Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, February 16, 2017

Calon-calon Imam KAS Kevikepan Surakarta


Berita itu sudah sampai ke Rm. Bambang dari Mas Abas pada hari Kamis 9 Februari 2017. Dua hari kemudian, hari Sabtu, ada berita ulangan yang menunjukkan kepastian. Rm. Bambang juga menyampaikan kabar ini kepada para rama Domus di meja makan. "Mbak, sesuk padoske sega goreng nggih. Ngge wong saomah tambah frater-frater wong rong puluh" (Mbak besok tolong belikan nasi goreng untuk orang serumah tambah 20 orang frater) kata Rm. Bambang sambil memberikan uang kepada Mbak Tari yang menjawab dengan pertanyaan "Tambah napa malih?" (Apakah ada tambahan?). Rm. Bambang memang minta tambahan bakmi godong, karena ada rama Domus yang tampaknya amat suka. Semua ini berkaitan dengan kelompok frater calon imam Keuskupan Agung Semarang yang berasal dari Kevikepan Surakarta yang ingin mengunjungi para rama Domus Pacis. Mereka akan datang pada Minggu sore 12 Februari 2017 dan akan ikut makan malam bersama para rama Domus.

Sejak belum jam 17.00 Minggu 12 Februari itu Rm. Bambang sudah siap sedia menerima para frater. Ruang pertemuan dalam dilihat dan ternyata sudah siap menjadi tempat menyambut calon-calon generasi imamat mendatang. Snak dan teh sudah tersedia di meja yang dikelilingi 20 kursi. Tetapi pada waktu itu cuaca amat tidak bersahabat. Hujan deras terus menerus. Ketika jam menunjuk angka 17.30 dan para frater belum datang, Rm. Bambang pun memahami adanya halangan perjalanan yang terhadang oleh lebatnya hujan. Ketika jam18.00 tak ada tanda-tanda adanya tamu, Rm. Bambang pun bersiap kunjungan akan batal. Tetapi ternyata pada sekitar jam 18.10 beberapa frater bermunculan dan terus bertambah. Rm. Yadi, Rm. Harto, dan Rm. Tri Hartono juga sudah muncul. "Yok, kita langsung makan saja" seru Rm. Bambang. Para rama menempatkan diri di bagian meja sendiri dan para frater berdiri mengelilingi setengah deretan meja makan. Salah satu frater membuka dengan bicara atas nama teman-temannya. Kemudian mereka mengenalkan diri satu persatu. Ternyata yang datang ada 15 orang termasuk 2 orang frater asal Keuskupan Agung Medan yang di Seminari Tinggi Kentungan menggabungkan diri dengan kelompok Kevikepan Surakarta.

Makan malam yang secara praktis mulai jam 18.40 itu berakhir pada jam 20.10. Hal itu terjadi karena justru di situ suasana omong-omong antara para frater dan para rama terlaksana. Kisah pengalaman para rama tempo dulu di Kentungan menjadi lelucon-lelucon yang membuat tawa berderai. Para frater juga mendapatkan kisah-kisah staf tempo dulu seperti para almarhum: Rm. Wignya SJ, Rm. Prapto SJ, Rm. Anton Baker SJ, Rm. Darmo, Rm. Purwowidyono dan Mgr. Karto. Ada pula kisah tentang Rm. Scheltingha SJ dan Rm. Djonowasono. Di ujung kunjungan para frater minta kata-kata khusus dari para rama:
  • Rm. Yadi: Amat senang karena melihat adanya banyak calon imam membuatnya gembira bahwa di masa depan ada penerus imamat.
  • Rm. Harto: Setia dalam doa itu amat penting.
  • Rm. Tri Hartono: Tekun menjalani studi disertai sikap rendah hati.
  • Rm. Bambang: Menjalin relasi dengan para rama lintas generasi amat penting untuk memberi cakrawala diri dalam menapaki tahap-tahap kehidupan hingga usia lanjut.

0 comments:

Post a Comment