Sabtu, 21 November 2015
Peringatan Wajib SP Maria Dipersembahkan kepada Allah
warna liturgi Putih
Bacaan
1Mak. 6:1-13; Mzm. 9:2-3,4,6,16b,19; Luk: 20:27-40. BcO Yeh. 34:1-6,11-16,25-31
Lukas 20:27-40
20:27. Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
20:28 "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
20:29 Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak.
20:30 Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua,
20:31 dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak.
20:32 Akhirnya perempuan itupun mati.
20:33 Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."
20:34 Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan,
20:35 tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
20:36 Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.
20:37 Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
20:38 Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup."
20:39. Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali."
20:40 Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Renungan:
Hari
ini kita memperingati Peringatan Wajib SP Maria Dipersembahkan kepada
Allah. Secara spontan aku terbayang kala melihat deretan anak-anak
dihantar orang tuanya menerima berkat. Setiap kali meliat deretan itu
hati saya terasa bahagia. Pertama karena melihat hidupnya gereja dari
keluarga-keluarga itu. Kedua barisan anak-anak memberikan kegembiraan
tersendiri.
Saya membayangkan bagaimana dulu orang tua Maria
membawanya ke rumah ibadat dan mempersembahkannya. Hatinya gembira
membawa anak gadisnya bersekutu dengan Tuhan dan sesama umat. Keceriaan
seperti itu pula yang sering kutemui kala memberikan berkat pada
anak-anak.
Ekaristi menjadi terasa hidup dengan wajah-wajah
putera-puteriNya yang mempersembahkan buah kasihnya untuk diberkati.
Maka marilah kita jaga kegembiraan ini dengan mempersembahkan hidup kita
dalam nama Tuhan.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Bayangkan wajah-wajah gembira anak-anak yang menerima berkat.
Refleksi:
Apa rasa yang berkembang dalam dirimu kala mempersembahkan anak-anakmu?
Doa:
Tuhan, bersama dengan peringatan Maria dipersembahkan kami mempersembahkan hidup dan anak-anak kami ke dalam tanganMu. Amin.
Perutusan:
Aku akan mempersembahkan hidup dan anak-anak ke dalam namaNya. -nasp-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment