Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, November 18, 2015

Juga Minta Rekoleksi Satu Jam


Ini adalah rombongan 48 orang yang tergabung dalam Persekutuan Doa (PD) Karismatik Paroki Tanah Mas, Semarang. Pada Minggu 15 November 2015 katanya mereka berangkat jam 06.00 pagi dari Semarang untuk tujuan akhir berziarah ke Candi Hati Kudus Ganjuran, Yogyakarta. Tetapi mereka juga mencantumkan Domus Pacis sebagai salah satu pemberhentian. Pada jam 10.00 kurang 5 menit bel tamu Domus berbunyi dan Rm. Bambang menebak tepat bahwa itu pertanda kedatangan mereka. Rm. Hantoro, Rm. Harto, Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Bambang menyambut mereka di ruang pertemuan dalam rumah induk Domus Pacis. Koordinator rombongan membuka pertemuan dengan doa dan yang dilanjutkan dengan pidato singkat ketua Persekutuan Doa. Sesudah itu koordinator meminta rama Domus memperkenalkan diri dan hal ini dilakukan oleh Rm. Hantoro. Setelah Rm. Hantoro memperkenalkan tentang Domus Pacis dan para ramanya, koordinator berkata "Sekarang tiba saatnya acara inti, yaitu rekoleksi yang akan dipimpin oleh Rm. Bambang." Tema yang diminta adalah Kasih Yang Mempersatukan.

"Untuk omong bab kasih sing mempersatukan, engko awake dhewe arep bertolak saka pengalamane rama-rama Domus sing biasa mangan bareng. Kena apa rama-rama kok dha tetep isa mangan bareng?" (Untuk pembicaraan tentang kasih yang mempersatukan, nanti kita akan bertolak dari pengalaman para rama Domus yang biasa makan bersama. Mengapa para rama tetap bisa makan bersama?). Kalimat terakhir Rm. Bambang diulang lagi ke arah para rama. Para rama Domus memang memiliki kebiasaan kebersamaan dengan misa setiap jam 18.00 dan makan bersama dalam satu meja (jam 07.00, jam 12.00 dan jam 18.30). Untuk memulai pembicaraan Rm. Yadi ditampilkan pertama kali. Beliau berbicara sekilas pengalaman lampau yang cukup lama tidak ada kebersamaan, karena makan diantar di kamar masing-masing. Suasana dirasa amat tidak enak. Rm. Yadi kemudian berkisah bahwa dengan makan dan misa bareng ada suasana enak dan tidak enak tetapi tetap kumpul bersama. Beliau juga berkisah tentang pengalman-pengalaman yang tidak mengenakkan seperti sikap rama tertentu dan juga seperti kondisi rama tertentu yang sudah tak dapat mengontrol diri sehingga kencing dan terberak di kamar makan. Tetapi suasana tetap jadi gembira, karena ada prinsip "Ora kena nesu" (Tidak boleh marah). Pada saat Rm. Yadi sedang berceritera, Rm. Hantoro keluar dan juga Rm. Harto sebab ada tamu untuk mereka. Karena Rm. Tri Wahyono terhalang oleh kondisi tak dapat berbicara, maka Rm. Tri Hartono dengan suara lirihnya mengungkapkan pengalamannya direngkuh (diterima dengan kepedulian). Rm.Bambang memperdalam pokok-pokok kisah itu dengan referensi ayat-ayat Alkitab. Pada pokoknya kasih sejati pasti mau menerima dan memperhatikan yang buruk bahkan memalukan. Inilah yang membuat orang menghayati kasih sehingga dapat terjadi suasana gembira dalam keadaan apapun.

Rekoleksi 1 jam itu diseling dengan minum dan makan bakpao. Tanya jawab terjadi dalam suasana penuh keakraban dan kesegaran. Ketika hampir selesai Rm. Harto masuk. Pada jam 11.45 acara diambil alih oleh koordinator. Ketua PD mengucapkan terima kasih dan berpamitan. Salah satu bapak mengucapkan doa penutup dan Rm. Harto menyampaikan berkat. Pertemuan ditutup dengan foto-foto bersama dimana Rm. Hantoro ikut bergabung.

0 comments:

Post a Comment