menjalani tugas hidup harian dan segala yang dikerjakan selalu memiliki bobot perjuangan kemanusiaan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dengan pekerjaan apapun selalu dilakukan dalam rangka kebutuhan kebaikan umum.
Ah, yang pokok dalam bekerja ya cari uang.

Tuesday, November 28, 2017

Harga Kemuridan

Lamunan Pekan Biasa XXXIV

Rabu, 29 November 2017

Lukas 21:12-19

21:12 Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku.
21:13 Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
21:14 Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.
21:15 Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.
21:16 Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh
21:17 dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku.
21:18 Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.
21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, sekalipun bersalah akan berjuang untuk membebaskan diri dari jeratan-jeratan hukum di depan pengadilan. Dia akan mencari celah-celah hukum untuk mencari pembenaran.
  • Tampaknya, sekalipun benar orang bisa lari bersembunyi kalau berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang membecinya. Dia dapat mengubah sikap dengan dalih-dalih tertentu di depan hakim kalau harus berhadapan dengan pengadilan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun di depan pengadilan terjadi persaingan untuk memenangkan perkara, hal itu tidak menjadi keprihatinan utama bagi seorang pejuang kebaikan umum karena memiliki keyakinan bahwa kehidupan sejati datang karena kekuatan bertahan dalam kebenaran sekalipun berhadapan dengan berbagai ancaman dan aniaya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang mendapatkan daya hidup sejati yang tetap ceria bercaya di tengah gelapnya ancaman dan marabahaya.
Ah, di pengadilan yang paling pokok orang mencari menang.

Monday, November 27, 2017

Tak Mau Kupat


Kalau sudah masuk golongan lanjut usia, apalagi terjangkit penyakit-penyakit tua, orang dapat mengalami ketidakmampuan mengorganisasi organ-organ tubuh. Dua hal yang mudah mengganggu orang lain dalam kebersamaan adalah ketidakmampuan menahan kencing dan berak. Tak sedikit seorang lansia yang merasa mau buang air kecil dan ketika dia mulai melangkah menuju toilet, air seni sudah nyelonong keluar tidak menunggu aba-aba. Demikian juga kelompok tinja bisa mendadak nyelonong dari dubur ketika orang baru berniat dalam hati untuk berak. Kondisi seperti ini juga terjadi untuk beberapa rama di Komunitas Rama Domus Pacis. Maka, kalau kencing dan berak saja mudah keluar, kentut pun pasti tidak menjadi hal yang disoalkan. Ternyata rama-rama Domus Pacis memiliki jurus untuk tidak terganggu terhadap yang di antara mereka memiliki masalah-masalah kelansiaan tersebut. Jurus itu amat mudah dan sederhana tetapi membutuhkan sikap hati menguatkan telinga tak terganggu oleh suara "tak sopan". Para rama Domus, yang kalau omong-omong secara praktis hanya pada saat makan, biasa berkelakar tentang kondisi-kondisi kelansiaan tadi. Berceritera pengalaman-pengalaman ngompol dan kecirit sambil makan sudah tidak mengganggu kenikmatan dan kelahapan. (Tentu saja, hal ini tak terjadi bila ada tamu ikut makan.)


Yang mengherankan, tampaknya dari suasana saling ceritera dan saling mentertawakan, itu semua menjadi seperti terapi mengurangi kondisi dol (tak mudah menahan). Barangkali dengan tidak mempersoalkan realita kelansiaan membuat kaum lansia mendapatkan kesadaran tanda-tanda awal kalau akan kencing atau berak. Kelakar "tak sopan" seperti itu misalnya terjadi pada makan siang Senin 20 November 2017. Pada saat itu di antara menu terdapat tahu kupat. Rm. Harto minta Mas Abas, yang biasa menyuapi, untuk mengambilkan menu itu. Tahu, taoge, sayuran lain, dan kuah kecap sudah berada dipiring. Tetapi Rm. Harto dengan telunjuk tangannya menunjuk-nunjuk sambil berkata sesuatu. Tangan beliau, yang selalu bergerak-gerak karena tremor, membuat jari telunjuk menunjuk sana-sini. Suara yang lemah membuat omongan tak jelas. "Niki?" (Minta ini?) kata Rm. Bambang menunjuk lauk tertentu, yang diulang-ulang sambil menunjuk menu lain. Tetapi Rm. Harto selalu memberi kode "Bukan" dengan telapak tangan yang lain. Mas Abas, yang berusaha bertanya beberapa kali tetapi tidak memahami jawabannya, tiba-tiba berkata "Oooo, mboten kersa mawi kupat" (Oooo, tidak mau memakai kupat). Rm. Yadi bertanya kepada Rm. Bambang "Mboten purun mawi napa?" (Tak mau pakai apa?) yang dijawab "Kupat". Sesudah itu terjadi gelak tawa dari semua yang ada di kamar makan, karena Rm. Yadi dengan sembrono berkata "Oooo, kula kira KOPET" (Oooo, saya kira TAI KECIL DI CELANA ORANG).

Bertahan Sampai Akhir

Try the new Yahoo Mail

Lamunan Pekan Biasa XXXIV

Selasa, 28 November 2017

Lukas 21:5-11

21:5. Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus:
21:6 "Apa yang kamu lihat di situ--akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
21:7 Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?"
21:8 Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.
21:9 Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."
21:10 Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan,
21:11 dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada umumnya orang merindukan hidup aman tentram. Orang menginginkan kedamaian bebas dari segala permasalahan.
  • Tampaknya, berhadapan dengan berbagai masalah sosial yang tumpang tindih orang dapat kebingungan. Orang dapat terpikat pada sosok-sosok yang menawarkan berbagai pemecahan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sehebat apapun upaya menghadapi dan berjuang membebaskan diri dari berbagai permasalah, itu semua dapat menjadi sia-sia kalau orang, baik secara pribadi maupun bersama, di tengah masyarakat tidak memiliki sikap waspada dalam hatinya untuk selalu menyadari permasalahannya karena setiap perkembangan hidup dan jaman selalu membawa masalahnya sendiri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu sadar dan waspada menghadapi berbagai permasalahan sehingga tak akan kena arus asal tak konflik.
Ah, hidup kongkret itu ikut saja arus umum.

Sunday, November 26, 2017

Mau Menghibur, Malah Terhibur


Senin itu, tanggal 20 November 2017 sekitar jam 10.45an, Rm. Bambang sedang berbaring tiduran. Maklumlah, dia terbiasa bangun dini hari dan kemudian mengerjakan tulisan dan pengiriman renungan di internet. Maka, sesudah makan pagi Rm. Bambang biasa mulai mengantuk. Tiba-tiba dia mendengar suara Mas Abas "Rama, wonten rombongan saking Nanggulan" (Rama, ada rombongan dari Nanggulan) yang dijawabnya "Nggo kabeh apa mung nggo Rama Harto?" (Untuk semua rama atau hanya untuk Rama Harto?). Rm. Bambang bertanya seperti itu karena pernah terjadi ada rombongan dari Nanggulan, dan Rm. Bambang terlanjur memberi tahu rama-rama lain, ketika datang bilang akan mengunjungi Rm. Harto.


Tetapi pada hari itu rombongan, yang ternyata kelompok lansia Paroki Nanggulan, datang untuk semua rama Domus Pacis. Rm. Yadi, Rm. Ria, Rm. Harto, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Bambang bersama-sama menyambut di ruang pertemuan dalam. Sesudah kata-kata pembuka dari seorang bapak, bapak lain tampil dan berkata "Marilah kita menyanyikan lagu-lagu untuk menghibur para rama sepuh" dan kemudian memimpin beberapa lagu dengan semangat model PIA (Pendampingan Iman Anak). Kemudian terjadi omong-omong antara pengunjung dan para rama. Dari omong-omong ini tercipta suasana meriah penuh gelak tawa. Ini terjadi karena cerita-cerita sharing yang muncul dari para rama. Tiba-tiba salah satu pengunjung berkata "Wah, kita datang untuk menghibur ternyata malah terhibur". Di akhir acara, para tamu minta rama memberkati bunga-bunga tabur, karena mereka akan melanjutkan perjalanan untuk berziarah di makam rama-rama Kentungan. Sesudah Rm. Yadi memberkati bunga-bunga, Rm. Harto menyampaikan berkat untuk semua.

Memberi dengan Murah Hati

Try the new Yahoo Mail

Lamunan Pekan Biasa XXXIV

Senin, 27 November 2017

Lukas 21:1-4

21:1. Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
21:4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, uang memang menjadi kebutuhan dalam kehidupan kongkret. Bahkan pada masa kini kehidupan apa saja kerap dihitung dengan uang.
  • Tampaknya, uang juga menjadi kesibukan besar dalam hidup keagamaan. Agama yang merupakan gerakan rohani juga amat membutuhkan uang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sebanyak apapun sumbangan uang atau derma diberikan untuk agama demi kebutuhan kegiatan-kegiatan dan kehidupan para petugasnya, hal itu tidak akan menjadi tolok ukur besar kecilnya persembahan sejati yang berakar pada sikap lepas bebas dari penguasaan harta, sehingga sesedikit apapun derma kaum miskin dapat bernilai jauh lebih besar dibandingkan dengan sebanyak apapun pemberian orang kaya yang menjadi bagian kecil dari limpahan besaran bunga simpanan uang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tidak akan menilai keluhuran orang lain dari bentuk-bentuk pemberian material dan finansial.
Ah, bagaimanapun juga yang banyak menyumbang uang ya harus amat dihargai lebih.

Tindakan Kasih Kerahiman

Friday, November 24, 2017

Lamunan Hari Raya

Tuhan Yesus Raja Semesta Alam
Minggu, 26 November 2017

Matius 25:31-46

25:31. "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat merasa bahagia karena kedekatannya dengan kaum populer. Dia memiliki pergaulan enak dengan para pejabat yang memiliki kedudukan sosial terhormat.
  • Tampaknya, orang juga dapat amat senang karena kedekatannya dengan kaum selebritis. Dia memiliki pergaulan enak dengan para artis kesohor di tengah masyarakat luas.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul mesra dengan kedalaman batin, sebanyak apapun kedekatan seseorang dengan para pejabat dan artis populer dalam perbincangan masyarakat luas, hal itu tidak akan menjadikan dia memiliki martabat sejati yang menghadirkan kebanggaan dan kebahagian mendalam yang tak lekang oleh jaman dan rusaknya dunia yang sesungguhkan diperoleh seseorang tanpa sadar karena kebiasaan dekat peduli pada kaum kecil dan tak terpandang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang secara alami dekat dengan Tuhan karena kebiasaannya berbela rasa dengan yang papa dan tak terpandang.
Ah, yang membahagiakan itu justru dekat dengan orang gede dan populer.

Hari Raya Kristus Raja Thn A - 26 Nov 17 (Mat 25:31-46)

diambil dari http://www.unio-indonesia.org/content ditulis oleh admin pada Sel, 21/11/2017 - 05:57
ilustrasi dari album Blog Domus


MENGAPA IA DISEBUT RAJA?

Rekan-rekan yang budiman!

Digambarkan dalam Mat 25:31-46 bagaimana pada akhir zaman nanti Anak Manusia akan datang sebagai raja untuk menghakimi semua bangsa. Pahala akan diterima oleh mereka yang berbuat baik kepadanya ketika ia lapar, haus, tak ada kenalan, telanjang, sakit, bahkan dipenjara. Mereka yang tak punya kepedulian akan tersingkir. Mereka tidak menyadari bahwa perlakuan kepada salah satu dari saudaranya yang paling hina sama dengan perbuatan terhadapnya sendiri. Bagaimana memahami ajaran Injil yang dibacakan pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam tahun A ini? Beberapa hal saya sudah bicarakan dengan Matt sendiri. Karena akan berguna bagi rekan-rekan, berikut ini saya kutipkan balasannya. Ia juga ada pesan khusus pada akhir suratnya. Semoga bermanfaat,

A. Gianto.
=======================================

[...] Gus, pengajaran Yesus ini kutemukan dalam sumber yang tidak dikenal Mark maupun Luc. Juga Oom Hans tidak menyebutnya. Bahan itu kemudian kutaruh bersama dengan beberapa pembicaraan lain mengenai akhir zaman dalam bab 24-25 dengan penyesuaian di sana sini. Juga kusisipkan perumpamaan Anak Manusia memisahkan bangsa-bangsa ibarat “gembala memisahkan domba dari kambing” (Mat 25:32). Yang dimaksud di sini, penghakiman itu tidak terjadi dengan semena-mena. Ia mengenal mereka sebagai gembala mengenal kawanannya satu per satu. Ia tahu siapa yang membiarkan diri diberkati. Seperti domba-domba, mereka ini akan diberinya tempat aman di sebelah kanannya. Tetapi yang menyukai kekerasan – seperti kambing – akan dijauhkannya.

Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaannya

Apakah ini ramalan? Sama sekali bukan bila yang dimaksud ialah “pengetahuan gaib tentang masa depan”. Yang hendak disoroti ialah keadaan yang sedang berlangsung kini. Begini, kita biasa memahami masa sekarang sebagai kelanjutan dan akibat peristiwa-peristiwa di masa lampau. Nah, dalam petikan ini semuanya digeser ke depan dan dengan demikian dapat menjadi pengarahan dan harapan. Keadaan sekarang ini dibayangkan sebagai “masa lampaunya” kejadian “kelak”. Namun pengertian kami mengenai jalannya sejarah tidak seperti mesin, bila begini pasti begitu. Kami justru melihat adanya unsur pokok yang tidak dikuasai hukum-hukum perjalanan waktu, yakni kehadiran Yang Ilahi. Kehadiran-Nya bisa memberi arah baru pada sejarah kemanusiaan dengan cara-cara yang tidak kita duga sama sekali. Baru kita sadari setelah terjadi. Dan yang kalian dengarkan hari ini ada dalam arah itu. Kehadiran Yang Ilahi itu dibicarakan dengan memakai gagasan tampilnya “Anak Manusia” dalam kemuliaannya tapi yang tidak langsung dikenali. Orang bertanya “Kapan kami melihatmu...?"

“Anak Manusia” di sini berhubungan erat dengan yang sosok yang digambarkan dalam Dan 7:13. Di situ Daniel melihat ada sosok yang “seperti anak manusia” datang mengarah kepada Yang Mahakuasa untuk menerima kuasa atas bumi dan langit. Lihat, kuasa ini diberikan bukan kepada malaikat, atau makhluk ilahi, melainkan kepada tokoh yang memiliki ciri-ciri sebagai manusia itu. Dikatakan bahwa ia “mengarah” ke Yang Mahakuasa. Dia melambangkan kemanusiaan yang terbuka bagi keilahian, tidak menutup diri atau malah mau menyainginya. Semua ini ikut disampaikan dalam pengajaran Yesus dalam petikan Injil hari ini. Anak Manusia tampil sebagai dia yang kini menduduki takhta kemuliaannya tetapi tetap mengarahkan diri kepada Yang Mahakuasa. Dalam ay. 34 ia malah terang-terangan menyebut-Nya sebagai Bapa yang telah menyiapkan tempat bagi mereka yang diberkati.

Dalam bahasa yang dipakai Yesus, bahasa Aram, ungkapan “anak manusia” itu ungkapan sehari-hari dan artinya sama dengan “manusia”, tapi dengan penekanan pada sifatnya sebagai makhluk di hadapan Pencipta. Dalam alam pikiran kami, seluruh umat manusia itu makhluknya Yang Mahakuasa. Yesus beberapa kali merujuk pada dirinya sendiri sebagai “Anak Manusia”. Ia hendak mengatakan, ia tahu tempatnya sebagai manusia di hadapan Pencipta. Hidupnya berasal dari Dia. Karena itu, Yesus mengajarkan bahwa Sang Pencipta dapat dipanggil sebagai Bapa. Coba ucapkan doa Bapa Kami – di situ terpeta siapa Dia yang dapat dipanggil Bapa tadi.

Ingat kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias – Yang Terurapi – Anak Allah yang hidup (Mat 16:16)? Tetapi kemudian Yesus melarang murid-muridnya memberitahukan kepada siapa pun bahwa ia Mesias (16:20). Ia malah berbicara mengenai penderitaannya; ia bakal ditolak, dibunuh, tetapi akan dibangkitkan pada hari ketiga (16:21). Kata “ia” yang kupakai di situ menjelaskan makna ungkapan aslinya, yakni “Anak Manusia”, yang ada dalam tulisan Mark yang menjadi sumberku (Mrk 8:31). Luc malah menampilkannya jelas-jelas dalam ujud kutipan langsung (Luk 9:22). Yesus ingin agar murid-muridnya mengerti terlebih dahulu bahwa kemesiasannya itu hanya berarti bila disertai pengakuan diri sebagai makhluk di hadapan Pencipta. Juga baru dengan demikian ia dapat tampil sebagai Mesias yang senasib sepenanggungan dengan manusia.

Semua bangsa akan dikumpulkannya

Kau bertanya apakah “semua bangsa” dalam Mat 25:32 merujuk kepada seluruh umat manusia, seperti kerap ditafsirkan. Terus terang bukan itulah yang kupikirkan. Kau tahu kan, istilah ini berasal dari tradisi Perjanjian Lama. Di situ “bangsa-bangsa” ialah mereka yang tidak termasuk “umat Allah”, yakni yang bukan orang Yahudi. (Bdk. Mat 24:14, juga 28:19 yang kaubicarakan bagi Pesta Kenaikan Tuhan.) Tetapi di kalangan kami juga timbul pertanyaan yang mengusik batin. Dapatkah “bangsa-bangsa” itu ikut masuk hidup abadi? Atau mereka tak masuk hitungan? Memang kami beruntung karena jadi bangsa terpilih, tapi kami kan tak boleh melupakan orang lain.

Menurut Yesus, keselamatan “bangsa-bangsa” itu bergantung pada perlakuan mereka kepada sang raja ketika ia lapar, haus, tak ada tumpangan, telanjang, sakit, dipenjara. Tapi ketika mereka bertanya kapan mereka ada kesempatan berbuat demikian terhadap dia, sang raja menjawab, yang kalian perbuat terhadap “salah seorang (saudaraku) yang paling hina ini” (ay. 39 dan 45) sama dengan yang kauperbuat terhadapku. Maksudnya orang yang termasuk kaumnya sang raja, termasuk bangsa terpilih. Yesus tidak menghapus tradisi mengenai bangsa terpilih, tetapi malah mengembangkannya. Jawaban ini genial. Mereka yang di luar lingkungan bangsa terpilih dapat ikut menikmati keselamatan bila mereka menghargai yang paling kecil dari bangsa terpilih tadi.

Penting kalian ketahui, pembicaraan tadi ditujukan terutama kepada kami, yakni para pengikut Yesus yang berasal dari lingkungan Yahudi, yang merasa lebih beruntung daripada “bangsa-bangsa”. Mereka sendiri bukanlah pendengar yang dimaksud. Karena itu janganlah petikan ini ditafsirkan sebagai imbauan kepada mereka agar berbuat baik kepada orang seperti kami, berikut janji pahala dan ancaman hukuman. Yesus bukan guru yang naif. Sapaannya itu sebenarnya diarahkan kepada kami yang merasa sudah mengikuti dia. Ia mau berkata, bangsa-bangsa itu akan ikut selamat bila kalian membiarkan diri menjadi jalan bagi mereka. Hiduplah menurut kehendak Bapa, jadilah “saudaraku” yang sungguh, sehingga orang luar – “bangsa-bangsa” itu – dapat melihat integritas kalian dan memperlakukan kalian dengan baik.

Terlihat betapa manusiawinya ajaran Yesus itu tapi juga betapa luhurnya Anak Manusia yang mengajarkan semua ini. Tak heran ia disebut Raja semesta alam! Inilah corak universal ajarannya. Seperti dikisahkan teman kita Luc, komunitas pengikut Yesus diperkaya dengan ikut sertanya “bangsa-bangsa”, yakni orang-orang seperti Kornelius dan orang-orang yang mendengarkan pewartaan Paul di mana-mana.

Saran dan pesan

Bukan maksudku mengajak kalian memandangi zaman dulu saja. Aku tahu kalian memahami diri sebagai umat Allah yang baru. Begitu kan teologi Gereja kalian? Konsekuensinya, kalian diharapkan berani menjadi “saudara”-nya Yesus, sekecil apa saja. Bisakah kalian menerima kenyataan Sabda Bahagia? Kalau ya, teruskan, dan kalian akan menjadi jembatan emas bagi “bangsa-bangsa” di zaman kalian. Terus terang sampai hari ini aku masih gelisah memikirkan apa nanti akan ada yang terpaksa perlu ditempatkan di sebelah kiri dan dienyahkan. Bila ya, artinya kami gagal membuat pihak-pihak lain melihat bahwa kepercayaan yang kami hayati itu patut mereka tanggapi baik-baik. Kami juga akan merasa kurang mampu menunjukkan diri betul-betul saudara raja tadi. Gus, mintakan pertolongan rekan-rekan, tutuplah kekurangan kami di masa lampau dengan yang bisa kalian buat sekarang. Dan kami akan lebih tenang. Kalian itu sambungan hidup kami!

Ini juga penghabisan kalinya Injil Matius kalian bacakan pada hari Minggu. Gus, terima kasih telah berusaha menguraikan kisah-kisahku tentang Yesus bagi orang zaman ini. Tidak perlu kita selalu sekata mengenai semua hal. Bila begitu nanti khazanah Injil malah tidak tertimba. Bila dua ahli Kitab saling mengulang, apa yang bisa dituai pendengar? Itu itu juga! Kita kan dididik berani memasuki liku-liku teks agar semakin diperkaya dalam berinteraksi dengannya. Dan teksnya sendiri akan mekar jadi indah. Bila begitu peneliti teks boleh berkata, dalam bahasa Yunani, “mathēteutheis” (Mat 13:52), artinya, “telah memperoleh hikmat pengajaran”. Ah, tak usah menduga-duga apa bunyi kata itu mau mengingatkan nama resmiku, “Maththaios”.

Mulai Minggu depan kalian akan lebih sering mendengarkan Mark. Juga Oom Hans akan datang. Mark itu hemat kata. Ia mengikhtisarkan pengajaran Petrus di Roma bagi pendengar yang ingin tahu siapa Yesus Kristus itu. Luc dan aku sendiri berhutang banyak kepada Mark. Dan juga Oom Hans, meski beliau baru menerbitkan bukunya setelah kami semua selesai menulis! Kalian pasti akan belajar banyak dari mereka berdua. Dan engkau sendiri masih akan menulis tentang mereka kan?

Selamat tinggal! Sampaikan salam kepada rekan-rekan di Internos,

Matt