Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, June 16, 2019

Santo Yohanes Fransiskus Regis

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 4401 Diterbitkan: 29 Agustus 2013 Diperbaharui: 15 Jun 2016
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    16 Juni
  • Lahir
    31 January 1597
  • Kota asal
    Fontcouverte, Languedoc - Perancis Selatan
  • Wafat
    31 Desember 1640 | Sebab alamiah
  • Beatifikasi
    18 Mei 1716, oleh Paus Klemens XI
  • Kanonisasi
    5 April 1737 oleh Paus Klemens XII Sumber : Katakombe.Org

Orang kudus Perancis ini dilahirkan pada tahun 1597. Ketika usianya delapan belas tahun, ia bergabung dengan Serikat Jesus. Di seminari, kasih Yohanes kepada Tuhan dan panggilannya ditunjukkannya dengan cara ia berdoa. Ia juga bersemangat mengajar katekese di paroki-paroki apabila ia dapat.
Setelah ditahbiskan sebagai imam, St. Yohanes Fransiskus memulai karyanya sebagai seorang misionaris pengkhotbah. Ia menyampaikan khotbah-khotbah sederhana yang berasal dari hatinya. Teristimewa ia berbicara kepada kaum miskin dan rakyat jelata. Mereka berduyun-duyun datang untuk mendengarkannya. Yohanes melewatkan pagi hari dalam doa, melayani Sakramen Tobat dan menyampaikan khotbah. Siang hari ia mengunjungi penjara-penjara dan rumah-rumah sakit. Kepada seorang yang mengatakan kepadanya bahwa para narapidana dan para perempuan tidak baik yang ia pertobatkan tidak akan bertahan lama menjadi orang baik, orang kudus ini menjawab, “Apabila usahaku dapat menghentikan hanya sekedar satu dosa saja, maka aku akan menganggapnya berguna.”

St. Yohanes Fransiskus menjelajah hingga ke paroki-paroki di pegunungan liar bahkan di hari-hari yang dingin menggigit di musim dingin demi menyampaikan misinya, “Aku melihatnya berdiri sepanjang hari di atas tumpukan salju di puncak bukit sedang menyampaikan khotbah,” kata seorang imam, “dan kemudian ia melewatkan sepanjang malam dengan mendengarkan pengakuan dosa.” Terkadang ia bersiap berangkat ke suatu kota yang jauh pada pukul tiga dini hari dengan beberapa buah apel di kantongnya sebagai santapannya sepanjang hari itu.

Suatu ketika, dalam perjalanan ke suatu dusun, St. Yohanes Fransiskus terjatuh dan kakinya patah. Tetapi ia tetap meneruskan perjalanannya dengan bertopang pada sebatang tongkat dan pada bahu seorang teman. Ketika tiba di dusun, ia langsung mendengarkan pengakuan dosa. Ia tidak memeriksakan kakinya. Di akhir hari itu, ketika dokter memeriksanya, kakinya telah sembuh sama sekali secara ajaib.

St. Yohanes Fransiskus Regis wafat di salah satu misi khotbahnya. Ia jatuh sakit parah kala tersesat pada malam hari di hutan. Sesaat sebelum wafat ia berseru, “Aku melihat Tuhan kita dan BundaNya membukakan pintu gerbang surga bagiku.” Ia wafat pada tanggal 31 Desember 1640.

Pada tahun 1806, seorang peziarah menggabungkan diri dalam khalayak ramai yang berdoa di tempat ziarah St. Yohanes Fransiskus Regis. Peziarah ini yakin sepanjang hidupnya bahwa dengan perantaraan santo inilah ia mendapatkan panggilannya menuju imamat. Pemuda ini kelak dikenal sebagai St. Yohanes Maria Vianney, Imam dari Ars.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment