Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, April 25, 2018

Allah Menyelenggarakan


"Lho, tesih kudu dimasak, ta?"(Lho, masih harus dimasak, ta?) tanya Rm. Bambang ketika melihat beberapa ibu tamu agak ribut dengan karyawan dan Bu Rini serta Bu Sri Handoko di dapur Domus Pacis. Hal ini berkaitan dengan konsumsi yang dijanjikan akan disantap bersama. Itu adalah tahu kupat Blabag yang bahan-bahannya ada yang masih harus digoreng dan digodog. "Jumlahe pinten" (Ada berapa porsi) Rm. Bambang bertanya lagi dan mendapat jawaban "Kalih dasa" (Dua puluh). Di sini Rm. Bambang terkejut dalam hati karena jumlah tamu, apalagi kalau ditambah penghuni Domus dan 2 orang relawan, lebih dari 20 orang. Pertama-tama ada yang menjelaskan bahwa itu hanya untuk para rama. Ketika ditanya nanti ada makan bersama tidak, ternyata akhirnya terjawab bahwa ada. Rm. Bambang menjadi heran tetapi kemudian jadi jelas ketika penghubung tamu dengan Rm. Bambang berkata "Rama rak nyepaki nasi goreng, ta? Menika rak lima roti dua ikan" (Bukankah rama menyediakan nasi goreng? Ini kan sharing model lima roti dan dua ikan seperti yang ada dalam Injil).

Itu adalah peristiwa yang terjadi pada Sabtu sore tanggal 14 April 2018 ketika Rm. Bambang mungkin mengalami kesalahan. Ada kelompok Kerahiman Ilahi yang beranggotakan ibu-ibu dari Paroki Banyu Temumpang. Ketika penghubung lewat telepon membicarakan hari berkunjung, Rm. Bambang menawarkan sore hari sambil ikut Misa di salah satu hari ketika ada kelompok sanggar ikut mengisi kor. "Yen tumut niku, onten sekul gorenge bar misa lho" (Kalau ikut yang itu, ada nasi goreng sesudah misa lho) kata Rm. Bambang. Tetapi yang terjadi mereka mau memilih hari sendiri tidak bersama kelompok lain. Maka disetujuilah tanggal 14 sore. Kebetulan Rm. Slamet Wito Karyono tidak pergi sehingga beliau menyanggupkan diri memimpin misa. Dan sore itu Misa pun dimulai terlambat amat melebihi jam 17.00 karena ternyata rombongan tamu sebelumnya pergi ke Ganjuran lebih dahulu. Adapun tentang konsumsi untuk makan bersama, Mas Handoko bilang kepada Rm. Bambang "Telpon Pak Pur mawon, nyuwun digawekke cepetan" (Telepon Pak Pur saja agar cepat dibuatkan). Pak Pur adalah adik Rm. Bambang yang berjualan bakmi dan nasi goreng. Mas Handoko meminta Mas Ardy untuk mengambilnya. Rm. Bambang malam itu pergi memimpin ibadat dalam hajatan umat. Ketika pulang pada hampir jam 22.00, Mas Abas yang membukakan pintu berkata "Tamune dha minat nasi gorenge" (Para tamu amat minat dengan nasi gorengnya).

0 comments:

Post a Comment