Santo
Carolus Borromeus, Uskup
Rabu, 4
November 2015
Lukas 14:25-33
14:25.
Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam
perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:
14:26
"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya,
isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan
nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:27
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi
murid-Ku.
14:28
Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak
duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu?
14:29
Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya,
jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,
14:30
sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
14:31
Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk
dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi
lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?
14:32
Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk
menanyakan syarat-syarat perdamaian.
14:33 Demikian pulalah tiap-tiap
orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak
dapat menjadi murid-Ku.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, orang akan bahagia kalau memiliki keluarga. Tanpa orang tua, anak dan sanak keluarga orang dapat merasa merana karena sebatang kara.
- Tampaknya, orang merasa bahagia kalau memiliki harta, prestasi dan kedudukan social. Tanpa kekayaan dan penghargaan sosial orang dapat merasa tak bermakna.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa semesra apapun hubungan dengan keluarga dan setinggi apapun penghargaan sosial dimiliki karena kekayaan dan prestasinya, kalau orang tidak akrab dengan kedalaman batin dia tidak akan mampu ambil jarak dari segala kepemilikian baik keluarga maupun status sosial sehingga tak akan mengalami kesejatian rasa aman dan bahagia. Dalam yang ilahi karena kemsraannya dengan gema relung hati orang akan mampu lepas bebas terhadap berbagai hal duniawi yang menyenangkan sehingga memiliki kesejatian landasan kebahagiaan.
Ah, apapun yang dimiliki harus
dijaga jangan sampai lepas dalam keadaan apapun.
0 comments:
Post a Comment