Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, March 17, 2018

Mengapa disebut Misteri Paskah?


Istilah Misteri Paskah (Mysterium paschale ) kerap digunakan dalam Konsili Vatikan II (1963-1965) sebagai istilah yang mengacu kepada karya penebusan Kristus yang diwartakan dan dilaksanakan di dalam liturgi.
Dalam Konstitusi tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium, Konsili menjelaskannya sebagai berikut:
“Adapun karya penebusan umat manusia dan permuliaan Allah yang sempurna itu telah diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. Karya itu diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paskasengsara-Nya yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan. Dengan misteri itu Kristus “menghancurkan maut kita dengan wafat-Nya, dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya”. Sebab dari lambung Kristus yang beradu di salib muncullah Sakramen seluruh Gereja yang mengagumkan.” (SC 5, lih juga SC 10, 47,61)
Kata “Paska” ini sendiri berasal dari kata Ibrani “Pesach” yang artinya passover, ‘dilewati/ diluputkan’ yang mengacu kepada pembebasan bangsa Israel dari penjajahan Mesir, ketika malaikat maut melewati/ meluputkan rumah-rumah orang Israel yang ditandai dengan darah anak domba (lih. Kej 12:21-24). Bangsa Israel kemudian memperingati peristiwa ini dengan perjamuan anak domba, yang disebut sebagai perjamuan paska. Bangsa Israel memperingati perjamuan paska ini setiap tahun untuk memperingati perayaan penebusan, perjanjian Allah dengan mereka, dari penjajahan perbudakan menuju kebebasan, dari kematian menuju kehidupan. Nah bagi kita umat Kristen, peristiwa ini diperingati dan disempurnakan dalam perayaan Paskah, di mana Kristuslah Sang Anak Domba Paska yang dikurbankan, untuk membebaskan kita manusia dari penjajahan dosa. Ini merupakan perayaan penebusan kita sebagai umat Kristiani. Dan karena Baptisan merupakan perayaan disatukannya kita dengan kematian dan kebangkitan Kristus Sang Anak Domba Allah yang oleh-Nya kita menerima penebusan dosa, maka dalam perayaan Paska, kita juga memperingati Baptisan kita.
Menurut Fr. Raniero Cantalamessa OFM Cap, pengkhotbah Kepausan, interpretasi misteri Paska menurut para Bapa Gereja dapat disimpulkan mencakup empat dimensi ((Cantalamessa R. OFMCap,  Introduction, in: Easter in the Early Church, (1993) p. 2-3)):
1) Sejarah. Kejadian-kejadian sejarah membentuk pondasi bagi misteri Paska dan diperingati dalam liturgi Paska.
2) Sakramen dan mistagogi. Kejadian-kejadian historis tentang wafat dan kebangkitan Kristus dinyatakan di dalam diri umat sebagai jalan dari kematian menuju kehidupan. Pertama-tama hal ini dicapai dalam Baptisan dan Ekaristi, tetapi perayaan Paska sebagai keseluruhan, itu sendiri adalah sebuah sakramen, yaitu sakramen Paska, paschale sacramentum.
3) Moral dan kehidupan rohani. Paska merupakan peralihan- pemutusan hubungan dengan kejahatan, pertobatan menuju kebaikan, dan kemajuan dalam kehidupan rohani, sampai mencapai tempat peralihan abadi di Kerajaan Allah.
4) Eskatologis. Di tahun-tahun awal Gereja merayakan Misteri Paskah dengan pengharapan yang jelas akan kedatangan Kristus kembali. Namun lambat laun, komunitas-komunitas Kristen telah memusatkan diri kepada kehadiran Kristus di dalam Gereja sebagai antisipasi liturgis tentang Parousia (kedatangan Kristus yang kedua di akhir zaman). Eskatologi Paskah juga mendorong kerinduan bagi Paska surgawi, maka Misteri Paska menjadi janji akan kehidupan kekal.
Kata “Misteri” berasal dari kata “mysterium (Latin)/ mysterion (Yunani)”, artinya rahasia. Dari keempat dimensi di atas, nyatalah:
1) Adanya suatu ‘rahasia’ rencana Allah, yang bekerja di sepanjang sejarah manusia, yang mencapai puncaknya dalam pengorbanan Kristus di kayu salib, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke Surga.
2) Demikian juga adalah suatu ‘rahasia’ rencana Allah yang terus berkarya dalam sakramen-sakramen Gereja untuk menghadirkan kembali peristiwa pengorbanan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus Putera-Nya ke Surga, terutama dalam Baptisan dan Ekaristi.
Dan oleh kuasa Roh Kudus-Nya peristiwa pengorbanan Kristus, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, dihadirkan kembali secara sakramental dalam perayaan Ekaristi. Maka Ekaristi tidak menjadikan misteri Paska sebagai kenangan biasa. Kehadiran Kristus yang nyata dalam Ekaristi merupakan kurnia-Nya yang terbesar kepada Gereja. Dalam Ekaristi, Kristus menggenapi janji-Nya, “Akulah Roti Hidup yang turun dari Surga. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup… Ia yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku akan memperoleh hidup yang kekal… tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu…. (lih. Yoh 6:51,54,56)
Dalam perayaan Ekaristi, kurban Kristus dihadirkan kembali, sebagai peringatan/ kenangan akan Tuhan Yesus yang berpesan, “Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku,” dan sebagai perjamuan kudus yang melaluinya kita dapat mengambil bagian dalam kurban Paska dan memperbaharui perjanjian baru yang telah dibuat oleh Allah dengan ditandai dengan darah Kristus (lih. Eucharisticum Mysterium 3).
3) Juga dalam kehidupan rohani seseorang, adanya misteri Paska, yang artinya peralihan/ pertobatan, dari kehidupan lama ke kehidupan baru bersama Kristus, tak jarang menyimpan misteri/ rahasia tersendiri, yaitu, bagaimana seseorang dapat sungguh bertobat dari dosa yang telah lama mengikatnya. Sesuatu perubahan yang tak terpikirkan dapat terjadi, sebagai bagian dari misteri/ rahasia karya Allah dalam hidup kita masing-masing.
4) Akhirnya, jika kita menyadari bahwa penggenapan rencana Allah akan tercapai dengan sempurna di akhir zaman, kita juga akan melihat bahwa hal ini merupakan misteri/ rahasia Allah yang belum dapat kita ketahui dengan pasti sekarang ini. Sebab kita tidak tahu kapan saatnya akan tiba, dan seperti apakah kesempurnaan Paska surgawi itu. Yang jelas akan ada persatuan/ persekutuan yang tak terpisahkan antara kita dengan Allah, sebagaimana telah kita alami di dunia ini dengan menyambut Kristus dalam Ekaristi.
Selanjutnya, untuk menjelaskan makna yang lebih rinci tentang misteri/ ‘rahasia’ tersebut, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian:
KGK 774    Kata Yunani “musterion” (rahasia) dijabarkan dalam bahasa Latin dengan dua istilah: “mysterium” dan “sacramentum“. Menurut tafsiran di kemudian hari istilah “sacramentum” lebih banyak menonjolkan tanda kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan, sedangkan kenyataan tak kelihatan itu sendiri dimaksudkan dengan istilah “mysterium“. Dalam arti ini Kristus sendiri adalah misteri keselamatan: “Misteri Allah tidak lain dari Kristus sendiri” (Agustinus, cp. 187,11,34). Karya keselamatan dari kodrat manusiawi-Nya yang kudus dan menguduskan adalah sakramen keselamatan yang dinyatakan dalam Sakramen-sakramen Gereja (yang oleh Gereja-gereja Timur juga disebut “misteri-misteri kudus”) dan bekerja di dalamnya. Ketujuh Sakramen itu adalah tanda dan sarana, yang olehnya Roh Kudus menyebarluaskan rahmat Kristus, yang adalah Kepala di dalam Gereja, Tubuh-Nya. Jadi, Gereja mengandung dan menyampaikan rahmat yang tidak tampak, yang ia lambangkan. Dalam arti analog ini, ia dinamakan “sakramen”.
Sebagai rangkuman, Paus Yohanes Paulus II menghubungkan Misteri Paska dengan penciptaan di awal mula dunia, puncak sejarah keselamatan (yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga) dan penggenapan eskatologis di akhir zaman:
“Misteri Paska Kristus adalah pewahyuan penuh akan misteri asal usul dunia, puncak dari sejarah keselamatan dan antisipasi dari penggenapan eskatologis tentang dunia. Apa yang diselesaikan dalam Penciptaan dan ditempakan bagi umat-Nya dalam kitab Keluaran, telah menemukan penggenapan yang sepenuhnya dalam Wafat Kristus dan kebangkitan-Nya, meskipun penggenapannya secara definitif tidak akan datang sampai saat Parousia, ketika Kristus datang kembali dengan mulia…  (Dies Domini, 18)
Akhirnya, mari mengacu kepada surat Rasul Paulus yang telah mengajarkan betapa rahasia/ musterion kehendak Allah telah ada sejak semula, dan telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus, sebagai persiapan akan penggenapannya di akhir zaman kelak saat segala sesuatunya telah dipersatukan di dalam Kristus. Demikian yang dikatakan oleh Rasul Paulus:
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. Sebab Ia telah menyatakan rahasia (musterion) kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi…” (Ef 1:3-10)

0 comments:

Post a Comment