Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, November 1, 2017

Api Penyucian



Didasarkan pada tulisan Zachary Hayes, OFM tentang “Purgatory” dalam The New Dictionary of Theology.
Editors: Joseph A. Komonchak, Mary Collins, dan Dermot A. Lane. Michael Glazier, Inc, United States of America: 1987.

            Di dalam agama Roma Katolik salah satu pokok iman yang hidup adalah kepercayaan akan adanya “api pencucian”. Terhadap pokok kepercayaan ini, umat biasa berdoa dengan rumus “Semoga para saudara yang ada di api pencucian karena belas kasihan Allah mendapatkan kebahagiaan kekal”. Untuk memahami salah satu pokok iman ini, di sini akan dipaparkan sejarah, ayat-ayat Kitab Suci, ajaran Gereja resmi, dan beberapa pemahamannya.


Sejarah Api Penyucian

            Ada yang mengatakan bahwa istilah “api penyucian” sudah biasa pada zaman Bapa-Bapa Gereja (akhir abad I hingga pertengahan abad VIII)*). Tetapi hal ini menjadi permenungan khusus pada akhir abad XII. Api Penyucian dimengerti sebagai “tempat” di antara neraka dan sorga. Pada abad XIII ini menjadi bahan kuliah dan terkenal dengan para penulis seperti Caecar dari Heisterbach dan Stephen dari Bourbon. Dalam perkembangannya, teologi akhir Abad Pertengahan mencermati hubungan antara api pencucian, pengampunan, pengakuan dosa, indulgensi dan “kekuatan kunci-kunci”.

            Ajaran tentang api penyucian ternyata menjadi pertentangan antara Gereja Roma Katolik dengan Gereja Ortodoks/Timur, dan antara Gereja Roma Katolik dengan Gereja Protestan. Ini semua berkaitan dengan paham tentang keselamatan. Gereja Roma Katolik  menekankan gambaran-gambaran hukum, sementara itu Gereja Ortodoks/Timur dalam harmoni kerohanian kontemplatif menekankan pembersihan atau penyucian dengan istilah kematangan dan pertumbuhan. Ada pun Gereja Protestan bersandar bahwa keselamatan itu hanya oleh rahmat sehingga doa untuk orang meninggal tak ada maknanya sama sekali sebagaimana dilakukan oleh Gereja Roma Katolik dan Gereja Ortodoks/Timur.


Ayat-Ayat Kitab Suci

            Sebenarnya di dalam Kitab Suci tidak ada rumusan jelas tentang ajaran api penyucian. Meskipun demikian, walau tidak ada ajaran langsung untuk apa pencucian, ada beberapa ayat yang dapat dipakai sebagai bantuan :

1.      2 Mak 12:38-46. Ketika umat dijajah oleh bangsa Yunani, tampillah Yudas Makabe memimpin perlawanan. Ketika ada para pengikutnya tewas, Yudas menemukan bahwa di bawah jubah mereka ada jimat dari berhala-berhala kota Yamnia (ay 40). Ini dilarang dalam hukum Taurat. Namun Yudas percaya akan kebangkitan badan (ay 43-45), sehingga ia mengajak umat mengumpulkan uang ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penebus salah. Yang jelas Kitab Makabe termasuk yang tidak diterima oleh Gereja Protestan sebagai bagian Kitab Suci.

2.      Mat 5:26. Ini berkaitan dengan kata-kata Yesus tentang persembahan yang dilakukan orang padahal sedang bermasalah dengan saudaranya (Mat 5:23-25). Yesus meminta untuk meninggalkan persembahan itu dan berdamai lebih dahulu dengan saudaranya agar tidak diserahkan kepada hakim. Dalam ayat 26 Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.” Secara duniawi pembayaran pelunasan hutang dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penebus. Tetapi, dalam Kitab Suci hutang juga menjadi istilah yang menunjuk pada dosa. Maka, sebagaimana dicontohkan oleh Yudas Makabe, doa untuk orang meninggal dapat ikut menebus kesalahan arwah yang belum dibersihkan.

3.     Mat 12:32. Ini masuk dalam pengalaman Yesus ketika mengusir setan dituduh oleh orang Farisi bekerjasama dengan Beelzebul, penghulu setan (Mat 12:22-37). Di sini Yesus mengatakan bahwa segala dosa akan diampuni kecuali hujat pada Roh Kudus. Dalam ayat 32 Yesus mengatakan: “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.” Maka ada dosa yang masih dapat diampuni ketika orang sudah ada di akhirat. Merujuk ke peristiwa Yudas Makabe, doa untuk orang yang sudah meninggal ada maknanya.

4.  1 Kor 3:11-15. Paulus melukiskan bahwa setiap orang secara individual dalam perbuatannya ikut ambil bagian membangun diri sebagai bait Allah (1 Kor 3:16). Semua harus melandaskan diri pada Yesus Kristus (ay 11). Apa pun yang dilakukan di dunia akan nampak pada hari Tuhan yang tampak “dengan api” (ay 13). Api digambarkan sebagai ujian apakah pekerjaan orang di dunia tahan uji. Ada pekerjaan yang akan terbakar karena tidak baik, tetapi yang bersangkutan akan diselamatkan. Doa bagi orang-orang di api pencucian mengharapkan belas kasih Allah, agar bila ada yang terbakar, pembakarannya cepat selesai sehingga cepat mendapatkan anugrah sorga.


Ajaran Resmi Gereja

            Api penyucian masuk dalam ajaran resmi Gereja mulai dengan Kosili Lion pada tahun 1274, yang kemudian ditekankan lagi dalam Konsili Florentin tahun 1439 dan Konsili Trente tahun 1563. Konsili Vatikan II juga memasukkan ajaran tentang api pencucian dalam Dokumen Lumen Gentium tentang Eskatologi atau kehadiran Tuhan Yesus kedua kali. Hal ini dikukuhkan oleh Paus Paulus VI pada tahun 1968 dalam Doa Aku Percaya dan dalam Surat Jawaban Soal Akhir Zaman pada tahun 1979. Sebetulnya ajaran resmi Gereja Katolik Roma mendasarkan diri pada Konsili Trente dengan dua pokok :

1.     Api penyucian itu sungguh ada.
2.  Orang-orang yang berada di api penyucian dapat dibatu dengan doa dan perbuatan-perbuatan baik dari umat, terutama dalam Korban Ekaristi.

Yang harus dihindari adalah kecenderungan pemberhalaan, takhayul, dan penyalahgunaan untuk cari uang.


Refleksi Iman

            Uraian dalam ajaran resmi tentang api penyucian memang hanya sedikit. Tetapi ini justru menjadi kesempatan untuk berekfleksi secara leluasa terhadap ajaran tersebut. Dari pendapat para ahli, ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan:

  • Ajaran tentang api penyucian berkaitan dengan aspek perjumpaan dengan Allah pada saat kematian.
  • Ajaran tentang api penyucian terjadi pada kepenuhan dalam pengalaman kematian.
  • Ajaran tentang api penyucian masuk dalam puncak keputusan seseorang dalam kematian yang terlaksana pada tahap-tahap manusiawi perorangan.

            Dalam hal ini Kardinal Ratzinger mengatakan tidak mungkin membuat gambaran saat perjumpaan itu dalam kategori-kategori temporal dan badaniah. Pemikiran-pemikiran modern mengaitkan ajaran tentang api pencucian sebagai soal kematangan rohani dari pada sebagai soal membayar denda dosa.


Puren, 14 Oktober 2011

D. Bambang Sutrisno, Pr.


*) Ada tiga bagian besar masa Zaman Bapa-Bapa Gereja: 1) Bapa-Bapa Apostolik, terdiri dari tokoh-tokoh yang dekat dengan zaman para rasul (hingga pertengahan abad II); 2) Para Apologis atau pembela iman (hingga sebelum tahun 360an); 3) Zaman Emas, zaman munculnya pemberi solusi soal-soal iman Kristiani khususnya teologi triniter dan Kristologi. 

0 comments:

Post a Comment