Sabtu, 09 Januari 2016
Hari Biasa
warna liturgi
Putih
Bacaan
1Yoh. 5:14-21;
Mzm. 149:1-2,3-4,5,6a,9b; Yoh. 3:22-30. BcO Bar. 4:30-5:9
Yohanes
3:22-30:
22 Sesudah itu
Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana
bersama-sama mereka dan membaptis. 23 Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di
Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ
untuk dibaptis, 24 sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam
penjara. 25 Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan
seorang Yahudi tentang penyucian. 26 Lalu mereka datang kepada Yohanes dan
berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang
sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia
membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." 27 Jawab Yohanes:
"Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau
tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. 28 Kamu sendiri dapat memberi
kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk
mendahului-Nya. 29 Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki;
tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang
mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu.
Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. 30 Ia harus makin besar,
tetapi aku harus makin kecil.
Renungan:
Dalam beberapa kesempatan
kita menyaksikan pergolakan karena pergantian kepemimpinan. Bahkan ada di
antaranya yang harus dengan pertumpahan darah. Perseteruan itu sering
diperbesar oleh perseteruan para pengikutnya. Dan seringkali perseteruan itu
menimbulkan luka dan dendam yang tiada berujung.
Sikap berbeda
ditunjukkan oleh Yohanes. Ketika orang-orangya mengabarkan tindakan Yesus,
Yohanes tidak marah. Ia malah memberi nasehat kepada para muridnya. Ia pun
mempunyai jiwa besar, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil"
(Yoh 3:30).
Seorang pemimpin
pasti mempunyai keterbatasan masa. Ada waktu baginya untuk mundur dan
menyerahkan itu kepada penggantinya. Ketika ia tetap bercokol dan keras kepala
mau mempertahankan kepemimpinannya maka ia pun akan dipermalukan oleh sikapnya
tersebut. Bapak Kardinal Darmoyuwana adalah salah satu pemimpin yang berani
melepaskan jabatannya sebagai Uskup kala usianya masih memadai untuk memimpin
dan karyanya sungguh masih bersinar. Baginya Gereja membutuhkan tenaga muda
yang mampu mensikapi perkembangan Gereja.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu.
Bayangkan kala ada orang di instansimu yang siap menggantikan kepemimpinanmu.
Refleksi:
Tulislah
pengalamanmu menyiapkan generasi penggantimu.
Doa:
Bapa, syukur atas
rahmat dan berkat yang Kauberikan padaku. Terima kasih pula atas hadirnya
pribadi-pribadi yang siap menggantikan kepemimpinanku. Berkatilah mereka dan
biarkan mereka menjadi makin besar. Amin.
Perutusan:
Aku akan
memberikan bantuan bagi penggantiku dan membiarkan dia makin menjadi besar. -nasp-
0 comments:
Post a Comment