Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, June 8, 2019

Santo Yakobus Berthieu

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2306 Diterbitkan: 10 Februari 2017 Diperbaharui: 18 Jun 2017

  • Perayaan
    08 Juni
  • Lahir
    28 November 1838
  • Kota asal
    Montlogis, Polminhac, Auvergne Perancis
  • Wilayah karya
    Madagaskar
  • Wafat
    Martir
    Ditembak mati pada tanggal 8 Juni 1896 di Ambiatibe, Antananarivo, Madagaskar
    Jenazahnya dibuang di Sungai Mananara dan tidak pernah diketemukan lagi.
  • Venerasi
    8 April 1964 oleh Paus Paulus VI
  • Beatifikasi
    17 Oktober 1965 oleh Paus Paulus VI
  • Kanonisasi
    21 Oktober 2012 oleh Paus Benediktus XVI Sumber : Katakombe.Org

Santo Yakobus Berthieu lahir pada 27 November 1838 di Montlogis, Polminhac, Auvergne di Perancis Tengah. Ia adalah anak kedua dari delapan bersaudara dalam sebuah keluarga petani miskin namun saleh.  Masa kecilnya dilalui dengan belajar dan bekerja di pertanian keluarganya.
Yakobus kemudian masuk seminari dan ditahbiskan menjadi seorang imam praja pada 21 Mei 1864. Oleh Uskupnya, ia ditugaskan di sebuah paroki di Roannes-Saint Mary, menggantikan pastor paroki sebelumnya yang sudah berumur dan sering sakit-sakitan. Yakobus berkarya di Roannes-Saint Mary selama sembilan tahun.
Karena berkeinginan untuk menjadi seorang missionaris, Yakobus kemudian berupaya untuk bergabung dengan Serikat Yesus. Ia mengirinkam lamaran dan diterima. Setelah memperoleh ijin dari uskupnya, Yakobus  lalu masuk Novisiat  Serikat Jesus pada tanggal 31 Oktober 1873. Saat itu ia sudah berusia 35 tahun.  Karena ia adalah seorang imam,  Yakobus menjalani masa novisiat yang berbeda dari para novis yang lain. Bahkan sebelum masa novisiatnya berakhir, ia telah ditunjuk untuk berangkat menuju tanah misi di Madagaskar. Sesaat sebelum berangkat, ia mengucapkan kaul.
Dia berangkat dari kota pelabuhan Marseille pada tahun 1875 menuju dua pulau di sekitar Madagaskar, pulau Réunion dan pulau Sainte-Marie yang saat itu adalah wilayah jajahan Perancis.  Awal karya misinya tidak berjalan mudah. Jesuit berusia 37 tahun ini harus berhadapan dengan iklim, bahasa, dan budaya yang sama sekali berbeda. Namun ia tidak pernah menyerah. 
Bersama dua orang Jesuit lainnya dan para Suster St. Yosef dari Cluny mereka membentuk tim misionaris. Tim ini sukses dalam karya pastoral selama lima tahun. Pada tahun 1881 karya mereka harus terhenti karena Perwakilan Pemerintah Perancis yang anti dengan Gereja Katolik mengusir para missionaris dari sana.  Yakobus Berthieu lalu mengungsi ke pulau besar Madagaskar, yang saat itu adalah sebuah kerajaan merdeka. Ia tiba di kota Tamatova lalu kemudian pindah ke Tananarive. Di kemudian hari para atasannya mengirim Yakobus ke wilayah misi yang jauh di pedalaman di Ambohimandroso, dekat Betsileo.

Pergolakan ini memicu perlawanan penduduk pribumi yang oleh kolonial Perancis di sebut pemberontakan Menalamba. Para pemberontak menyatakan perang terhadap penjajah Perancis dan para Missionaris. Selain melakukan perang gerilya terhadap tentara Perancis, pemberontak Menalamba juga membantai para pendatang dari Eropa, para missionaris, dan umat Kristen pribumi Madagaskar.
Dalam masa yang kacau-balau ini, Pater Yakobus SJ harus mengambil resiko membawa penduduk desa dari wilayah misi mengungsi ke ibukota Antananarivo karena desa mereka sudah tidak aman lagi. Ditengah perjalanan mereka diserang para pemberontak Menalamba. Yakobus ditangkap dan dianiaya. Jubahnya disobek dan ia dipaksa berjalan di tengah hujan untuk menemui pemimpin mereka.
Dihadapan pimpinan pemberontak, lutut pater Yakobus dipukul dengan popor senjata agar ia jatuh berlutut.  Dua orang lalu menembak secara bersamaan ke arahnya, tapi peluru mereka luput. Yakobus Berthieu lalu membuat tanda salib dan menundukkan kepalanya. Melihat ini, sang pemimpin mendekati Yakobus dan berkata : "Tinggalkanlah agama Anda, dan berhentilah menyesatkan orang lagi. Kami akan mengampuni anda dan mengangkat anda menjadi penasihat kami."
"Saya tidak bisa melakukannya;” Jawab Yakobus. “Saya lebih memilih untuk mati."
Jawaban ini membuat pimpinan Menalamba gusar. Ia memerintahkan agar missionaris Perancis itu segera di eksekusi.  Dua orang bergegas mengisi bubuk mesiu dan menembak. Pater Berthieu menundukkan kepalanya dan kembali berdoa. Dua peluru melesat namun tidak mengenai tubuh Yakobus. Seorang lagi melepaskan tembakan kelima,  yang menembus tubuh pater Yakobus namun tidak menewaskannya. Ia tetap dalam posisi berlutut dan tengah berdoa. Seorang pemberontak lalu mendatanginya dan menembak kepalanya dari jarak dekat.  Tubuh Jesuit ini terguncang dan jatuh ketanah.  Ia tewas seketika.
Jenazahnya dibuang para pemberontak ke Sungai Mananara dan sampai hari ini tidak pernah diketemukan lagi. Yakobus Berthieu, SJ, meninggal dunia pada pada 8 Juni 1896 di Ambiatibe, Madagaskar. Ia dibeatifikasi oleh Paus Paulus VI pada tanggal 17 Oktober 1965, dan dikanonisasi pada tanggal 21 Oktober 2012  oleh Paus Benediktus XVI.(qq)

0 comments:

Post a Comment