Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, June 23, 2019

Percikan Nas Sabtu, 22 Juni 2019

Paulinus dr Nola, Yohanes Fisher, Thomas More, Maria Ines Teresam Jullie Billiart
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan
2Kor. 12: 1-10; Mzm. 34:8-9,10-11,12-13; Mat. 6:24-34.
BcO Hak. 11:1-9,29-40.

Bacaan Injil:
24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." 25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Memetik Inspirasi:
Suatu kali di suatu desa diselenggarakan suatu upacara adat yang besar. Semua warga desa terlibat. Mereka menyumbangkan waktu, tenaga dan dana yang besar untuk keberlangsungan upacara tersebut. Kita orang yang di luar dari komunitas itu sering heran mengapa mereka mau melakukan seperti itu. Kadang terpikir kenapa uang dihabiskan untuk itu. Namun bagi warga komunitas tersebut semua tindakannya itu dilakukan dengan ikhlas dan gembira.
Rasanya warga desa itu nyaman dengan apa yang mereka lakukan. Mereka tidak khawatir akan kekurangan atau kesulitan setelah acara tersebut. Luar biasa. Hidup mereka menggambarkan apa yang disabdakan Tuhan hari ini. “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” (Mat 6:25).
Orang desa tadi lebih mementingkan hidup daripada pakaian. Mereka percaya Tuhan menjaga hidupnya. Rejeki akan selalu ada. Tuhan telah menyediakannya. Kiranya kita pun layak untuk belajar tidak khawatir dalam hidup ini. Tuhan selalu menyediakan rejeki. Ketika kita bergerak rejeki itu akan kita miliki. Burung pun telah disediakan makanan. Ketika burung itu bergerak ia pun mendapatkan makanannya. Jangan khawatir.

Refleksi:
Apakah aku sering khawatir?

Doa
Tuhan Engkau selalu menyediakan yang kami butuhkan. Rejeki-Mu selalu tersedia di sekitar kami. Semoga kami tidak malas bergerak untuk mendapatkan rejeki-Mu. Semoga kami pun tidak khawatir. Amin.

Khawatir
 MoGoeng
 Wates

0 comments:

Post a Comment