Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, December 11, 2019

Belajar Jadi Lansia Milenial?


Pada hari Senin 9 Desember 2019 ada tiga orang siswa SMA Kolese de Britto datang mewancaraiku. Mereka melakukan ini dalam rangka tugas dari pelajaran agama. Tentu saja pembicaraan lebih ditekankan pada sejarah panggilan dan penghayatan kehidupan saya sebagai imam. Tetapi di tengah-tengah pembicaraan muncul omongan tentang kelansiaan. Mereka tampak tertegun ketika saya mengatakan “Saya berjuang menjadi lansia milenial”.

Gambaran tentang Milenial

“Kamu kira yang milenial itu hanya yang remaja dan muda” tanya saya yang ditanggapi oleh anggukan-anggukan mereka. Kemudian saya berbicara tentang milenial dalam gambaran saya. Bagi saya milenial berkaitan dengan zaman yang amat diwarnai oleh revolusi tekhnologi informasi. Sistem komputerisasi berkembang amat sangat pesat sekali. Kehidupan masyarakat pun mengalami perubahan-perubahan sehingga secara umum muncul model 4.0 dalam cari nafkah. Di sini orang-orang yang dalam mencari nafkah maunya atau bangganya menjadi pegawai atau karyawan baik negri maupun swasta, mereka sejatinya adalah golongan orang-orang bermental tradisional. Orang-orang tradisional hidup dibawah jadual dan agenda yang ditentukan oleh institusi bahkan sosok yang memimpin. Era milenial membuat orang mampu menentukan diri dan membuat kerjaan sendiri.

Ketika masyarakat masuk kedalam era globalisasi, banyak dikatakan bahwa yang hebat adalah yang menguasai IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi). Orang dapat amat kagum pada sosok yang memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan. Dia bisa apa saja. Orang memiliki banyak titel. Dia dapat mengerjakan banyak pekerjaan dari banyak bidang. Pada masa kini kita dapat menjumpai banyak lulusan perguruan tinggi menjadi penganggur dalam arti tidak menjadi pegawai. Sementara itu paling tidak kita dapat mendengar orang-orang muda yang masih kuliah bahkan masih duduk di sekolah menengah yang dapat meraih banyak uang dari kerja “sambilan”. Saya memang tidak tahu apa itu star up (?) dan istilah-istilah zaman kini seperti buka lapak. Tetapi saya menyaksikan sosok lulusan perguruan tinggi terkenal luar negri jadi amat kaya karena sukses sebagai boss gojek yang mampu menembus luar negri. Saya berpikir bahwa kesejatian milenial adalah jamannya orang mampu memperhatikan atau fokus pada yang kecil dan kemudian dengan komitmen mendalam menghidupinya.

Tekuni yang Kecil dengan Komputer

Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan yang pernah menempatkan saya tinggal bersama dengan Rm. Agoeng. Dia adalah seorang imam muda yang pada waktu itu menjadi Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang. Rm. Agoeng setengah memaksa melatih saya belajar email, FB, BB, Blog, dan WA. Dengan tertatih-tatih saya dapat mengoperasionalisasikan komputer untuk hal-hal itu. Rm. Agoeng juga menjerat saya untuk menulis renungan setiap hari dan ditayangkan lewat media sosial. Ketika saya mengatakan “Kula mboten saget nyerat saé” (Saya tidak dapat membuat tulisan tertata baik apalagi mutu), beliau berkata “Awon mboten napa-napa” (Jelek tidak menjadi soal). Katanya yang pokok isinya. Dengan demikian, sekalipun sudah lansia, saya mengalami pelatihan alat-alat milenial.

Dengan bekal kesediaan menjalani “yang hanya” di depan laptop, saya merasakan hadirnya makna hidup ikut Tuhan dalam perkembangan situasi kongkret. Saya yang secara lahiriah sudah tidak memiliki jemaat karena bebas dinas, setiap hari merasa mendapatkan orang-orang yang memperhatikan “khotbah dan pengajaran maya” lewat internet. Jumlahnya paling tidak rata-rata 200 orang lho. Bagi imam lansia yang tak berkemampuan menyolok, itu sudah menghadirkan daya ilahi yang memupuk kesegaran dan keceriaan relung hati.

Puren, 11 Desember 2019

0 comments:

Post a Comment