Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, June 6, 2015

PARADE KUNJUNGAN


Pada saat liburan banyak tempat-tempat wisata dikunjungi oleh banyak orang. Jenis wisata pada masa kini tidak hanya terbatas pada keindahan alam. Tempat-tempat rekreasi juga menjadi tempat pariwisata. Bahkan wisata religius pun makin marak. Domus Pacis kini tampaknya juga menjadi salah satu tujuan wisata Gerejawi. Selain yang khusus datang untuk para rama Domus, banyak kelompok umat yang memiliki acara wisata dan atau berziarah menempatkan Domus Pacis sebagai salah satu tempat yang didatangi. Tanggal 2 Juni 2015 adalah hari libur Waisak. Pada jam 09.30 rombongan para sekretaris paroki-paroki Kevikepan Kedu yang dikoordinasi Bapak Budiarto datang. Rama Yadi, Rama Harto, Rama Hantoro dan Rama Tri Wahyono menyambutnya. Rama Bambang tidak ikut menyambut karena sedang melanyani misa lansia di Paroki Pringgolayan. Kata Rama Hantoro rombongan ini tidak lama berada di Domus karena masih akan ke Taman Pintar dan Gembira Loka.

Ketika Rama Bambang tiba di Domus Pacis pada jam 11.00, Rama Hantoro sedang mendapatkan kunjungan kelompok umat dari Paroki Kebon Dalem, Semarang. Rama Harto ikut bergabung menyambut. Kelompok ini diterima di ruang pertemuan karena banyaknya yang datang. Ketika Rama Bambang sedang melepas lelah di kamarnya Mbak Tari masuk dan melaporkan "Rama, wonten pisang radi katah ingkang sampun mateng siap jual. Umumipun kepok" (Rama, ada banyak pisang yang sudah ranum siap jual. Kebanyakan pisang jenis kepok). Mbak Tari lapor ke Rama Bambang karena dia yang biasanya terus mengirim SMS ke beberapa relasi untuk memasarkan. Tetapi saat itu Rama Bambang bilang "Tawakke mawon teng tamune Rama Hantoro" (Tawarkan saja ke para tamu Rama Hantoro). Ternyata para tamu sungguh berminat dan pada saat itu Mbak Tari kebingungan tentang berapa harganya sehingga berteriak ke Rama Bambang "Diregani pinten, rama?" (Diberi harga berapa, rama?) yang dijawab "Diserahke mawon ken nemtokke sing dha nuku" (Yang beli diminta menentukan sendiri harganya). Ternyata ada tamu yang berkata "Rama, rama yang menentukan harganya dong" yang langsung disahut oleh Rama Bambang "Wegah. Arep kok bayar pira, terserah. Dicolong ya entuk" (Saya tidak mau. Kamu akan bayar berapa, terserah. Dicuri juga boleh) yang membuat para tamu tertawa. Tetapi akhirnya pisang-pisang itu habis semua dan Rama Bambang menerima setoran uang dari Mbak Tari.

Ketika para tamu itu pulang, para rama segera makan siang bersama. Tetapi di tengah makan datang pula rombongan lain. Ketika Rama Bambang bertanya, ternyata mereka dari Lingkungan Santo Antonius Banyumanik, Semarang. Maka para rama (Rama Yadi, Rama Hantoro, Rama Harto, Rama Tri Wahyono, dan Rama Bambang) menemui bersama di ruang pertemuan. Pertemuan diwarnai suasana santai menggembirakan karena banyak ucapan humor. Ketika pertemuan dengan Banyumanik sedang berjalan dengan meriah, Rama Hantoro harus menarik diri karena ada rombongan lain dari Kebon Dalem berkunjung khusus untuk beliau. Sementara tamu Banyumanik pulang, rombongan Kebon Dalem masih ada dan mengadakan ibadat di kamar Rama Hantoro. Tamu ini pulang pada sekitar jam 14.30. Tetapi sebentar kemudian ada kelompok lain dari Kebon Dalem datang untuk Rama Hantoro hingga jam 16.30an.

0 comments:

Post a Comment