diambil dari WA EKSEM BARU ASELI
PESAN NATAL BERSAMA TAHUN 2015
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
DAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
“HIDUP BERSAMA
SEBAGAI KELUARGA ALLAH”
(Kejadian 9:16)
Saudara-saudari
umat Kristiani Indonesia,
Salam
sejahtera dalam kasih Kristus.
Kita kembali merayakan Natal, peringatan kelahiran Yesus,
Sang Juruselamat. Perayaan kedatangan-Nya selalu menghangatkan dan menguatkan
pengharapan kita. Dalam perayaan ini kita menghayati kembali peristiwa
kelahiran Yesus yang diwartakan dengan penuh sukacita oleh para malaikat kepada
para gembala di padang Efrata, komunitas sederhana dan terpinggirkan pada
zamannya (bdk. Luk. 2:8-12). Kiranya warta gembira para malaikat itu tetap
menggema dalam kehidupan kita sampai saat ini dalam keadaan apapun.
Pada
kesempatan istimewa ini, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak Anda semua untuk mensyukuri
kehadiran Sang Juruselamat dengan merenungkan pesan tentang “Hidup Bersama
sebagai Keluarga Allah.” Kita masing-masing ada dalam keluarga. Sementara itu keluarga kita berada bersama
keluarga-keluarga lainnya dalam sebuah keluarga besar umat manusia. Namun juga
kita sadari bahwa keluarga besar umat manusia mendiami bumi yang menjadi rumah
kita bersama. Di bumi yang satu ini, kita ditempatkan oleh Tuhan bersama
seluruh ciptaan lainnya. Di situlah kita hidup bersama sebagai keluarga Allah.
Kitab Kejadian 9:16 yang kita jadikan pijakan renungan
mengatakan: “Jika busur itu ada di awan,
maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal
antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi”.
Ayat ini menyatakan bahwa Allah membarui perjanjian-Nya, perjanjian keselamatan
dengan seluruh ciptaan-Nya. Pelangi di awan menjadi lambang pengharapan kita.
Peristiwa Natal mengingatkan kita kembali untuk ‘hidup sebagai keluarga Allah,’
yang dituntun oleh pelangi kasih-Nya yang meneguhkan iman dan menguatkan
harapan.
Hidup bersama sebagai keluarga Allah mengandung pesan
utama bahwa kita adalah satu keluarga. Sebagai anggota keluarga, kita
masing-masing mempunyai tanggungjawab untuk menjadikan hidup bersama di bumi
ini semakin baik; bukan hanya tanggung jawab untuk keselamatan manusia, tetapi
juga untuk keutuhan seluruh ciptaan.
Bagaimana mewujudkan tanggungjawab itu dalam perutusan
kita sebagai warga negara dan bangsa Indonesia? Pertama-tama, kita umat
kristiani Indonesia dipanggil untuk berteguh hati melaksanakan tujuan Allah
hadir di dunia, yaitu menciptakan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.
Kita bertanggungjawab mewujudkan keluarga Allah yang damai, rukun, adil dan
saling menerima dalam keberagaman.
Kita perlu membangun kesadaran bersama bahwa setiap makhluk ciptaan Allah
memiliki hak-hak dasar yang harus dihormati, hak hidup yang harus dilindungi,
dan hak-hak orang perorangan serta bersama yang harus dipenuhi dan diwujudkan.
Demikian pula, kita diingatkan bahwa umat
kristiani tidak hidup sendiri sebagai komunitas tertutup di dunia ini. Gereja
hidup berdampingan dengan komunitas-komunitas lain. Perbedaan pandangan dan
cara menjalani kehidupan, seringkali menimbulkan gesekan-gesekan bahkan konflik
antar kelompok, golongan, ras/suku dan agama, sehingga hubungan antar umat dan
antar warga menjadi kurang harmonis. Tidak sedikit orang menguras habis alam
demi meraup keuntungan. Hal itu menyebabkan hubungan manusia dengan sesamanya
dan dengan alam terganggu. Menjadi tugas kita bersama untuk memperbaiki relasi
yang rusak itu. Kita harus mengupayakan terwujudnya bumi yang satu ini sebagai “rumah
kita bersama”.
Sebagai warga bangsa kita juga diingatkan untuk bijaksana dalam menyikapi
bentuk-bentuk gangguan sosial yang dapat mengancam persaudaraan, perdamaian,
dan keamanan di Negara kita. Berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di
negeri kita, membangkitkan kesadaran dan niat baik kita untuk bersikap
bijaksana. Penutupan dan pengrusakan rumah-rumah ibadah, termasuk yang
mengakibatkan korban jiwa masih terjadi akibat perilaku kekerasan sekelompok
orang yang bertindak atas nama agama. Di samping itu, kerusakan lingkungan
terjadi, termasuk yang mengakibatkan musibah asap di berbagai wilayah
Indonesia. Semua itu membuat relasi antar umat manusia dan alam menjadi
terganggu, bahkan sudah makin rusak. Kita juga harus menjadi semakin bijaksana
memperlakukan alam “Ibu Pertiwi” yang darinya kita semua memperoleh kebutuhan
hidup sehari-hari. Kita dipanggil untuk
menegaskan kembali ketetapan hati kita untuk melindungi dan mempertahankan keutuhan ciptaan di
tengah budaya serakah yang melahirkan kemiskinan, ketidak-adilan, radikalisme
dan kerusakan lingkungan. Kita perlu mengembangkan hidup sederhana dan jujur di
tengah pengaruh globalisasi keserakahan dan ketidakpedulian ini.
Dengan mengembangkan spiritualitas keugaharian - melalui
hidup sederhana - umat kristiani Indonesia mensyukuri
rahmat Allah yang cukup untuk semua dan
berupaya: mengendalikan diri dan berani mengatakan cukup; menyatakan kesediaan
untuk hidup berbagi; dan berani berjuang bersama menentang segala sistem dan
struktur yang menghalangi serta mengurangi hak orang lain untuk memperoleh
kecukupan dalam hidupnya.
Dalam semangat kelahiran Yesus kita diajak untuk menanam,
menyiram dan memelihara kehidupan semua
makhluk ciptaan di bumi pertiwi ini, supaya semua makhluk dapat hidup bersama sebagai
keluarga Allah dengan damai, adil dan bercukupan.
SELAMAT NATAL 2015 DAN TAHUN BARU 2016
Jakarta, 18 November 2015
Atas nama
PERSEKUTUAN
GEREJA-GEREJA KONFERENSI
WALIGEREJA
DI INDONESIA (PGI) INDONESIA (KWI)
Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang Mgr. Ignatius Suharyo
Ketua Umum Ketua
Pdt. Gomar Gultom Mgr.
Antonius Subianto B
Sekretaris
Umum Sekretaris Jendral
0 comments:
Post a Comment