Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, December 14, 2019

Saya Sudah Tidak Pincang


Ketika masuk agama Katolik saya sudah bukan anak kecil. saya mulai pelajaran agama ketika berada di bangku SMP. Sakramen Permandian saya terima pada Misa Malam Paskah 25 Maret 1967 ketika kelas satu SMA. Dengan permandian tentu saya mendapatkan tambahan nama. Banyak teman yang bersama-sama menerima permandian memilih nama orang kudus sesuai dengan ketertarikannya. Tanpa tahu riwayat kehebatannya saya tertarik pada nama Antonius. Saya menginginkan sesudah dipermandikan akan mendapatkan panggilan “Mas Anton”. Tetapi seorang suster berkata “Besok kamu pakai nama Dominicus, ya”. Karena saya amat menghormat beliau hanya jawaban “Ya, suster” yang saya sampaikan. Sekalipun ada kekhawatiran masa depan, saya hingga kini tetap berada di bawah nama pelindung Santo Dominicus.

Bertahun-tahun yang saya khawatirkan tak pernah terjadi. Tetapi sesudah menjadi seorang imam, yang saya khawatirkan terealisasi dan bahkan marak keterkenalannya. Barangkali karena enaknya dalam pergaulan dan ketidaksoalan saya menerima ejekan, banyak teman imam menyebut nama saya “Bambang” dengan tambahan kata “D”. Dalam pertemuan-pertemuan resmi tak sedikit teman imam yang jadi MC memanggil saya untuk tampil dengan mengatakan “Kini yang akan bicara adalah Rama Bambang Dhé” dengan penekanan pada kata dhé. Hal ini selalu membuat gelak tawa dari yang hadir termasuk para awam. Walau banyak yang tahu bahwa huruf “D” adalah singkatan Dominicus, tetapi dengan penekanan kata dhé, banyak yang paham bahwa itu singkatan kata dhéglog (kata Jawa yang berarti pincang). Kaki kiri saya memang cacad sejak bayi usia setahunan. Tetapi ejekan dhé ternyata juga membuat relung hati saya ceria. Bahkan kalau ada yang bertanya “Dhé itu Damianus atau Dionisius?”, saya dengan tenang menjawab “Dheglogius”.

Kini saya berada di rumah tua. Kebetulan semua rama karena kondisinya, termasuk saya, sudah biasa berkursi roda. Pada suatu saat ada rama penghuni baru. Ketika masih menjadi sesama imam menjalani dinas keuskupan, beliau termasuk akrab dengan saya. Maka beliau juga biasa mengejek ke-dhé-an saya. Ketika melihat saya rama ini langsung berseru “Ini Rama Bambang Dhé, ta?” Langsung saja saya jawab “Ternyata kamu kini sudah katarak, ya?” Beliau membantah “Mataku masih awas”. “Kalau awas mengapa kamu tidak melihat aku sudah tidak pincang?” saya berkata sambil maju mundur dan kekiri kekanan dengan kursi roda yang saya duduki.

0 comments:

Post a Comment