Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, August 7, 2017

Rm. Gito Sulit Tidur?


"Mau bengi bali seka misa neng Kricak, medhun seka mobil jemputan lan mbukak lawang, kursi rodhaku ora ana je" (Sepulang dari misa di Kricak, tadi malam begitu turun dari mobil jemputan dan membuka pintu, ternyata kursi rodaku tidak ada). Itu adalah kata-kata Rm. Bambang ketika makan pagi hari Sabtu 5 Agustus 2017 bersama Rm. Rio, Rm. Gito, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, dan Rm. Yadi. Ketika Rm. Rio bertanya "Ilang?" (Apakah hilang?), Rm. Bambang menjawab "Sekilas aku ya mikir ngono. Ning aku terus njaluk tulung pengantarku ngunekke bel tamu. Abas terus teka. Aku takon 'Kursi rodhaku kok ora ana?' Abas terus mlebu lan bali nyurung kursi rodhaku karo muni 'Teng kamare Rama Gito'" (Sekilas saya juga berpikir begitu. Tetapi saya minta tolong pengantarku untuk membunyikan bel kamar tamu. Abas datang. Aku bertanya 'Kursi rodaku kok tidak ada?' Abas terus masuk dan kembali mendorong kursi rodaku sambil berkata 'Di kamar Rama Gito'). Mendengar kata-kata Rm. Bambang semua, termasuk Rm. Gito, tertawa geli. Bahkan Rm. Rio menambah kata-kata "Thekku ya wis tahu dijupuk" (Milikku juga pernah diambil).


Di antara delapan orang rama yang ada di Domus Pacis, Rm. Gito memang yang tertuwa. Usianya 85 tahun lebih. Beliau tampak tidak betah berada di dalam kamar. TV dan radio tidak dapat menarik hatinya. Keinginannya adalah pergi keluar, kunjungan-kunjungan, atau ke tempat-tempat tertentu. Untung saja Rm. Hadi, Minister Domus Pacis, seakan-akan "hampir setiap hari" membawa Rm. Gito dalam kesempatan pergi baik untuk menjalani tugas pastoral, kebutuhan pribadi, ataupun memang untuk memenuhi keinginan Rm. Gito. Maka kerap terjadi Rm. Gito tidak ikut makan bersama para rama Domus. Yang membuat para rama Domus tertawa-tawa adalah setiap kali Rm. Gito ikut di kamar makan Rm. Bambang biasa bertanya "Wingi (atau Wau) piknik teng pundi? Le jajan teng pundi?" Kemarin (atau Tadi) pergi piknik kemana? Jajan makan dimana?). Rm. Gito kemudian berceritera dengan semangat. Tetapi kalau tidak pergi, beliau akan banyak berjalan dengan mendorong kursi rodanya dengan bertanya "Mana ...." lalu menyebut yang tidak tampak. Kalau itu terjadi di kamar makan dan menanyakan rama tertentu, yang selalu menjawab Rm. Bambang "Sek brevir" (Baru doa brevir) dan rama-rama lain tertawa. Akhirnya Rm. Gito setiap bertanya dimana rama tertentu, beliau menjawab sendiri "Sek brevir" sambil tertawa diikuti tawa rama-rama lain. Satu hal yang kerap dikeluhkan adalah "Kula kok mboten saget tilem nggih?" (Mengapa saya sulit tidur?) padahal kalau berbaring tidur kata karyawan juga bisa mendengkur. Hal ini yang membuat Rm. Bambang pernah berkata "Wau kula tiliki ning njenengan sare. Niku mung ngimpi ora isa sare" (Tadi saya jenguk di kamar tetapi Anda tidur. Itu artinya mimpi tak dapat tidur). Padahal di Domus Pacis Rm. Bambang belum pernah melihat Rm. Gito tidur.

0 comments:

Post a Comment