Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, February 13, 2017

Ternyata PUPIP Ungaran


Pada Januari 2017 Bu Rini, salah satu relawan Domus Pacis, sudah beberapa kali memberi informasi kalau ibu-ibu dari Paroki Ungaran akan datang. Mula-mula memang hanya bertanya apa tanggal 5 Februari 2017 Domus dapat menerima kunjungan. Kemudian bertanya apa yang saat ini dibutuhkan oleh para rama. Tetapi pihak Domus Pacis, terutama Rm. Bambang yang biasa menerima rencana kunjungan, tidak pernah dihubungi secara langsung oleh pihak Ungaran. Rm. Bambang hanya berpikir barangkali mereka adalah relasi pribadi dari Bu Rini. Maka menjelang Minggu tanggal 5 Februari 2017 Rm. Bambang hanya berkata kepada para rama di meja makan "Jarene suk Minggu enten kunjungan saking ibu-ibu Ungaran" (Katanya besok Minggu ada kunjungan dari Ibu-ibu Paroki Ungaran). Ketika pada hari "H" Mas Abas, karyawan Domus, bertanya "Tamune mangke pinten, rama?" (Berapa orang jumlah tamu yang nanti akan datang, rama?), Rm. Bambang berkata "Sing saka Minomartani jarene 10. Sing seka Ungaran ora ana informasi je" (Yang dari Minomartani kabarnya ada 10 orang. Sedang yang dari Ungaran tak ada kabar). Memang hari itu ada romongan lain dari Minomartani yang ternyata datang pada jam 10.00an berjumlah 15 orang.

Pada Minggu 5 Februari itu, ketika sedang santai istirahat sambil menunggu makan siang, Rm. Bambang mendengar suara Mas Abas "Rama, tamune pun dhateng" (Rama, tamu sudah datang). Memang sesaat sebelum ini bel tamu Domus berbunyi. Ketika keluar dari kamar, Rm.Bambang melihat rombongan cukup banyak yang kebanyakan memakai kaos warna orange dengan bordiran logo di dada kiri.Ternyata tidak hanya ibu-ibu. Ada juga beberapa bapak dengan seragam sama. Kebanyakan dari para tamu sudah tahu Rm. Bambang sehingga langsung menyalami dengan berbagai celotehan ramai penuh keakraban. Salah satu berkata "Niki wau gerak jalan saking Universitas Mercu Buana, mergi bus mboten saget dumugi mriki" (Ini tadi kami berjalan dari Universitas Mercu Buana, karena bus tak dapat sampai sini). Ada juga seorang bapak bilang "Suku kula sing biasane kemeng-kemeng malah mantun, je" (Kaki saya yang biasanya terasa tidak nyaman malah sembuh). Sementara itu para karyawan sibuk menyiapkan tambahan kursi, karena yang datang lebih dari 40 orang.

Ketika mereka sudah berada di ruang pertemuan Rm. Bambang berseru "Saiki acarane mangan dhisik" (Acara dimulai dengan makan siang) karena dia melihat Rm. Yadi dan Rm. Tri Hartono sudah berada di meja makan dan apalagi jam memang sudah amat mendekati angka 12.00. Tetapi salah satu tamu juga berseru "Dibikak ibadat singkat riyin" (Kita bukak dengan ibadat singkat lebih dahulu). Ternyata Rm.Yadi dan Rm. Tri Hartono kemudian mengubah arah duduknya bahkan mendekat ke para tamu. Rm. Harto dan Rm. Gito juga masuk dan bergabung. Pada waktu itu secara tidak sengaja Rm. Bambang berada di muka menghadap semua. Seorang Bapak memberi pengantar singkat bahwa ini adalah kegiaan PUPIP (Paseduluan Umat Peduli Imam Praja) Paroki Ungaran untuk ikut memperhatikan para rama tua. Mereka bermaksud menjalankan 3 bulan sekali. Setelah dengan dibuka dengan nyanyian Dalam Yesus Kita Bersaudara, ibadat dimulai. Rm. Bambang ditodong unuk memberikan renungan sesudah pembacaan Injil Minggu itu. Rm. Bambang secara spontan mengolah kata-kata "jadilah garam dan terang dunia" sebagai jadilah awet dan pengawet seperti garam serta membawa suasana ceria bercahaya dengan kemasan kata-kata penuh humor. Ibadat yang memakan waktu hampir 20 menit diteruskan dengan makan siang bersama. Menu oleh-oleh dari beberapa keluarga dari rombongan membuat santap siang itu amat berlimpah.

Perjumpaan PUPIP Ungaran dengan para rama Domus saat itu memang amat asyik. Sesudah makan secara praktis tidak ada acara formal. Secara spontan mereka terbagi-bagi ada yang merubung Rm. Tri Hartono, ada yang dengan Rm. Harto, ada yang bincang-bincang dengan Rm. Yadi, dan ada yang berkelakar dengan Rm. Bambang. Bahkan ada juga beberapa yang masuk kamar Rm.Tri Wahyono. Memang, salah satu pengurus berupaya mengajak berkumpul kembali di ruang pertemuan, tetapi kebanyakan tidak mengikuti sehingga tak ada separo yang resmi ikut pamitan dan menerima berkat dari Rm. Yadi. Yang mengherankan, sekalipun sudah ditutup suasana asyik tetap berjalan hingga lebih dari jam 14.00. Penutupan bersama secara praktis terjadi dalam foto bersama.

0 comments:

Post a Comment