Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, January 21, 2016

KUNJUNGAN DENGAN REKOLEKSI

 

Hari Minggu 17 Januari 2016. Pada sekitar jam 09.00 rombongan Lingkungan Bartholomeus dari Paroki Tanah Mas, Semarang, sudah datang. "Rama, ini kami masih menanti satu mobil lagi. Mereka lewat Sala karena harus menjemput yang kemarin kondangan di Sala" Bu Yuni, yang menjadi Ketua Lingkungan, berkata yang disambut dengan kata-kata oleh Rm. Bambang "Gak apa. Sekarang yang datang minum dan santap snak dulu." Para tamu kemudian duduk-duduk menikmati snak yang dilayani para relawan Domus Pacis: Mbak Sri, Bu Rini dan Mas Handoko. Penantian rombongan yang lewat Sala tidak membuat suasana menjemukan, karena mereka dapat bercengkerama dengan rama-rama Domus. Rm. Harto, Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, Rm. Hantoro dan Rm. Bambang semacam menjadi pusat kelompok-kelompok kecil yang asyik berbicara macam-macam. 

Pada jam 10.00 acara dimulai. Dan ini memang sesuai dengan rancangan. Bu Yuni membuka dan mengatakan bahwa kunjungan ke rama-rama Domus Pacis akan diisi dengan rekoleksi dan misa. Sesudah doa pembukaan acara diserahkan ke Rm. Bambang untuk memimpin rekoleksi. "Apa kabar  kata Rm. Bambang memulai pembicaraan yang mendapat seruan jawaban "Luar biasaaaaa". "Nah, ini yang berbahaya untuk ikut Yesus" komentar Rm. Bambang yang membuat 32 orang peserta tercengang. Beberapa orang secara spontan mengatakan bahwa ikut Yesus kan pasti luar biasa. Rm. Bambang kemudian mengutip kata-kata dari Injil "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Luk 9:23) Dari sini mulai dipaparkan bahwa ikut Yesus terutama ada dalam ketekunan pada yang harian. Para peserta mengiyakan ketika Rm. Bambang mengatakan bahwa yang biasa harian banyak tidak mengenakkan. Tetapi dalam yang tidak mengenakkan ini terkandung sukacita sejati karena ikut Yesus. Rm. Bambang kemudian mensharingkan pengalaman para rama Domus yang biasa kumpul makan. Selain karena masing-masing rama memiliki kondisi fisik yang tak enak, dalam kebersamaan juga saling berhadapan dengan kekurangan masing-masing yang untuk pandangan umum tak enak bahkan ada yang menjijikkan. Tetapi dalam penerimaan iman semua justru berubah menjadi bahan yang membuat tertawa. Tanya jawab pun terjadi di sekitar bagaimana mengolah "keburukan" menjadi keindahan.

Pada jam 11.25 acara dilanjutkan dengan misa yang dipimpin oleh Rm. Yadi. Rm. Yadi memimpin dengan semangat. Suara beliau sungguh lantang. Padalah biasanya volume suaranya sudah lemah dan lirih. Dalam homili beliau banyak membuat para peserta tertawa. Ketika sampai pada bagian komuni, Mas Abas, karyawan Domus, mendekati Rm. Bambang dan berbisik "Enten rombongan saking Prambanan dhateng" (Ada rombongan dari Prambanan datang). Rm. Bambang agak terkejut dan bertanya "Saiki neng ngendi?" (Sekarang dimana?) yang dijawab oleh Mas Abas "Kula aturi nengga teng ruang tamu. Pun ditemoni Rm. Tri Hartono" (Saya minta menunggu di ruang tamu. Rm. Tri Hartono sudah menemui). Inilah yang membuat Rm. Bambang tidak ikut bergabung makan bersama rombongan Tanah Mas ketika acara mereka ditutup dengan makan siang yang disiapkan Mbak Tatik, salah satu relawati Domus yang bergabung dengan relawan lain yang sudah datang duluan).

0 comments:

Post a Comment