Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, March 31, 2018

Percikan Nas Minggu, 01 April 2018

HARI MINGGU PASKAH
KEBANGKITAN TUHAN
warna liturgi Putih

Minggu, 01 April 2018


Bacaan-bacaan:
Kis. 10:34a,37-43; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Kol. 3:1-4 atau 1Kor. 5:6b-8; Yoh. 20:1-9 atau Sore : Luk. 24:13-35. BcO Kel. 14:15-15:1; Yeh. 36:16-28; Rm. 6:3-11; Mat. 28:1-10.
Nas Injil:
1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. 5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. 6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. 8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.
Percikan Nas
Maria Magdalena membawa kabar kepada para murid keadaan makam Yesus. Petrus dan Yohanes pun segera pergi ke makam Yesus. Sesampai di makam mereka tidak menemukan Yesus, hanya perlengkapan pembungkus jenasah Yesus. Mereka pun menjadi semakin percaya pada sabda Yesus.
Kepercayaan memang bertumbuh. Ada yang pertumbuhannya cepat, tapi ada pula yang lambat. Semakin ada keterbukaan hati semakin subur pula pohon kepercayaan tersebut.
Paskah ini menjadi ruang bagi kita untuk menghidupkan kepercayaan kepada Tuhan. Kita sungguh bisa merenungkan bagaimana kepercayaan itu hidup dan berkembang di dalam diri kita. Sekarang ini saatnya kita membuka diri menerima kabar sukacita penebusan Tuhan sekaligus menjadi saksi kebangkitan-Nya. Mari kita meneladan Maria Magdalena, Petrus dan Yohanes untuk bergegas datang kepada Yesus.
Doa:
Tuhan kami bersykur mewarisi iman para rasul kepada-Mu. Semoga kamipun mempunyai sikap tanggap sebagaimana Petrus dan Yohanes. Mari kita panjatkan syukur atas penebusan Tuhan. Amin.
Selamat Paskah.
(goeng)

Berlari Dalam Sukacita Iman, Harapan dan Kasih


Minggu, 1 April 2018
Minggu Paskah
Refleksi harian dan doaku berdasarkan Yohanes 20: 1-9

Sahabatku terkasih. Selamat Paskah. Hari ini adalah Hari Raya Paskah, hari kebangkitan Kristus. Paskah adalah Hari Raya terbesar Gereja. Paskah adalah peristiwa terbesar dalam sejarah keselamatan. Salib dan Kebangkitan merupakan satu misteri Paskah, di sanalah sejarah dunia terpusat. 

Berlari dengan pengalaman iman merupakan bagian integral dari Injil ini. Maria Magdalena berlari. Petrus berlari, dan Johanes melampaui Petrus. Apa artinya berlari dalam Injil hari ini? Cinta untuk Tuhan menciptakan rasa urgensi. Jika saya ingin mengalami Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya, saya harus memiliki rasa urgensi dalam hubungan saya dengan Tuhan. Saya harus berusaha untuk bertemu denganNya dan memberikan diri saya kepadaNya di sini dan saat ini. Saya tidak bisa menunggu.

Marilah berdoa: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah sumber dari semua kehidupan karena Engkaulah Sang Jalan, Kebenaran dan Kehidupan itu sendiri. KebangkitanMu memberiku harapan bahwa kami akan dibangkitkan dari kematian untuk bersukacita bersamaMu selamanya di surga selama-lamanya. Amin.

Johat Wurlirang, 1/4/2018
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Apakah arti Paskah, Kematian atau Kebangkitan ?

diambil dari http://www.katolisitas.org


Ada sejumlah orang mempertanyakan apakah arti Paska. Mereka berargumen bahwa Paska artinya adalah kematian dan bukan kebangkitan, dan Paska yang diartikan kebangkitan itu adalah produk Konstantin di tahun 300-an. Benarkah argumen ini?

Berikut ini kami mengambil informasi, yang disarikan dari buku yang berjudul Ancient Israel, karangan Roland de Vaux, vol. 2, (First McGraw-Hill Paperback Edition, 1965), p. 488-493:
Paska, atau Passover dalam bahasa Inggris, berasal dari kata Ibrani, Pesah. Kitab Suci menghubungkan kata itu dengan akar kata psh, yang artinya ‘timpang/ melangkahi/ melewati’ (lih. 2 Sam 4:4),  1Raj 18:21). Dalam tulah terakhir kepada bangsa Mesir, Allah melangkahi/ melewati rumah-rumah yang melakukan persyaratan Paska (Kel 12:13,23,27).
Memang ada teori lain yang menghubungkan kata pesah tersebut dengan kata Akkadian, pashahu, artinya, mendamaikan/ menenangkan. Tetapi kalau dilihat dalam konteks Paska Yahudi, arti ini tidak/ belum ada. Ada juga teori modern yang lain yang menghubungkan dengan pesah dengan kata bahasa Mesir, yang kalau diartikan adalah ‘sebuah pukulan’, sebagaimana memang bangsa Mesir seolah dipukul oleh tulah dari Allah (lih. Kel 11:1, 12:12,13,23,27,29). Namun argumen ini tidaklah kuat, karena sulitlah diterima bahwa bangsa Israel dapat memberikan istilah dari bahasa Mesir, suatu kebiasaan yang menjadi tradisi bangsa mereka sendiri (Yahudi), apalagi tradisi tersebut adalah tradisi yang menentang bangsa Mesir, yaitu pada saat mereka memperingati bebasnya mereka dari bangsa Mesir….
Di luar asal usul kata, bagi bangsa Israel, nampaknya perayaan pesah, awalnya dirayakan oleh para gembala, yang mengurbankan hewan muda mereka, dengan harapan mereka agar kawanan hewan gembalaan bertumbuh subur. Perayaan pesah ini kemudian digabungkan dengan satu perayaan lain, yaitu perayaan Roti tidak beragi, sebuah perayaan agrikultur/ pertanian yang baru mulai dirayakan setelah bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. Perayaan ini dikaitkan dengan perhitungan minggu, dan dilakukan selama seminggu (Kel 23:15; 34:18), dari satu Sabat ke Sabat berikutnya (Kel 12:16, Ul 16:8; Im 23:6-8). Perayaan panen, ditetapkan pada tujuh minggu setelah perayaan Roti tidak beragi (Im 23:15; Ul 16:9).
Kemudian kedua perayaan tersebut, Paska dan Roti tidak beragi, yang sama-sama dirayakan di musim semi, digabungkan menjadi satu. Perayaan Paska yang sudah ditetapkan pada bulan purnama, tidak diubah, dan perayaan Roti tidak beragi disertakan pada perayaan tersebut, dan untuk dirayakan selama 7 hari (lih. Im 23:5-8). Tradisi kitab-kitab Musa (Pentateukh) menghubungkan perayaan Roti tidak beragi (Kel 23:15; 34:18; Ul 16:3) atau Paska (Ul 16:1 dan 6), atau baik Paska dan Roti tidak beragi (Kel 12:12-39), dengan dibebaskannya bangsa Israel dari Mesir. Kedua ritus kedua perayaan tersebut digabungkan dalam kisah Eksodus bangsa Israel.
Maka walau kedua perayaan itu sudah ada sebelum bangsa Israel lahir sebagai bangsa, namun ada suatu saat, di mana Tuhan meng-intervensi, yaitu saat Ia membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, dan ini menandai terbentuknya israel sebagai satu bangsa sebagai bangsa pilihan Allah. Proses pembebasan ini mencapai puncaknya saat mereka masuk ke Tanah Terjanji. Kedua perayaan tersebut, Paska dan perayaan Roti tidak beragi, memperingati kejadian ini, sehingga inilah yang juga dirayakan sampai kepada zaman Kristus dan para Rasul.
Dengan menyadari bahwa peringatan Paska Yahudi dan perayaan Roti Tidak beragi berlangsung selama 7 hari, kita melihat bahwa kejadian sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus memang terjadi di sekitar jangka waktu perayaan tersebut. Kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi di hari pertama minggu, artinya setelah hari Sabat berakhir, menjadi puncak penggenapan kedua perayaan tersebut dan menyempurnakan maknanya.
Menjawab pertanyaan di atas, Paska/ Pesah tidak berarti kematian, melainkan ‘melangkahi/ melewati’, dalam hal ini konteksnya adalah Allah melangkahi (rumah-rumah umat-Nya yang ditandai dengan darah kurban anak domba) untuk menghantar mereka mencapai Tanah Terjanji. Maka arti kata ‘melangkahi/ melewati’ ini selalu tidak berdiri sendiri, namun terkait dengan keadaan berikut yang dituju oleh proses melangkahi/ melewati. Dengan berpegang kepada arti ini, tak mengherankan jika kemudian Gereja menghubungkan perayaan Paska ini dengan perayaan Kebangkitan Yesus Sang Anak Domba Allah; sebab melalui kebangkitan Kristus atas kematian-lah, kita umat-Nya dapat dihantar kepada kehidupan kekal di Tanah Terjanji yang sesungguhnya yaitu Surga. Para Rasul kemudian menyebut hari kebangkitan Yesus ini, yang jatuh pada hari Minggu, sebagai Hari Tuhan.
Maka penetapan hari Minggu sebagai hari Tuhan itu sudah ditetapkan sejak Gereja perdana, dan bukan baru ditetapkan di zaman Kaisar Konstantin. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Sedangkan bahwa perkataan ‘Paska’ memang mengacu kepada kebangkitan Kristus yang tak terpisahkan dari sengsara dan wafat-Nya, itu memang benar, sehingga Gereja menghubungkan misteri Paska dengan sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, sebagaimana pernah diulas di artikel ini, silakan klik.
Jadi perayaan Paska sebagai hari Kebangkitan Kristus dan penyebutan hari Minggu sebagai Hari Tuhan (the Lord’s day), itu sudah dirayakan oleh Gereja sejak abad awal. Pelopor yang mempromosikan kembali perayaan Sabat dan bukan hari Minggu, adalah kedua pendiri sekte Anabaptist, yaitu Andreas Fisher dan Oswald Glait di tahun 1527, yang kemudian juga dilakukan oleh penganut Seventh- day Adventists sejak tahun 1844. Namun Gereja Katolik, dan sebagian besar gereja-gereja non-Katolik, tetap berpegang kepada apa yang telah dilaksanakan oleh Gereja selama berabad-abad sejak awal (sebagaimana dikatakan oleh St. Yustinus Martir (100-165), yang dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik), yaitu merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu, untuk memperingati hari kebangkitan Kristus- yaitu hari Paska, yang jatuh pada hari Minggu.
KGK 2174     Yesus telah bangkit dari antara orang mati pada “hari pertama minggu itu” (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1). Sebagai “hari pertama”, hari kebangkitan Kristus mengingatkan kita akan penciptaan pertama. Sebagai “hari kedelapan” sesudah hari Sabat (Bdk. Mrk 16:1; Mat 28:1), ia menunjuk kepada ciptaan baru yang datang dengan kebangkitan Kristus. Bagi warga Kristen, ia telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, “hari Tuhan” [he kyriake hemera, dies dominica], “hari Minggu”.
“Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (St. Yustinus, Apol. 1,67).
Atas dasar logika, bahwa kesaksian yang lebih dapat dipercaya adalah kesaksian dari orang-orang yang lebih dekat kepada kejadian yang terjadi, daripada perkiraan orang-orang yang terpisah sekian abad dari kejadian tersebut; maka kita dapat menyimpulkan bahwa ajaran Gereja Katolik jauh lebih dapat dipercaya daripada klaim sejumlah orang di abad akhir ini. Sebab dari catatan para Bapa Gereja abad awal, telah diketahui bahwa Paska dihubungkan dengan kebangkitan Kristus (walaupun tanpa dipisahkan dari sengsara dan kematian-Nya) dan dirayakan setiap hari Minggu. Kesaksian para Bapa Gereja ini jauh lebih kuat daripada wahyu pribadi sejumlah orang di abad -abad ini yang tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya, ataupun prediksi sejumlah orang di abad-abad ini, yang biar bagaimanapun terpisah jauh dari pemahaman yang lengkap dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya di abad pertama.

Lamunan Hari Raya

Paskah Kebangkitan Tuhan
Minggu, 1 April 2018

Yohanes 20:1-9

20:1. Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
20:2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan."
20:3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur.
20:4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.
20:5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.
20:6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah,
20:7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.
20:8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.
20:9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, tidak sedikit orang beragama percaya bahwa Kitab Suci berisi rumus kata dan kalimat pegangan hidup. Itu bagaikan buku pegangan pokok seorang guru untuk mengajar murid-muridnya.
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa dengan makin banyak membaca bahkan menghafal  kalimat-kalimat di dalam Kitab Suci orang makin dekat dengan yang ilahi. Dalam hal ini ada juga yang beranggapan bahwa orang akan baik dan benar kalau hidup persis seperti yang ada dalam tulisannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, seadi luhung apapun kata-kata dan perumusannya dalam kalimat-kalimat, kesejatian Kitab Suci di dalam agama bukan pada ungkapan-ungkapan lahiriahnya tetapi pada aura gaib di dalamnya yang menjadi cahaya kalbu seseorang untuk memahami karya-karya ilahi di tengah kehidupan kongkret. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang melandaskan hidup pada Kitab Suci sebagai cahaya untuk memahami amanat yang bertahta dalam nurani.
Ah, bagaimanapun juga Kitab Suci adalah landasan kekudusan karena jadi pegangan untuk menjalani hidup seperti yang dijalani orang-orang kudus jaman pendiri agama.

Friday, March 30, 2018

Selamat Paskah!

diambil dari http://www.unio-indonesia.org Ditulis oleh admin pada Sen, 26/03/2018 - 17:33


TUHAN TELAH BANGKIT!
Tidak ada laporan bagaimana persisnya kebangkitan itu terjadi, dengan cara apa, kapan saatnya dan siapa-siapa yang pertama melihat peristiwa itu. Jalannya peristiwa akan tetap tersembunyi, hanya jejak-jejak peristiwa itu sajalah yang dikenali. Namun demikian, ada pokok yang mendasari kepercayaan bahwa Yesus telah bangkit. Yang pertama ialah makam yang kosong dan yang kedua ialah keyakinan orang-orang yang terdekat bahwa ia tidak lagi berada di antara orang mati. Amat besar peran kesaksian orang-orang yang datang mencari dia yang tadinya wafat dan dimakamkan seperti disampaikan dalam Mrk 16:1-8 (Malam Paskah); Yoh 20:1-9 (Minggu Paskah pagi ); dan Luk 24:13-35 (Minggu Paskah sore).
INJIL MALAM PASKAH: Mrk 16:1-8
Pagi-pagi benar pada hari pertama setelah hari Sabat lewat, beberapa perempuan datang ke makam Yesus membawa wewangian. Mereka bertanya-tanya siapa akan membukakan batu penutup kubur agar mereka bisa masuk merawat jenazahnya. Tetapi sesampai di sana, mereka menemukan batu penutup makam sudah tergolek. Mereka tidak mendapati jenazah Yesus. Mereka hanya melihat “seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan” (Mrk 16:5).
Sebelum melangkah lebih jauh, baiklah ditengok kesaksian Injil-Injil lain. Lukas menyebutkan “dua sosok” (Luk 24:1-4) yang pakaiannya berkilau-kilauan yang menyapa para perempuan itu, “Mengapa kalian mencari dia yang hidup di tempat orang mati. Ia tidak ada di sini, ia telah bangkit!” (Luk 24:5-6). Mat 28:2-6 berbicara mengenai “seorang malaikat” yang juga mengatakan bahwa Yesus telah bangkit. Injil Yohanes samasekali tidak menyebutkannya. Juga ada perbedaan tentang siapa yang datang ke kubur. Yoh 20:1 hanya menyebutkan Maria Magdalena. Lukas mencatat bahwa mereka itu ialah Maria dari Magdala, Yohana, dan Maria ibu Yakobus (Luk 24:10). Matius hanya menyebutkan dua perempuan, yaitu Maria Magdalena dan Maria “yang lain” (Mat 28:1). Markus yang kita dengarkan hari ini menyebut tiga perempuan, yakni Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, serta Salome ( Mrk 16:1).
Berapa sosok yang ditemui di makam, berapa orang perempuan pergi ke makam, dan siapa mereka? Pembaca atau pendengar Injil tidak usah mencoba merekonstruksi jalannya peristiwa seperti seorang detektif. Injil tidak menyajikan laporan pandangan mata. Yang disampaikan ialah pengalaman batin yang diturun temurunkan. Perbedaan yang ada di antara Injil tadi timbul dari kekayaan pengalaman di pagi hari itu. Pengalaman tak selalu jelas (menyangkut berapa orang melihat makam kosong, siapa, dst.), tetapi menentu (bahwa makam memang kosong). Kita juga bisa ikut merasakan dan mendalami pengalaman mereka.
Siapa “orang muda” yang berjubah putih yang disebutkan dalam Mrk 16:5? Pembaca Markus boleh teringat akan kisah mengenai seorang muda yang dalam Mrk 14:51-52 mengikuti peristiwa penangkapan Yesus dan malah ikut diringkus tetapi berhasil lolos dengan melepaskan pakaiannya yang hanya sehelai itu. Kembali ke kisah pengalaman ketiga perempuan di kubur Yesus. Mereka mendapati juga “orang muda”, kata Yunaninya ialah “neaniskos”, sama seperti yang ada dalam kisah sebelumnya. Mengapa disebut orang muda? Berarti penginjil mau mengatakan tidak hanya ada orang. Tapi tahu ciri-cirinya. Ia muda. Dalam kisah penangkapan, orang muda itu berpakaian “sehelai kain” yang kemudian dilepaskannya, tapi kini orang muda di makam ini berpakaian “jubah putih” yang tetap dikenakannya. Bagi orang Semit, pakaian membuat orang dapat dikenali, dapat kelihatan. (Kalau lepas pakaian, maka tak terlihat dan tak boleh dilihat.) Yang tadi ialah yang tak kelihatan lagi karena telah melepaskan pakaiannya dan tak diketahui lagi pergi ke mana, tapi tetap membuat pembaca berpikir. Ini cara Injil Markus berkata: tak penting lagi siapa yang menceritakan kejadian-kejadian hingga di situ. Mulai saat itu ikutilah sendiri Yesus yang barusan ditangkap dan perhatikan apa yang terjadi padanya. Begitulah kita diajak mengikuti kisah sengsara Markus. Yang kini tampak kepada para perempuan di makam itu tak terduga-duga dan mengejutkan. Orang muda yang ini berjubah putih. Pakaian seperti ini panjangnya dari leher sampai tumit, jadi seluruh sosoknya kelihatan serba putih. Dan ia berkata agar mereka tidak usah takut, lalu menjelaskan bahwa Yesus dari Nazaret itu telah bangkit. Para perempuan itu selanjutnya disuruh mengabarkan kepada para murid lain, khususnya Petrus, bahwa Yesus telah mendahului mereka ke Galilea. Di sanalah mereka akan melihat dia. Tokoh “orang muda” ini, seperti orang muda pada malam penangkapan, tetap diliputi rahasia dan semakin menggugah rasa ingin tahu. Itulah pengalaman mereka yang ada di ambang pertemuan dengan Yang Keramat. Tetapi yang dikatakannya jelas, yakni Yesus telah bangkit. Yesus tidak ada di antara orang mati lagi, ia sudah bangkit! Dan itulah yang mereka wartakan kepada murid-murid lain.
Injil menghubungkan kesaksian paling awal tentang kebangkitan tadi dengan penampakan Yesus kepada murid-muridnya nanti di Galilea. Kita tahu, di wilayah utara itulah Yesus dari Nazaret mulai dikenal orang. Murid-murid diminta ke sana untuk “melacak kembali” perkenalan mereka dengan dia yang dahulu memanggil mereka di pinggir danau. Dia itu sama dengan yang kini telah bangkit. Begitulah mereka akan menyadari bagaimana mereka dapat menimba kembali kekayaan dari pengalaman dari hari ke hari bersama dengannya dulu. Juga bagi kita, menemui dia yang bangkit itu sama dengan membaca kembali dan mendalami pengalaman mengenal dia yang tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Inilah warta utama iman kebangkitan: pergilah ke tempat kalian mulai berjumpa dengan dia dan di sana kalian akan melihat siapa dia sesungguhnya.
INJIL MINGGU PASKAH PAGI: Yoh 20:1-9
Menurut Injil Yohanes, pada hari pertama pekan itu, pagi-pagi benar, Maria Magdalena datang ke makam Yesus. Ia melihat batu penutup telah diambil dari kubur. Segera ia berlari mendapatkan Petrus dan murid lain yakni “murid yang dikasihi” Yesus dan menyampaikan berita bahwa Yesus diambil orang dan tak diketahui di mana sekarang. Maka Petrus dan murid yang lain itu berlari ke makam. Murid yang lain tadi sampai terlebih dahulu, menjenguk ke dalam kubur dan melihat kain kafan terletak di tanah. Petrus juga datang, lalu masuk dan mendapati juga kafan terletak di tanah, tapi kain peluh terlihat di tempat lain. Kedua murid ini mendapati makam kosong. Kesimpulan pembaca Injil: dia sudah bangkit. Seandainya janazahnya cuma dipindahkan atau disembunyikan, mestinya kafan dan kain peluh tidak dilepas dan ditinggalkan di makam.
Murid yang lain, yang tadi ada di luar itu, menyusul masuk ke makam, dan disebutkan, “ia melihatnya”, maksudnya, ia melihat bekas-bekas Yesus di situ, tapi kini sudah bangkit. Ditambahkan dalam ay. 8, “Dan ia percaya.” Pengalaman pembaca Injil Yohanes dulu masih bisa kita ikuti pula. Ia akan pertama-tama menyimpulkan bahwa Yesus sudah bangkit dan baru sejenak kemudian percaya, seperti murid yang lain tadi. Ini cara berkisah Yohanes yang melibatkan pembaca. Ia membuat siapa saja yang mengikuti kisahnya merasa seolah-olah ikut berlari ke makam, dan boleh jadi datang mendahului Petrus dan bahkan murid yang dikasihi itu sendiri. Dan mendahului percaya Yesus sudah bangkit!
Mari kita bandingkan dengan Injil Lukas. Dalam Luk 24:35 ketika dua murid melaporkan kepada kesebelas murid di Yerusalem mengenai penampakan Yesus di Emaus, mereka yang di Yerusalem itu juga menegaskan bahwa “Tuhan telah bangkit dan menampakkan diri kepada Simon”. Akan tetapi, Lukas tidak menceritakan Petrus secara khusus mendapat penampakan Tuhan. Memang dalam 1Kor 15:5, Paulus menyebut bahwa Yesus menampakkan diri kepada Kefas, yaitu Petrus, dan menyebutkan murid-murid lain. Namun demikian, apa yang dialami Petrus sesungguhnya? Rupa-rupanya Lukas sengaja hanya menyebut Petrus “heran memikir-mikirkan apa yang telah terjadi”. Lukas mengajak pembaca ikut serta dalam pengalaman Petrus mengenai “apa yang telah terjadi itu”, yakni Yesus tidak lagi berada di tempat orang mati dan hanya kain kafannya masih di situ. Begitulah Petrus nanti juga sampai pada kesadaran bahwa Yesus sudah bangkit.
INJIL MINGGU PASKAH SORE: Luk 24:13-35
Dalam konteks kisah kebangkitan Lukas (Luk 24:1-12), ditekankan pengalaman para perempuan di makam yang kosong yang teringat akan perkataan Yesus dahulu. Juga digambarkan pengalaman Petrus menemukan makna peristiwa ini seperti disinggung di atas. Dua jalan itu membawa mereka sampai pada keyakinan bahwa Yesus telah bangkit.
Ada jalan lain, yakni penampakan, seperti yang dialami kedua murid yang menuju Emaus yang diceritakan di dalam Luk 24:13-35. Kedua murid itu tidak segera menyadari bahwa orang yang menyertai mereka dalam perjalanan ke Emaus ialah Yesus yang telah bangkit. Bagi mereka, Yesus yang kelihatan sebagai musafir itu menjelaskan kejadian-kejadian mengenai dirinya yang telah dikatakan dalam Kitab Suci. Jadi, sepanjang perjalanan itu kedua murid tadi “membaca kembali” warta Kitab Suci mengenai Yesus. Mereka tidak sadar bahwa Yesus ada bersama mereka dan menolong mereka agar mengerti lebih dalam warta Kitab Suci. Mata mereka baru terbuka ketika ia makan bersama mereka dan melakukan hal yang sama seperti yang terjadi pada perjamuan terakhir. Akan tetapi, saat itu juga Yesus lenyap. Yang tinggal ialah kesadaran bahwa ia kini hidup. Kesadaran inilah yang membuat mereka bergegas mengabarkan kepada kesebelas murid di Yerusalem dan orang-orang lain yang beserta mereka.
Salam hangat,
A. Gianto

Cahaya Paskah di Tengah Kegelapan Maut


Sabtu, 31 Maret 2018 
Sabtu Suci Malam Paskah
Refleksi harian dan doaku berdasarkan Markus 16: 1-7

Sahabatku terkasih. Dalam Injil Malam Paskah, kita berjumpa Maria dan para wanita lainnya yang tanpa harapan karena kesedihan. Yesus wafat. Satu-satunya yang tersisa adalah memperhatikan jenazahNya. Mereka pergi ke makam untuk mengurapi jenazah yang beku dan kaku. Mereka mendengar bahwa beberapa murid Yesus telah kembali ke rumah mereka karena Yesus sudah mati. Semuanya sudah berakhir. Sulit untuk percaya bahwa semuanya sudah berakhir, tetapi sepertinya itulah kebenaran yang harus mereka hadapi. 

Namun aneh, ternyata makam Yesus telah terbuka. Mereka bergegas masuk ke makam, takut akan yang terburuk, tetapi makam itu penuh dengan cahaya, bukan kegelapan. Sosok malaikat tersenyum pada mereka. Dia memberi pesan kabar baik yang luar biasa. Yesus telah bangkit! Yesus, harapan mereka, bangkit dan hidup. Mereka pun teringat bagaimana Yesus telah berbicara bahwa Ia harus menderita dan mati, tetapi Ia akan bangkit. Kebenaran kebangkitan membuat semuanya menjadi baru. 

Marilah berdoa: Ya Yesus Kristus terkasih. Hidup dalam kegelapan maut dan kekecewaan bukanlah ciri orang yang mengimani Dikau. Cahaya Paskah merekah secara tak terduga: Di tengah keraguan kami, di tengah kesedihan kami, di tengah keputusasaan kami, seberkas cahaya merekah. Semoga kebangkitanMu menembus seluruh hidup kami dan mengisi kami dengan kedamaian dan sukacita kini dan selamanya. Amin. 

Johar Wurlirang, 30/3/2018
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Lamunan Malam Paskah

Sabtu, 31 Maret 2018

Markus 16:1-8

16:1. Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.
16:2 Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur.
16:3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?"
16:4 Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.
16:5 Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut,
16:6 tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: "Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.
16:7 Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu."
16:8 Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada agama-agama yang dalam salah satu jatidirinya memiliki kegiatan pewartaan. Pewartaan ini tak hanya untuk para anggotanya saja tetapi juga untuk orang-orang umum yang tak seagama.
  • Tampaknya, dalam pewartaan itu para petugas berkeinginan untuk memperbanyak anggota agamanya. Pewartaan secara praktis menjadi kegiatan promosi untuk rekrutmen anggota baru.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun menghasilkan amat sangat banyak anggota karena banyak anggota baru masuk menjadi anggota agamanya, para pewarta kehidupan agama belum tentu menjadi pewarta sejati kalau tidak menyadari diri sebagai piranti ilahi untuk menjadi rambu-rambu petunjuk kebaikan umum. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati para pewarta dalam agama mengembangkan hidup keagamaan sebagai tanda dan sarana hubungan mesra dengan yang bertahta dalam nurani dan keterbukaan dengan siapapun.
Ah, tugas pewarta agama pada dasarnya ya cari anggota baru untuk agamanya.

Percikan Nas Sabtu, 31 Maret 2018

Pagi : HARI SABTU SUCI, 
Malam : MALAM PASKAH
warna liturgi Putih

Sabtu, 31 Maret 2018

Bacaan-bacaan:
Kej. 1:1-2:2 (Kej. 1:1,26-31a); Mzm. 104:1-2a,5-6,10,12,13-14,24,35catau Mzm. 33:4-5,6-7,12-13,20,22; Kej. 22:1-18 (Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18); Mzm. 16:5,8,9-10,11; Kel. 14:15-15:1; MT Kel. 15:1-2,3-4,5-6,17-18; Yes. 54:5-18; Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; Yes. 55:1-11; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Bar. 3:9-15,32-4:4; Mzm. 19:8,9,10,11; Yeh. 36:16-17a,18-28; Mzm. 42:3,5bcd; Mzm. 43:3.4; Kalau ada baptisan : MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6 atau Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Rm. 6:3-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Mrk. 16:1-8. BcO Ibr. 4:1-16.
Nas Injil:
1 Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. 2 Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. 3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” 4 Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. 5 Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, 6 tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. 7 Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.” 8 Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.
Percikan Nas
Para perempuan sungguh kehilangan karena kematian Yesus. Mereka pun segera pergi ke makam Yesus untuk memberikan penghormatan sekaligus memberi obat pada rasa kehilangannya. “..... pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” (Mrk 16:2).
Para perempuan ini, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome, menjadi saksi awal kebangkitan Kristus. Hati mereka membuahkan anugerah mendapat warta awal tentang kebangkitan Kristus. Walau mungkin mereka tidak segera mengerti namun mereka bahagia dengan warta tersebut. “Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya (Mrk 16:8).
Hari-hari seperti sekarang ini banyak kesibukan di paroki-paroki. Tidak sedikit orang yang berada di Gereja untuk mempersiapkan perayaan paskah. Di Wates dan wilayah-wilayahnyapun begitu juga. Di antara mereka banyak ibu-ibu. Mereka pun giat menyambut hari penebusan Tuhan. Para ibu pun sampai memanjat tangga tinggi untuk menghias panti imam, membersihkan salib dll. Kebahagiaan memancar karena semua dilakukan demi kemuliaan Tuhan. Dalam doaku, semoga mereka yang bersemangat itu selalu ada dalam berkat Tuhan. Semoga mereka pun bisa menjadi saksi awal kebangkitan Tuhan.
Doa:
Tuhan berkatilah para saudara-saudariku yang menempatkan diri-Mu di dalam hati mereka. Berkatilah semua orang yang terlibat mempersiapkan pesta pebebusan-Mu. Hanya pada-Mu kami bermohon dan bersyukur. Amin.
(goeng)

Thursday, March 29, 2018

Jumat Agung 30 Maret 2018

diambil dari http://www.unio-indonesia.org Ditulis oleh admin pada Sen, 26/03/2018 - 17:33


KISAH SENGSARA MENURUT YOHANES
Rekan-rekan yang baik!
Tiga pokok dalam Kisah Sengsara yang dibacakan Jumat Agung ini (Yoh 18:1-19:42) saya bincang-bincangkan dengan sang empunya tulisan itu. Korespondensi pertama berkisar pada hubungan antara kata-kata terakhir Yesus di salib, yakni “sudah selesai” (Yoh 19:30, Yunaninya “tetelestai”) dan catatan Yohanes mengenai mengasihi “sampai pada kesudahannya” (Yoh 13:1, “eis telos”). Kedua, saya mintakan penjelasan mengenai jubah Yesus yang diundi para serdadu (Yoh 19:23-24). Tema ketiga berhubungan dengan arti “darah dan air” yang keluar dari lambung Yesus (Yoh 19:34). Beliau tak berkeberatan surat-menyurat ini diteruskan ke milis ini. Malah senang, begitulah pesannya pagi ini.
=======================================
Oom Hans yang baik!
Di sini saya sedang menyiapkan ulasan mengenai Kisah Sengsara yang dibacakan pada hari Jumat Agung. Salah satu yang sedang terpikir ialah kata-kata Yesus “Sudah selesai!” (Yoh 19:30). Ada rekan yang memahaminya sebagai ungkapan rasa lega, penderitaan sudah lewat, rampung karya keselamatannya. Tapi saya kok malah tidak sreg dengan penjelasan seperti itu. Kok seperti tonil, layar turun, tamat, selesai, kukut, bubar. Aslinya di situ kan tertulis “tetelestai”, dari kata “telos”, yakni akhir yang merangkum perjalanan dari awal, yang memberi arti pada semua yang telah dijalani. Rasa-rasanya Yesus hendak mengatakan kini sudah terlaksana sampai utuh. Kayak versi Latin yang cespleng “consummatum est” dua m itu. Kan consummatum itu dari consummare, con + summa, “merangkum semua jadi utuh”, dan bukan dari consumere satu m, “menghabiskan” (makanan, waktu, duit) yang ada hubungannya dengan konsumsi. Orang Jakarta bilang udah kecapai, kalau di Jawa ya wis klakon. Oom gimana?
Ada lagi soal lain. Kalau ndak salah, Oom seperti hendak menggarisbawahi gagasan bahwa Yesus itu kurban Paskah yang diterima Yang Di Atas sana sehingga benar-benar menjadi silih dosanya umat manusia. Karena itu Oom memberi kronologi lain, yaitu penyaliban terjadi sebelum Paskah, ndak seperti Mark dll. yang menaruh Paskah pada perjamuan malam terakhir. Iya kan? Saya sudah pernah katakan di sebuah milis bahwa perjamuan terakhir di mana Yesus membasuh kaki murid-murid itu bukan perjamuan Paskah, melainkan sebelumnya.
Pada awal perjamuan itu disebutkan bahwa Yesus mengasihi orang-orangnya yang di dunia ini dan betul mengasihi “eis telos”, sampai pada kesudahannya, sampai tuntas (Yoh 13:1). Apa ini semacam antisipasi atau padanan bagi kata-kata Yesus “tetelestai”, sudah terlaksana, yang diucapkannya pada saat terakhir di salib? Bila begitu kedua ayat itu memang saling menjelaskan. Yesus mengasihi orang-orangnya sampai terlaksana sesuatu yang mengubah arah hidup mereka, dan hidupnya sendiri, begitu kan?
Ada yang tanya nomer hapenya Oom, ingin kirim SMS buat Oma Miryam seperti ini 2UBOK4ever, ;-) + :-)). Kawan-kawan itu sekarang genggamannya henpon sih, dan bukan lagi rosario.
Salam hangat,
Gus
Dear Gus, Peace!
You are absolutely right. The truth is, when he uttered “tetelestai” (Yoh 19:30), Jesus was actually addressing his Heavenly Father, “Here I am, I've done everything to the end, now take it all!” “Sudah selesai!” - “It's over!” - doesn't sound quite right, I agree. Why not try “Sudah terlaksana!” or something to that effect?
As I said, the word “tetelestai” was spoken by Jesus to his Father. But we overheard it. This word teaches a lot about him, about God, about what love means, the thing he dwelt on during the last supper. At first I thought he was just being odd. But then this “consummatum est” is the key to all that.
Glad to hear you see the connection between “tetelestai” (your “sudah terlaksana”) here and “eis telos” (your “sampai tuntas”) said about his act during that supper (Yoh 13:1). Yes, on that background, his death on the cross gives a fuller sense to what “loving one's own who are in the world (=still under the threat of darkness, evil power)” means. He accompanies them, and us, in our darkest paths. We can be sure now that we won't be abandoned by the one sent by the Father to bring us back to Him, the Source of Light.
As for your second question, quite, Jesus is the true Paschal lamb. Not that the Almighty likes blood gushing out of this man, by no means! The point is, his blood acts like the lamb's blood in Exodus 12:13 (to guarantee that the owner of the house will be spared from the plague - saved from death). Thus when Jesus died on the cross in that sense, the Almighty took him and cast out the power of darkness for good. That's the Light of His Word. Did you get it? You're the exegete.
By the way, don't try to reconcile my chronology of the passion with Mark's story. The washing of the feet, about which he and the other two young men know nothing, is the preface to the true Passover meal, the sacrifice of the Lamb of God on the cross, not to the last supper. I read your note on the washing of the feet. Yes, Jesus wants to share his origin and destiny so that all of us can become sons and daughters of the Almighty.
Ma Miryam is okay. She was amused by the SMS. A young seraph taught her to read the emoticons. She dictated her response: Thanx >:), ;-*. But let's not talk gibberish.
As ever,
Hans
Oom Hans!
Terima kasih buat penjelasan dalam surat barusan. Ada soal lain. Mark, Matt, Luc cerita bahwa serdadu yang berjaga di tempat penyaliban mengundi pakaian Yesus di antara mereka. Oom juga ke arah itu, tapi lebih mendetail. Ada catatan bahwa selain membagi-bagi pakaian, empat serdadu di situ mengundi jubah Yesus yang terbuat dari satu tenunan kain utuh tanpa jahitan sehingga tetap utuh. Dan dalam Yoh 19:24 bahkan ada kutipan dari Mazmur 22:19 “mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka dan membuang undi atas jubahku.”
Apa ada penjelasannya? Mohon pencerahan. Apa dengar semua ini dari Oma Mir, Bu Mary Kleopas dan Tante Lena yang katanya ada di kaki salib waktu itu?
Sampai lain kali,
Gus
Dear Gus,
You need not be that inquisitive! Of course I've seen everything myself, I've heard everything Semuanya kulihat dan kudengar sendiri. Kalau mau, tanyakan kepada ibu-ibu yang juga ada di situ. Semua ini kuceritakan pada kalian supaya kalian bisa ikut serta dalam peristiwa itu. Kami ini mata dan telinga kalian bagi peristiwa itu.
Mengapa memakai Mazmur 22:19? Ah, kami waktu itu baru sadar bahwa yang terjadi pada Yesus sesungguhnya sudah sejak lama diketahui orang bijak dari zaman dulu. Yesus memang sedang dikepung lawan-lawannya. Ia tidak dianggap bermartabat manusia lagi, kecuali oleh kami yang mengikutinya. Bahkan pakaiannya pun dijarah. Kalian kan tahu, bagi kami orang Semit zaman dulu, pakaian itu membuat orang yang memakainya kelihatan, membuat kentara siapa orangnya. Pakaian itu seperti badan, apalagi jubah yang utuh dari atas ke bawah itu. Semuanya ditanggalkan dari diri Yesus sehingga sulit kelihatan lagi bahwa ia juga ada harganya sebagai manusia. Tak perlu kalian cari-cari tafsiran apa ini jubah imam menurut praktek liturgi Yahudi juga terbuat dari tenunan utuh. Memang ada kemiripannya, tapi bukan ke arah itulah pembicaraan itu waktu. Hanya mau kutegaskan bahwa kini kemungkinannya untuk masih sedikit tampak sebagai manusia sudah dijarah habis-habisan sampai tak bersisa. Yang tinggal hanya penderitaan yang sulit diterima akal. Bahkan juga oleh kami yang dekat dengannya.
Ingat kan, Pilatus sendiri mencoba menunjukkan dalam 19:5 “Lihatlah orang itu!”, tapi orang banyak di alun-alun itu sudah jadi lupa daratan dan tak mampu lagi berpikir jernih untuk mengenalinya. Apalagi ketika ia ada di salib. Pakaian yang bakal menunjukkan ia masih bisa dianggap orang juga sudah dibagi-bagikan. Habis. Ini kami saksikan sendiri. Dan Mazmur keramat tadi membantu. Seperti pengarang Mazmur itu, kami juga percaya akan datang pertolongan dari atas. Yang Maha Kuasa sendiri nanti akan memberinya “pakaian” yang tak bisa ditanggalkan orang lagi. Malah nanti Dia akan menjadi pakaiannya. Yesus akan semakin dikenal sebagai yang sedemikian dekat dengan Yang Ilahi sendiri.
Jangan berhenti menemukan hal-hal baru dalam peristiwa yang dikisahkan mengenai Yesus itu. Penulis Injil hanya memberi kesaksian. Kalau kauterima kesaksian itu maka kalian sendiri akan ikut memasuki peristiwa itu dan menemukan makna-makna baru. Bukankah demikian kehidupan yang lahir kembali dari atas, seperti yang pernah dikatakan kepada Nikodemus dulu (Yoh 3:3 dan 7)? Dan dalam peristiwa kali ini ia juga datang - tengok Yoh 19:39 - ia membawa minyak mur dan minyak gaharu, dan tidak sedikit, sekitar 50 kati. Ini penghargaan bagi seorang Raja yang berangkat ke perjalanan jauh - ke atas sana!
Salam teguh,
Hans
Oom Hans yang baik!
Terima kasih banyak. Tak pernah saya duga kaitannya dengan Nikodemus! Masih ada pertanyaan lagi, maaf kalau terasa kelewat ingin tahu. Ketika lembing ditusukkan, yang keluar dari lambung Yesus ialah darah dan air (Yoh 19:34). Apa sih maksudnya? Mark dkk. tidak tahu-menahu tentang perkara itu. Kemarin saya konsultasi perkara itu dengan Luc ketika ngobrol lewat Skype. Dia malah kasih komentar, ah, Oom Hans kita itu aneh-aneh, paranormal sih.
Salam hangat buat Oma Miryam begini :-* 4U.
Gus
Gus,
Menjawab soal darah dan air yang keluar dari lambung Yesus. Begini. Seperti para leluhur kami dahulu, kami membayangkan darah sebagai tempatnya kehidupan dan air sebagai kekuatan yang menopang dan melangsungkan kehidupan. Ketika Yesus meninggal di kayu salib, yang mengalir keluar dari dirinya ialah kehidupan dan kekuatan penopangnya. Itulah yang hendak kusampaikan.
Memang aku bukan ahli anatomi, tapi aku melihat lebih jauh. Kan sudah kukatakan dalam bab 19 bahwa aku menyaksikan semua ini. Juga sekarang ini masih tetap aku ingin berbagi pengalaman dan kesaksian itu dengan kalian. Eh, sudah jam dua malam nih!
:-o B4N!
Hans

Percikan Nas HARI JUMAT AGUNG Jumat, 30 Maret 2018

Pantang dan Puasa
warna liturgi Merah

Jumat, 30 Maret 2018

Bacaan-bacaan:
Yes. 52:13-53:12; Mzm. 31:2,6,12-13,15-16,17,25; Ibr. 4:14-16; 5:7-9; Yoh. 18:1-19:42. BcO Ibr. 9:11-28.
Nas Injil:
Yoh 18:1Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
Yoh 18:2Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.
Yoh 18:3Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
Yoh 18:4Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: “Siapakah yang kamu cari?”
Yoh 18:5Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” Kata-Nya kepada mereka: “Akulah Dia.” Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
Yoh 18:6Ketika Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.
Yoh 18:7Maka Ia bertanya pula: “Siapakah yang kamu cari?” Kata mereka: “Yesus dari Nazaret.”
Yoh 18:8Jawab Yesus: “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.”
Yoh 18:9Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: “Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.”
Yoh 18:10Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus.
Yoh 18:11Kata Yesus kepada Petrus: “Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?”
Yoh 18:12Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Yoh 18:13Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar;
Yoh 18:14dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.”
Yoh 18:15Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar,
Yoh 18:16tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk.
Yoh 18:17Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: “Bukankah engkau juga murid orang itu?” Jawab Petrus: “Bukan!”
Yoh 18:18Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.
Yoh 18:19Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan tentang ajaran-Nya.
Yoh 18:20Jawab Yesus kepadanya: “Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi.
Yoh 18:21Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan.”
Yoh 18:22Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: “Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?”
Yoh 18:23Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?”
Yoh 18:24Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu.
Yoh 18:25Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: “Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?”
Yoh 18:26Ia menyangkalnya, katanya: “Bukan.” Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?”
Yoh 18:27Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam.
Yoh 18:28Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah.
Yoh 18:29Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: “Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?”
Yoh 18:30Jawab mereka kepadanya: “Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!”
Yoh 18:31Kata Pilatus kepada mereka: “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.” Kata orang-orang Yahudi itu: “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.”
Yoh 18:32Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Yoh 18:33Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: “Engkau inikah raja orang Yahudi?”
Yoh 18:34Jawab Yesus: “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?”
Yoh 18:35Kata Pilatus: “Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?”
Yoh 18:36Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.”
Yoh 18:37Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
Yoh 18:38Kata Pilatus kepada-Nya: “Apakah kebenaran itu?” (18-38b) Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.
Yoh 18:39Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?”
Yoh 18:40Mereka berteriak pula: “Jangan Dia, melainkan Barabas!” Barabas adalah seorang penyamun.
Yoh 19:1Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
Yoh 19:2Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu,
Yoh 19:3dan sambil maju ke depan mereka berkata: “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lalu mereka menampar muka-Nya.
Yoh 19:4Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: “Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.”
Yoh 19:5Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: “Lihatlah manusia itu!”
Yoh 19:6Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Kata Pilatus kepada mereka: “Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.”
Yoh 19:7Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.”
Yoh 19:8Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia,
Yoh 19:9lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: “Dari manakah asal-Mu?” Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.
Yoh 19:10Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?”
Yoh 19:11Yesus menjawab: “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”
Yoh 19:12Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.”
Yoh 19:13Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.
Yoh 19:14Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: “Inilah rajamu!”
Yoh 19:15Maka berteriaklah mereka: “Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” Kata Pilatus kepada mereka: “Haruskah aku menyalibkan rajamu?” Jawab imam-imam kepala: “Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!”
Yoh 19:16Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. (19-16b) Mereka menerima Yesus.
Yoh 19:17Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.
Yoh 19:18Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.
Yoh 19:19Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.”
Yoh 19:20Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.
Yoh 19:21Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.”
Yoh 19:22Jawab Pilatus: “Apa yang kutulis, tetap tertulis.”
Yoh 19:23Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian?dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.
Yoh 19:24Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: “Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.” Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku.” Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.
Yoh 19:25Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Yoh 19:26Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”
Yoh 19:27Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Yoh 19:28Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia?supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci?:”Aku haus!”
Yoh 19:29Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Yoh 19:30Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Yoh 19:31Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib?sebab Sabat itu adalah hari yang besar?maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.
Yoh 19:32Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus;
Yoh 19:33tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,
Yoh 19:34tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Yoh 19:35Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.
Yoh 19:36Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan.”
Yoh 19:37Dan ada pula nas yang mengatakan: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.”
Yoh 19:38Sesudah itu Yusuf dari Arimatea?ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi?meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.
Yoh 19:39Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya.
Yoh 19:40Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.
Yoh 19:41Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.
Yoh 19:42Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.
Percikan Nas
Kita telah membaca kisah sengsara Tuhan Yesus. Ada banyak hal yang bisa kita renungkan dari kisah tersebut. Mungkin di paroki-paroki anda pun dibuat drama dan visualisasi kisah sengsara tersebut. Kalau kita amati setiap tempat pun pasti mempunyai naskah yang khas. Dari situ kita bisa melihat betapa kaya kisah ini. Lalu apa yang bisa kita sumbangkan sekarang ini?
Ketika mau menjawab ini saya langsung teringat kata salib. Sebagai orang katolik kita selalu membuat tanda salib kala mau berdoa. Tidak jarang pemimpin pun memulai dengan mengajak, “Mari kita membuat tanda kemenangan Kristus…” Salib menjadi tanda kemenangan. Kemenangan apa? Salah satunya adalah kemenangan Kristus karena setia menjalankan kehendak Bapa. Walau ada sengsara, duka dan kesedihan, namun semua itu dilalui Kristus dengan hati yang mantap dan penuh kewibawaan.
Salib adalah tanda kemenangan. Tanda tersebut melekat dalam diri kita. Maka kiranya kita pun layak bersyukur atas kemenangan Kristus ini. Kita mesti membawa kemenangan Kristus melaksanakan kehendak Bapa dalam hidup keseharian kita. Kita kenakan (salib) Kristus dalam kata dan tindakan kita. Mari kita jadi saksi salib Kristus.
Doa:
Bapa jalan-Mu seringkali tidak kami mengerti dengan baik. Salib Putera-Mu menjadi tanda kemenangan yang menyelamatkan. Semoga aku selalu membawa tanda kemenangan ini dalam hidupku dan hidupku pun menghadirkan kemenangan-Mu. Amin.
(goeng)