Jumat, 6 November 2015
Lukas 16:1-8
16:1. Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan
tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata
kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab
atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang
harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara.
Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.
16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya
apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan
menampung aku di rumah mereka.
16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang
berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu
kepada tuanku?
16:6 Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu
katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang
lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.
16:7 Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan
berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang
itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
16:8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur
itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih
cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, ada yang bilang bahwa sehebat apapun kecerdasan, bobot untuk keberhasilan kerja seseorang hanya sekitar 10,00%. Yang paling menentukan adalah sikap yang berbobot 80,00%.
- Tampaknya, secerdas apapun seseorang dengan disertai giatnya bekerja, kalau lemah bersikap dia tak akan menghasilkan kerja baik. Bahkan dengan sikap buruk kecerdasan seseorang hanya menjadi keculasan dan kelicikan yang merugikan banyak orang.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa seculas dan selicik apapun seseorang, bagi yang akrab dengan kedalaman batin dia tetap menjadi teladan kecerdikan yang membawa orang menjadi dinamis berpandangan ke depan karena tanpa adanya cakrawala ke depan orang baik dapat jatuh dalam sikap tradisionalistik dan seremonialistik. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mampu beragama secara dinamis.
Ah, yang pokok orang cukup
menyelamatkan diri.
0 comments:
Post a Comment