Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, February 6, 2017

Sabda Hidup


Selasa, 7 Februari 2017
RosalieRendu, Giovani Triora, Anselmus Polanco, KoletadrCorbie
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Kej. 1:20-2:4a; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Mrk. 7:1-13.BcO1Kor 2:1-16
 
Markus 7:1-13:
1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. 2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. 3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; 4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. 5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" 6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. 8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." 9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. 10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. 11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban?yaitu persembahan kepada Allah?, 12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. 13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."

Renungan:
Ada banyak orang yang ketangkap KPK atau berperkara hukum tetapi sebelumnya berkoar-koar tentang perkara yang sekarang menimpanya. Mereka yang ngomong  ke mana-mana “korupsi no” malah kena kasus korupsi. Mereka yang menuduh orang lain jahat malah kena perkara seperti kejahatan yang dituduhkan.
Ahli Taurat dan orang Farisi protes karena para murid tidak mencuci tangan kala mau makan. Mereka menjaga adat istiadat dengan ketat. Namun demikian mereka tidak mengindahkan hukum Tuhan yang utama (bdk. Mrk 7:9-13).
Kiranya benar kata orang, “Jangan menuding orang lain. Kala menuding orang lain satu jari mengarah ke orang itu, jari yang lain mengarah ke diri kita sendiri.” Kiranya kita pun jangan gampang berkoar-koar dan menuduh sesama kita. Jangan-jangan semua itu hanya untuk menutupi kejahatan kita sendiri.

Kontemplasi:
Bayangkan orang-orang yang tertangkap KPK. Ingat apa yang mereka lakukan sebelum tertangkap.

Refleksi:
Bagaimana menjaga omongan kita supaya selaras dengan tindakan kita?

Doa:
Tuhan berilah kekuatan padaku untuk menahan diri sebelum menilai sesuatu. Semoga aku gampang introspeksi daripada menuduh orang. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjaga dorongan hati untuk menilai sesama melanggar sesuatu. -nasp-

0 comments:

Post a Comment